SERPONG, ULTIMAGZ.com – Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut dua Sandiaga Uno menggagaskan ide mengenai pariwisata halal pada Minggu (24/02/19). Gagasan ini menuai reaksi pro dan kontra. Salah satu pihak yang menolak gagasan ini adalah Gubernur Bali I Wayan Koster.
“Saya kira untuk Bali sudah ada branding-nya sesuai dengan kearifan lokal Bali, karakter Bali yaitu pariwisata berbasis budaya,” kata Koster di Denpasar, Selasa (26/02/19) seperti yang dikutip dari Kumparan.com.
Hal senada disampaikan Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana. Dia menyebut pasar wisata halal di Bali masih kecil. Lagipula fokus utama dari pariwisata Bali adalah penonjolan budaya dan beberapa unsur lain yang tidak bisa disamakan dengan suatu agama.
“Secara objektif market share-nya masih kecil buat Bali untuk halal food ini. Subjektifnya dapat membiaskan branding wisata budaya,” ucap Agung dari detik.com.
.Kata halal cenderung diasumsikan bahwa pariwisata bali harus dibuat syariah. Hal ini tentu menjadi anomali karena Bali dikenal dengan kultur yang kuat juga kebebasan yang tidak mengikat suatu norma agama. Daya tarik inilah yang membuat Bali sering dianggap surga kebebasan di Indonesia.
Pariwisata halal yang dimaksud oleh Sandiaga Uno bukan merujuk pada menghilangkan segala sesuatu yang berbau haram. Wisata halal merujuk pada pemberian informasi lebih kepada wisatawan muslim mengenai restoran halal, jadwal solat dan juga mushalla terdekat. Penawaran wisata halal ini bertujuan untuk memancing wisatawan Timur Tengah untuk lebih tertarik berkunjung ke Bali. Jika peningkatan turis mancanegara meningkat tentu devisa negara akan ikut bertambah.
Sandi berkiblat pada Thailand yang konon sudah menerapkan pariwisata semacam ini. Thailand yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk Buddha menerapkan strategi ini untuk keperluan marketing dan branding pariwisata negara mereka.
Berdasarkan data dari Kompas.com, jumlah wisatawan mancanegara Bali pada Januari 2019 mengalami peningkatan sebanyak 31,61 persen dari tahun sebelumnya. Wisatawan asal Tiongkok masih posisi pertama yakni sebanyak 115.877 orang. Disusul Australia sebanyak 97.614 orang dan India 97.614 wisatawan.
Melihat tiga besar pengunjung mancanegara Bali, tidak ada yang berasal dari negara Timur Tengah. Berarti wisata Bali masih kurang dilirik oleh wisatawan Timur Tengah. Usulan Sandi ini bisa mengakibatkan dua efek yaitu peningkatan jumlah wisatawan Timur Tengah atau tidak adanya peningkatan karena gaya wisata Bali tidak sesuai dengan gaya berwisata mereka.
Penulis: Andi Annisa Ivana Putri
Editor: Hilel Hodawya
Foto: jakarta.tribunnews.com
Sumber : kumparan.com, detik.com, pinterpolitik.com