SERPONG, ULTIMAGZ.com – Melangkah santun nan anggun dengan riasan bedak putih tebal di wajah serta tubuh yang dibalut kimono panjang. Itulah yang identik dari seorang geisha. Geisha adalah pekerja seni atau seniman khas asal Jepang yang memiliki tugas untuk menghibur.
Geisha, yang biasanya adalah seorang perempuan, dapat menghibur tamunya dengan berbagai cara, seperti menjadi teman berbincang, menuangkan teh atau sake, bernyanyi, menari, dan bermain alat musik. Alat musik yang identik dengan geisha adalah shamisen, sebuah alat musik petik yang terbuat dari kayu koboku.
Untuk dihibur oleh geisha, tidaklah mudah. Hal tersebut karena geisha biasanya hanya menghibur para orang kaya atau bangsawan, baik dari Jepang maupun tamu dari luar negeri.

Mengutip nipponclub.net, kata “Gei” (芸) pada geisha memiliki arti “seni”, sedangkan “Sha” (者) berartikan “orang”. Taburan atau riasan tebal pada wajah seorang geisha bukanlah bedak biasa, melainkan dikenal sebagai oshiroi.
Oshiroi tersebut memang merupakan bubuk yang digunakan untuk memutihkan kulit. Aalasan geisha memakai taburan tebal putih tersebut yaitu agar lebih menonjolkan ekspresi pada wajahnya, dilansir kompas.com.
Namun, riasan mencolok dan rumit tersebut biasanya adalah dandanan maiko. Maiko merupakan sebutan bagi mereka yang masih belajar untuk menjadi seorang geisha. Semakin dewasa seorang geisha, maka dandanannya akan lebih sederhana.
Tidak jarang geisha dianggap sebagai perempuan tunasusila karena dikaitkan dengan kata ‘penghibur’. Namun, kenyataannya tidaklah seperti itu.
Walaupun profesi keduanya sama-sama menghibur, geisha sama sekali tidak memiliki hak terlibat dalam prostitusi. Sejatinya, geisha adalah seorang pekerja seni tradisional Jepang yang menampilkan kesenian-kesenian tradisional Jepang.
Melansir dari phinemo.com, tidak mudah untuk memanggil seseorang dengan sebutan geisha. Bagi mereka yang ingin menjadi geisha, diperlukan kerja keras yang disertai pelatihan ketat selama bertahun-tahun. Selama pelatihannya itu, geisha akan mengasah kemampuannya dalam dunia seni, seperti menari, menyanyi, memainkan alat musik, etika berbicara, dan menghibur pelanggan.
Pelatihannya tidak hanya sulit dan ketat, tetapi terdapat kewajiban untuk mengorbankan masa muda mereka ketika ingin menjadi seorang geisha. Ketidakmampuan untuk memulai sebuah keluarga atau menikah (kecuali meninggalkan profesi) dan kurangnya privasi adalah beberapa di antara penghalang bagi mereka yang menginginkan menjadi geisha.
Adapun salah satu kota di Jepang yang identik dengan kota geisha, yaitu Kyoto. Selama proses pelatihannya, seorang geisha akan tinggal di sebuah tempat yang disebut Okiya.
Baca juga: Ikigai: Cari Makna Hidup dan Kebahagiaan Ala Orang Jepang
Namun, tahukah Ultimates bahwa pada masa lampau (sejak abad ke-13) geisha tidak diperankan oleh perempuan, melainkan laki-laki dan mereka disebut taikomochi. Barulah pada abad ke-18, diperankan oleh perempuan dan tidak butuh waktu lama, geisha menjadi lebih populer.
“Memoirs of a Geisha” karya Arthur Golden, adalah salah satu buku yang dapat Ultimates baca jika tertarik untuk menilik atau mengetahui lebih dalam tentang lika-liku kehidupan seorang geisha.
Penulis: Josephine Arella
Editor: Alycia Catelyn
Foto: nipponclub.net
Sumber: nipponclub.net, phinemo.com, kumparan.com, kompas.com