SERPONG, ULTIMAGZ.com – Nama-nama unik seperti “Tung Tung Tung Sahur” atau “Tralalero Tralala” sedang gempar dibicarakan di aplikasi TikTok. Keduanya merupakan contoh anomali dari Italian brainrot yang tengah viral. Lantas, apa yang dimaksud dengan Italian brainrot?
Brain rot merupakan istilah dari bahasa Inggris yang memiliki arti pembusukan otak. Istilah ini sempat ramai pada 2024 untuk menggambarkan kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang. Mengutip tempo.co, pakar komunikasi Tess Coward mengartikan brain rot sebagai ketidakmampuan untuk membentuk kalimat tanpa bahasa gaul internet. Hal ini tercermin dari generasi muda yang terlalu banyak menghabiskan waktu di internet.
Baca juga: Mengenal Fitur Velocity: Penguasa Tren TikTok di Pembukaan 2025
Di sisi lain, Italian brainrot merupakan istilah yang muncul pada Januari 2025. Di Indonesia, istilah ini kerap disebut sebagai meme anomali atau hewan anomali. Tren Italian Brainrot menampilkan gambar karakter animasi buatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Melansir tirto.id, gambar ini menggabungkan beberapa objek tertentu sehingga menciptakan gambar hibrida yang aneh.
Salah satu Italian brainrot yang populer pertama kali adalah karakter hiu berkaki tiga menggunakan sepatu biru Nike. Gambar tersebut disertai dengan narasi AI dalam bahasa Italia, dilansir dari tekno.kompas.com. Tak lama, karakter aneh lainnya bermunculan seperti “Tung Tung Tung Sahur”, karakter pentungan yang menyerupai manusia. Karakter ini disebutkan sebagai makhluk anomali seram yang muncul ketika seseorang tidak bangun untuk sahur.
Adapun beberapa Italian brainrot yang terkenal menurut cyberlink.com adalah “Chimpanzini Bananini”, “Bombardiro Crocodilo”, dan “Lirili Larila”. Setiap karakter anomali Italian brainrot akan memiliki nama yang panjang dan sulit untuk diucapkan. Keanehan dari karakter hibrida inilah yang membuat tren tersebut digemari dan ramai dibicarakan.
Walaupun tren ini terkesan tidak berbahaya, beberapa ahli telah memberi peringatan atas kemungkinan konsekuensi yang dapat muncul. Melansir euroweeklynews.com, paparan video pendek yang terlalu menstimulasi mampu memperpendek rentang perhatian. Hal ini membuat aktivitas seperti membaca buku dan belajar menjadi membosankan.
Baca juga: Dari “Paham!” hingga “We Listen We Don’t Judge”: Kilas Balik Tren Viral 2024
Penurunan fungsi otak akibat konten ini juga mampu mengganggu kemampuan seseorang dalam berpikir jernih dan membuat keputusan. Selain itu, memori dan kemampuan untuk mengingat juga dapat mengalami penurunan. Bahaya ini harus diwaspadai, terutama kepada anak-anak yang otak dan sarafnya masih dalam masa perkembangan.
Konten Italian brainrot tidak sepenuhnya buruk atau berbahaya untuk dikonsumsi. Banyak anak-anak dan orang muda yang melihat tren ini sebagai hiburan. Namun, harus diperhatikan bahwa konten seperti ini dapat berefek buruk terhadap untuk perkembangan kualitas otak. Maka dari itu, penting untuk mengambil waktu istirahat dari layar dan melakukan aktivitas yang lebih lambat, seperti membaca buku atau berolahraga.
Penulis: Celine Valleri
Editor: Jessie Valencia
Foto: en.namu.wiki
Sumber: tempo.co, tirto.id, tekno.kompas.com, cyberlink.com, euroweeklynews.com, marca.com