SERPONG, ULTIMAGZ.com – Chinatown atau pecinan dapat ditemukan di New York, London, Toronto, Manila, Melbourne, hingga Jakarta sebagai tempat wisata populer. Ada di berbagai belahan negara, kawasan pertokoan budaya Tiongkok ini sebenarnya secara historis dekat dengan diskriminasi rasial.
Sejarah Chinatown pertama kali muncul di San Francisco, California, Amerika Serikat (AS) ketika para imigran Tiongkok datang pada 1850-an, dilansir diversio.com. Saat itu, pelabuhan San Francisco adalah titik masuk utama bagi imigran Tiongkok yang direkrut sebagai buruh untuk pengembangan bagian barat AS.
Baca juga: Gwanghwamun, Kota Sejuta Kisah Sejarah
Diskriminasi Memperkuat Komunitas Tiongkok
Di berbagai negara bagian AS seperti California, Texas, dan Wyoming, memberlakukan Hukum Tanah Asing yang mencegah imigran Tiongkok dan minoritas lainnya membeli atau menyewakan properti jangka panjang. Undang-undang ini mengakibatkan imigran Tiongkok harus melalui pihak ketiga untuk membeli atau mendapatkan sewa untuk properti.
Melansir history.com, ada pula kongres yang mengesahkan Undang-Undang Pengecualian Tiongkok pada 1882. Regulasi ini menangguhkan imigrasi Tiongkok untuk jangka waktu 10 tahun. Alhasil, masuk atau keluar orang Tiongkok di AS diharuskan membawa sertifikat yang mengidentifikasi statusnya sebagai pekerja, sarjana, diplomat atau pedagang. Regulasi ini menjadi yang pertama dalam sejarah AS dalam hal menempatkan batasan signifikan pada imigrasi dan hak-hak imigran baru.
Sebagian besar imigran yang datang dari Tiongkok bekerja keras demi bertahan hidup. Tekanan finansial membuat banyak imigran Tiongkok harus menerima banyak pekerjaan dengan upah yang rendah.
Namun, di samping tekanan finansial, jumlah imigran Tiongkok meningkat. Kehadiran mereka pun menarik perhatian warga San Francisco. Sayangnya, tidak semua orang menyambut para imigran baru ini dengan baik. Rasisme dan diskriminasi terhadap orang Tiongkok terus bermunculan yang membuat para imigran Tiongkok saling mengandalkan masing-masing.
Diskriminasi yang dihadapi oleh para imigran Tionghoa di AS sangat memengaruhi lingkungan fisik di sekitar mereka. Diskriminasi dan kebijakan pemerintah membuat orang Tiongkok terbatas pada wilayah kecil di tepi barat kawasan pusat bisnis. Minimnya ruang untuk orang-orang Tiongkok menyebabkan terbentuknya bangunan residensial dan komersial di setiap sisa ruang kota, sehingga menciptakan kawasan perkotaan yang padat.
Sebuah distrik pun dikembangkan oleh orang-orang Tiongkok dan dipenuhi dengan pedagang, restoran, penatu, dan usaha kecil lainnya. Semua yang ada di distrik tersebut berfungsi sebagai jaringan dukungan sosial dan ekonomi yang vital bagi imigran Tiongkok dalam menghadapi diskriminasi. Tidak hanya itu, distrik tersebut juga berfungsi sebagai rumah kedua bagi para imigran Tiongkok.
Gempa San Francisco Melahirkan Kembali Chinatown
Gempa bumi menimpa San Francisco pada 1906 dan mengakibatkan kebakaran di seluruh kota setelahnya, dilansir pbs.org. Bencana alam tersebut merugikan komunitas Tionghoa daripada tindakan legislatif apa pun.
Gempa tersebut menghancurkan ribuan rumah, bangunan, dan bisnis di distrik yang telah dibangun orang Tiongkok. Banyak orang Tiongkok termasuk di antara yang tewas.
Namun, peristiwa bencana tersebut memiliki efek positif yang mengejutkan untuk orang Tiongkok. San Francisco saat itu sangat ingin membangun kembali kotanya yang hancur dan kembali berbisnis secepat mungkin. Chinatown pun menjadi salah satu strategi.
Chinatown yang awalnya tidak memiliki nuansa budaya Tiongkok sama sekali, memulai rekonstruksi pada Oktober 1906. Mereka menggabungkan fitur oriental yang terkesan stereotipikal seperti atap pagoda dan lampu jalan bergaya lentera kertas merah, juga tanda nama jalan dalam bahasa Mandarin serta Inggris.
Warna merupakan elemen penting selama rekonstruksi ulang. Banyak bangunan memiliki fasad merah, kuning, dan hijau terang. Hal ini digunakan sebagai detail dan dekorasi untuk menciptakan karakter visual yang unik bagi mata masyarakat AS. Dengan begitu, estetika ini dibuat demi menarik turis dan menciptakan daya tarik wisata. Dari sinilah, Chinatown benar-benar lahir.
Chinatown San Francisco pun menjadi terkenal sebagai objek wisata utama. Bahkan, Chinatown menarik lebih banyak pengunjung setiap tahunnya dibandingkan Jembatan Golden Gate.
Baca juga: Kisah Menarik dan Pilu di Balik Hangatnya Budae Jjigae
Ide ini sendiri datang dari seorang pengusaha Tiongkok di San Francisco, Look Tin Eli yang kemudian menetapkan tampilan Chinatown di seluruh dunia. Chinatown lainnya pun mengikuti model dan estetika dari Chinatown di San Francisco.
Chinatown melambangkan penolakan sekaligus penerimaan. Mulai dari kombinasi diskriminasi dan rasisme yang dialami orang-orang Tiongkok. Kemudian, kesulitan untuk mencoba membangun diri mereka di negara baru dengan bahasa dan kebiasaan yang berbeda. Itu semualah yang menciptakan Chinatown yang banyak dikenal sekarang.
Penulis: Alycia Catelyn
Editor: Vellanda
Foto: Getty Images, tripsavvy.com
Sumber: diversio.com, history.com, pbs.org, YouTube/Vox