“Everyone has that moment I think, the moment when something so momentous happens that it rips your very being into small pieces. And then you have to stop. For a long time, you gather your pieces”
SERPONG, ULTIMAGZ.com — “Girl In Pieces” adalah novel pertama Kathleen Glasgow yang terbit pada 2016. Glasgow menawarkan kepada pembaca potret sangat empatik tentang seorang gadis muda yang dengan gagah berani berusaha menyembuhkan luka masa lalunya dan merangkul kemungkinan masa depannya.
Kisah “Girl In Pieces” berpusat pada seorang gadis berusia tujuh belas tahun, Charlie Davis, yang menghadapi kehidupan terburuk yang ditawarkan. Setelah kehilangan ayah, ibu, dan sahabatnya, Charlie menjadi seorang perempuan muda yang ‘rusak’ karena telah mengalami lebih banyak kehancuran dalam hidupnya daripada kebanyakan orang.
Setelah berupaya untuk bunuh diri, Charlie dirawat di rumah sakit. Namun, begitu asuransinya habis, dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Tucson, Arizona untuk mencoba merekatkan kembali bagian-bagian dirinya.
Charlie kemudian mendapatkan pekerjaan di sebuah kafe. Ketika dia mengira hidupnya membaik, dia bertemu dengan Riley dan langsung terjerumus ke dalam jurang kegelapan. Riley, yang akhirnya menjadi kekasih Charlie, ternyata seorang pemabuk dan pecandu narkoba. Hubungan antara Charlie dan Riley terus berlanjut meski keduanya tahu bahwa hubungan mereka tidaklah sehat.
Charlie telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada yang akan mencintainya dan hidup tidak akan berjalan sesuai yang diinginkannya. Ketika segala sesuatunya menjadi terlalu berat baginya, dia melakukan cutting (melukai diri sendiri) untuk mengurangi rasa sakit emosional.
Ketika hal-hal berputar lebih jauh di luar kendali, Charlie pergi untuk memulai kehidupan baru. Kehidupan baru tersebut akan menjadi katalis mengejutkan yang menempatkannya di jalan panjang menuju penemuan diri dan pemulihan.
“Girl In Pieces” adalah bacaan yang sulit dan menantang, tetapi harus dipuji atas luas dan kedalaman materi pelajaran yang dieksplorasi. Novel ini menyentuh isu-isu seperti kesehatan mental, depresi, bunuh diri, melukai diri sendiri, kekerasan seksual, penyalahgunaan zat, tunawisma, dan lainnya.
Dengan topiknya yang berat, Glasgow tidak memanfaatkan penderitaan orang lain untuk tujuan hiburan, malah menawarkan mekanisme dan strategi penanggulangan yang nyata bagi pembaca dalam situasi yang mirip dengan Charlie.
Kisah dan penggunaan bahasa eksplisit, tetapi pembaca akan diberikan banyak visibilitas, kenyamanan, dan harapan melalui perjuangan Charlie. Glasgow mampu menambang kegelapan dan pada akhirnya, menawarkan secercah pemulihan di “Girl In Pieces”.
Dalam catatan penulis di akhir novel, Glasgow menulis “Melukai diri sendiri tidak menarik perhatian. Itu tidak berarti Anda bunuh diri. Itu berarti Anda sedang berjuang untuk mendapatkan kekacauan yang sangat berbahaya dalam pikiran dan hati Anda dan ini adalah mekanisme koping Anda. Itu berarti Anda menempati ruang kecil di ngarai yang sangat nyata dan sangat besar dari orang-orang yang menderita depresi atau penyakit mental.”
Topik seputar kesehatan mental seringkali dianggap tabu sehingga banyak remaja mengalami kesulitan untuk mencari bantuan. Nyatanya, sangat penting untuk mencari dukungan untuk diri sendiri di masa-masa sulit.
Dengan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental, dapat memberi kita kebebasan untuk mencari bantuan, menemukan orang yang dapat berhubungan, dan bergerak menuju kesejahteraan.
Penulis: Alycia Catelyn
Editor: Nadia Indrawinata
Foto: Germ Magazine
Why eople still use to resad news papers when in this technological globe all is existing on net? https://Evolution.Org.ua/