SERPONG, ULTIMAGZ.com – Panda ikonik dengan bulunya yang berwarna hitam dan putih. Ternyata, warna hitam dan putih pada panda ini berfungsi untuk melindungi diri dari pemangsa.
Corak hitam yang terletak di mata panda juga bertujuan untuk membantu panda lain saling mengenali satu sama lain. Keunikan panda ini diteliti secara mendalam pada 2017 oleh Tim Caro, profesor di Departemen Margasatwa, Ikan & Biologi Konservasi Universitas California, dilansir dari livescience.com.
Baca juga: Kenali Panda Merah, Si Gemas yang Terancam Punah
Untuk menyelidiki alasan di balik warna panda, Caro dan rekan-rekannya melihat foto panda dan 195 spesies karnivora lainnya, termasuk 39 subspesies beruang. Kemudian, mereka mencatat pewarnaan pada setiap bagian tubuh hewan tersebut, dan membandingkannya dengan bagian tubuh panda.
Dalam penelitiannya, Caro menyimpulkan bahwa warna hitam-putih yang khas pada panda memiliki dua fungsi, yaitu kamuflase dan komunikasi.
Caro bersama ilmuwan lainnya menyatakan bahwa bagian putih panda yang ada di wajah, leher, perut, dan bokong, membantunya bersembunyi di salju. Sebaliknya, lengan dan kaki panda yang berwarna hitam membantunya bersembunyi di balik bayang-bayang.
Melansir dari cnnindonesia.com, para ilmuwan menduga warna panda ini berkaitan dengan pola makannya yang kurang baik. Pasalnya, konsumsi utama panda adalah bambu dan tidak dapat mencerna tanaman lainnya yang lebih beragam.
Baca juga: Kenapa Burung Beo Bisa Tiru Suara Manusia?
Karena panda mendapat sedikit nutrisi dan kalori dari mengunyah bambu, mereka tidak dapat menyimpan cukup lemak untuk melakukan hibernasi selama musim dingin, jelas Caro dan rekan-rekannya. Alhasil, panda harus aktif sepanjang tahun seperti melakukan perjalanan melintasi jarak jauh mulai dari wilayah pegunungan bersalju hingga hutan tropis.
“Kami mengusulkan bahwa karena panda raksasa tidak mampu berganti kulit dengan cukup cepat untuk menyesuaikan dengan latar belakang masing-masing, panda telah berevolusi dengan kombinasi bulu putih dan hitam,” tulis Caro dan para peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Behavioral Ecology.
Penulis: Alycia Catelyn
Editor: Michael Ludovico
Foto: Unsplash/Theodor Lundqvist
Sumber: livescience.com, cnnindonesia.com