SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ultimates, apakah kalian sering menjumpai anak yang sangat nakal dan mudah marah? Meskipun kondisi seperti ini umum ditemukan, hal ini tidak boleh diremehkan atau dianggap normal. Anak dengan ciri-ciri tersebut dalam dunia medis disebut dengan tunalaras.
Secara sederhana, tunalaras adalah kondisi dimana seseorang yang memiliki hambatan kontrol sosial, perilaku menyimpang, gangguan emosi, dan kesulitan berinteraksi sosial sehingga mengganggu dirinya sendiri serta orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, penderita tunalaras termasuk pada kategori anak berkebutuhan khusus (ABK).
Baca juga: Pertahankan Pekerja Anak, Masa Depan Bangsa Dirampas
Anak yang termasuk ABK tunalaras berada dalam lingkup usia 6-17 tahun. Kondisi ini sendiri diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu taraf ringan, taraf sedang, dan taraf berat. Klasifikasi ini didasarkan pada tingkat destruksi yang ditimbulkan oleh penyimpangan emosinya terhadap diri dan orang-orang sekitar.
Menurut pendiri dari Para Kerja Disability Center Rezki Achyana yang sekaligus merupakan instruktur difabel, dan terapis ABK, penyebab utama seorang anak bisa menjadi tunalaras adalah faktor lingkungan.
“Paling sering sih, karena faktor lingkungan. Jadi, anak-anak yang terlahir di keluarga broken home, atau yang berada di lingkungan seperti di daerah prostitusi, atau [berada] di bawah garis kemiskinan,” jelasnya dalam salah satu konten yang diunggah pada akun TikTok pribadinya.
Selain faktor eksternal, kondisi pada anak ini juga bisa dipicu dari faktor internal. Sebagai contoh, anak-anak yang kekurangan gizi, gangguan psikotik, disfungsi pada otak, atau memiliki trauma tertentu pada masa lalunya.
“Anak dengan tunalaras itu sangat perlu diterapi. Jadi penanganan yang paling penting adalah terapi perilaku,” pungkas Rezki menjelaskan penanganan untuk ABK tunalaras.
Meskipun banyak stigma bahwa anak ‘nakal’ akan berubah seiring dengan ia tumbuh dewasa, anak dengan tunalaras akan cenderung membawa kebiasaan masa kecilnya ke kehidupan dewasa jika sedari kecil tidak ditindak secara serius. Perasaan mau menang sendiri, tidak takut melanggar peraturan, hingga menjadi sosiopat adalah hal-hal yang bisa terjadi pada ABK tunalaras yang tidak ditangani sedari kecil.
Baca juga: Ikigai: Cari Makna Hidup dan Kebahagiaan Ala Orang Jepang
Tindakan preventif bisa diberikan melalui pola asuh dan pola didik yang baik dari lingkungan keluarga, teman, dan masyarakat. Ultimates juga bisa meminimalisir jumlah anak pengidap tunalaras dengan cara menindak tegas gangguan emosi dan tindakan menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak yang ada di sekitar.
Menganggap perilaku-perilaku tersebut sebagai hal normal, lambat laun akan mengakibatkan rusaknya generasi muda di masa depan. Oleh karena itu, yuk, tanggapi tunalaras dengan serius.
Reporter: Reynaldy Michael Yacob
Editor: Jessica Elisabeth Gunawan
Foto: indozone.id
Sumber: Kompas.com, beritamadani.co.id, tiktok.com/rezkiachyana.