• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, March 26, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

“Turning Red” Ceritakan Masa Pubertas yang Problematik

by Rizky Azzahra
April 20, 2022
in Film, Hiburan, Review
Reading Time: 4 mins read
Turning Red mengisahkan pubertas

Ilustrasi menonton “Turning Red” (Ultimagz/ Chiquitta)

0
SHARES
772
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pixar Animation Studios bersama dengan Walt Disney Picture mengeluarkan film animasi terbaru mereka berjudul “Turning Red”. Mengisahkan tentang fase anak perempuan pada masa pubertas, film ini kaya akan budaya dan makna.

“Turning Red” menceritakan salah satu fase hidup Meilin Lee, gadis berusia 13 tahun yang rajin belajar, suka menolong orang tuanya, dan taat. Selain itu, “Turning Red” juga memperlihatkan hubungan benci tetapi cinta Mei dengan ibunya yang protektif.

Baca juga: “Minari” Tunjukkan Potret Penting Sebuah Keluarga 

Sampai suatu hari, Mei mengalami sebuah mimpi buruk dan berubah menjadi seekor panda merah. Ia pun berusaha menyembunyikan hal ini. Ibunya yang menyadari sikap aneh Mei berasumsi bahwa Mei sudah masuk ke dalam masa pubertasnya dan mengalami menstruasi.

Setelah melalui berbagai hal, Mei akhirnya sadar bahwa ia akan berubah menjadi panda merah jika merasakan emosi yang berlebih. Perubahan yang dialaminya merupakan sebuah kondisi turun temurun dari keluarga ibunya dan bisa dihilangkan dengan mengikuti ritual. 

Namun, Mei harus dihadapkan dengan kondisi yang membuatnya sangat bimbang. Hari saat ia harus melakukan ritual bertepatan dengan hari konser kelompok grup musik favoritnya. Ia dihadapkan dengan pilihan untuk pergi nonton konser atau mengikuti ritual demi menyelamatkan kondisinya. Keadaan ini juga yang menjadi awal dari konflik dan sifat pemberontak Mei.

“Turning Red” disutradarai oleh Domee Shi, sutradara perempuan pertama dalam film Pixar. Dapat terlihat jelas bahwa ia berusaha menunjukan semua permasalahan yang terjadi pada anak ketika menginjak usia remaja. Di sepanjang narasi, “Turning Red” menggambarkan emosi Mei sebagai remaja yang terus berubah, meluap-luap lalu surut dengan cepat, sensitif, dan juga pemberontak. Akibatnya, Mei malah menyakiti Ibunya dengan kata-kata dan menyerang temannya Tyler karena amarah yang tak terkontrol.

turning red
Mei saat menyadari dirinya berubah menjadi panda merah (Foto: cosmopolitan.com)

Selain masalah emosi pada usia pubertas, “Turning Red” juga membahas beberapa isu lain seperti berikut.

1. Membahas trauma antargenerasi

Hubungan antara Mei dengan ibunya yang sebelumnya sangat dekat mulai berjarak setelah Mei berubah menjadi panda merah. Ibu Mei terlalu protektif dan menguasai kehidupan Mei karena ia juga diperlakukan demikian dengan ibunya sendiri atau nenek Mei. 

Transformasi ibu Mei menjadi panda merah raksasa berkaitan dengan nenek Mei yang tidak menyetujui hubungannya dengan ayah Mei. Hal ini menciptakan keretakan yang tidak pernah sepenuhnya sembuh dalam diri ibu Mei. 

Mei mengalami hal yang sama, ia hanya menginginkan dukungan akan sesuatu yang ia sukai dari orang di sekitarnya terlebih sosok sang Ibu. Namun, ibu Mei menginginkan anaknya untuk menjadi ‘wanita sempurna’. Konflik ini menunjukkan adanya ekspektasi tinggi yang seorang ibu miliki terhadap anak perempuannya.

2. Peran kultur dalam kehidupan anak

Di dalam film digambarkan bahwa Mei merupakan orang keturunan Tionghoa-Kanada yang mengelola sebuah Kuil di Kota Toronto. Keluarga Mei masih memegang erat kebiasaan dan juga budaya orang asia yang cenderung kolektif serta mengutamakan keluarga dibandingkan apapun. 

“Turning Red” juga menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah hal mulia yang harus dilakukan semua anak. Hal ini juga dikarenakan orang tua selalu lebih tahu yang terbaik. Salah contohnya adalah Mei yang pada awal film mengatakan, “Aku harus selalu memenuhi keinginan ibu”.

Bahkan dengan perasaannya sendiri, Mei terus memikirkan ibunya. Sampai ia berakhir pada kesimpulan bahwa setiap emosi harus dikendalikan dan kebebasan berekspresi itu berbahaya. Meskipun terlihat dewasa, semua itu menyebabkan Mei menderita di bawah beban emosinya yang tidak tertumpah.

Namun, hal ini dikecam oleh beberapa orang. Mereka berpendapat bahwa hal ini menaruh stereotip kepada orang asia yang terkesan mengekang dan memaksa anak-anak.

3. Mulai mengenal rasa insecure

Ketika Mei mendadak berubah menjadi seekor panda merah besar, gadis itu berteriak dan menangis ketakutan saat melihat pantulan dirinya. Ia bahkan menyebut dirinya monster merah yang jelek. 

Namun, seiring berjalannya waktu Mei mulai menjadi nyaman dengan panda merah dan percaya diri dengan perubahan tubuhnya. Mei merasa bahwa panda merah adalah bagian dari dirinya sekarang dan dia menerima itu, juga tanggung jawab yang menyertainya. Ia menerima kondisi ini karena menyadari bahwa teman-temannya tetap menerima siapapun dirinya dan bagaimanapun bentuknya.

Respons Positif dan Negatif 

Rilis pada 11 Maret 2022, “Turning Red” mendapatkan banyak respons positif dari para penontonnya. Selain visual menarik yang terinspirasi dari gaya anime dan animasi barat, kesuksesan “Turning Red” juga didukung oleh bagaimana film ini mengangkat beberapa isu persoalan yang tidak ada pada film-film Pixar sebelumnya. Pembawaannya yang ringan, menyenangkan, dan menggunakan metafora membuat film ini menjadi mudah dikonsumsi oleh anak-anak. 

Melansir dari wawancara Shi dengan polygon.com, ia mengatakan bahwa panda merah adalah metafora. Tidak hanya untuk pubertas, tetapi juga apa yang seseorang warisi dari ibu dan bagaimana menangani hal-hal yang diwarisi dari mereka. 

Namun, beberapa orang mengaku terkejut karena film tersebut membahas menstruasi. Sementara itu, ada pula yang tidak menyukai eksplorasi cinta romantis dan seksualitas. Karakter Mei Lee dengan sikap suka melawan orang tuanya dan berulang kali berbohong serta menyelinap keluar membuat kesal sebagian penonton dari “Turning Red”.

Mengutip dari nytimes.com, seorang psikolog Judith Smetana di University of Rochester berpendapat bahwa film ini adalah representasi kehidupan remaja yang baik.

“Representasi yang sangat baik dari hubungan remaja-orang tua dan perkembangan remaja,” kata Judith Smetana. 

Baca juga: “Girl In Pieces”: Eksplorasi Perjalanan Pemulihan Seorang Remaja

Film ini dapat menjadi bahan edukasi bagi penonton anak-anak dan remaja mengenai apa yang sedang mereka alami sekaligus bisa jadi inspirasi untuk menjalani hidup sesuai keinginan, tetapi tetap bertanggung jawab. Namun, anak-anak harus tetap dalam pengawasan orang tua saat menonton “Turning Red”. Anak-anak perlu diberikan penjelasan sebaik mungkin mengenai apa yang terjadi di dalam film agar dapat diterima oleh pikiran mereka. Sementara itu, penonton dewasa akan diajak bernostalgia menjelajahi kenangan-kenangan masa remaja. 

Jika tertarik untuk menyaksikan keseruan kehidupan Mei lebih lanjut, Ultimates bisa mengakses film ini di kanal Disney+ Hotstar atau menyaksikan trailernya di bawah ini.

 

 

Penulis: Rizky Azzahra Rahmadanya, Vanessa Anabelle

Editor: Vellanda

Foto: Chiquita, cosmopolitan.com

Sumber: hotstar.com, polygon.com, radiotimes.com, nytimes.com, screenrant.com

Tags: 200220224townanimasiDisneydisney animationdisney hotstardomee shikanadamasa pubertasMeilin Leepixarproblematika remajapubertasremajaReview FilmTorontoturning red
Rizky Azzahra

Rizky Azzahra

Related Posts

Wilhelm Scream
Film

The Wilhelm Scream: Teriakan Ikonik dalam Dunia Perfilman

March 24, 2023
FEB UI Kembali Gelar Acara Tahunan The 13th Music Gallery (ULTIMAGZ)
Event

FEB UI Kembali Gelar Acara Tahunan The 13th Music Gallery

March 21, 2023
Kenali Perkembangan dan Makna dari Lagu Sunda (ULTIMAGZ)
Hiburan

Kenali Perkembangan dan Makna dari Lagu Sunda

March 20, 2023
Next Post
Turun ke Kasta Ketiga Liga Inggris, Masalah Derby County Menumpuk (Ultimagz)

Turun ke Kasta Ketiga Liga Inggris, Masalah Derby County Menumpuk

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

15 + 3 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021