• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Saturday, March 25, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Mengulik Sejarah Kelam Chinatown

by Alycia Catelyn
January 10, 2023
in Jalan-jalan
Reading Time: 3 mins read
Chinatown San Francisco

Lorong-lorong di Chinatown San Francisco. (Foto: Getty Images)

0
SHARES
765
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Chinatown atau pecinan dapat ditemukan di New York, London, Toronto, Manila, Melbourne, hingga Jakarta sebagai tempat wisata populer. Ada di berbagai belahan negara, kawasan pertokoan budaya Tiongkok ini sebenarnya secara historis dekat dengan diskriminasi rasial.

Sejarah Chinatown pertama kali muncul di San Francisco, California, Amerika Serikat (AS) ketika para imigran Tiongkok datang pada 1850-an, dilansir diversio.com. Saat itu, pelabuhan San Francisco adalah titik masuk utama bagi imigran Tiongkok yang direkrut sebagai buruh untuk pengembangan bagian barat AS.

Baca juga: Gwanghwamun, Kota Sejuta Kisah Sejarah

Diskriminasi Memperkuat Komunitas Tiongkok

Di berbagai negara bagian AS seperti California, Texas, dan Wyoming, memberlakukan Hukum Tanah Asing yang mencegah imigran Tiongkok dan minoritas lainnya membeli atau menyewakan properti jangka panjang. Undang-undang ini mengakibatkan imigran Tiongkok harus melalui pihak ketiga untuk membeli atau mendapatkan sewa untuk properti.

Melansir history.com, ada pula kongres yang mengesahkan Undang-Undang Pengecualian Tiongkok pada 1882. Regulasi ini menangguhkan imigrasi Tiongkok untuk jangka waktu 10 tahun. Alhasil, masuk atau keluar orang Tiongkok di AS diharuskan membawa sertifikat yang mengidentifikasi statusnya sebagai pekerja, sarjana, diplomat atau pedagang. Regulasi ini menjadi yang pertama dalam sejarah AS dalam hal menempatkan batasan signifikan pada imigrasi dan hak-hak imigran baru.

Chinatown
Sebuah toko daging dan kelontong Tiongkok di San Francisco sekitar 1885-an. (Foto: Getty Images)

Sebagian besar imigran yang datang dari Tiongkok bekerja keras demi bertahan hidup. Tekanan finansial membuat banyak imigran Tiongkok harus menerima banyak pekerjaan dengan upah yang rendah. 

Namun, di samping tekanan finansial, jumlah imigran Tiongkok meningkat. Kehadiran mereka pun menarik perhatian warga San Francisco. Sayangnya, tidak semua orang menyambut para imigran baru ini dengan baik. Rasisme dan diskriminasi terhadap orang Tiongkok terus bermunculan yang membuat para imigran Tiongkok saling mengandalkan masing-masing.

Diskriminasi yang dihadapi oleh para imigran Tionghoa di AS sangat memengaruhi lingkungan fisik di sekitar mereka. Diskriminasi dan kebijakan pemerintah membuat orang Tiongkok terbatas pada wilayah kecil di tepi barat kawasan pusat bisnis. Minimnya ruang untuk orang-orang Tiongkok menyebabkan terbentuknya bangunan residensial dan komersial di setiap sisa ruang kota, sehingga menciptakan kawasan perkotaan yang padat. 

Sebuah distrik pun dikembangkan oleh orang-orang Tiongkok dan dipenuhi dengan pedagang, restoran, penatu, dan usaha kecil lainnya. Semua yang ada di distrik tersebut berfungsi sebagai jaringan dukungan sosial dan ekonomi yang vital bagi imigran Tiongkok dalam menghadapi diskriminasi. Tidak hanya itu, distrik tersebut juga berfungsi sebagai rumah kedua bagi para imigran Tiongkok. 

Gempa San Francisco Melahirkan Kembali Chinatown

Gempa bumi menimpa San Francisco pada 1906 dan mengakibatkan kebakaran di seluruh kota setelahnya, dilansir pbs.org. Bencana alam tersebut merugikan komunitas Tionghoa daripada tindakan legislatif apa pun. 

Gempa tersebut menghancurkan ribuan rumah, bangunan, dan bisnis di distrik yang telah dibangun orang Tiongkok. Banyak orang Tiongkok termasuk di antara yang tewas.

Namun, peristiwa bencana tersebut memiliki efek positif yang mengejutkan untuk orang Tiongkok. San Francisco saat itu sangat ingin membangun kembali kotanya yang hancur dan kembali berbisnis secepat mungkin. Chinatown pun menjadi salah satu strategi. 

Chinatown setelah dan sesudah gempa bumi
Tampilan Chinatown sebelum dan setelah gempa bumi di San Francisco pada 1906. (Foto: tripsavvy.com)

Chinatown yang awalnya tidak memiliki nuansa budaya Tiongkok sama sekali, memulai rekonstruksi pada Oktober 1906. Mereka menggabungkan fitur oriental yang terkesan stereotipikal seperti atap pagoda dan lampu jalan bergaya lentera kertas merah, juga tanda nama jalan dalam bahasa Mandarin serta Inggris. 

Warna merupakan elemen penting selama rekonstruksi ulang. Banyak bangunan memiliki fasad merah, kuning, dan hijau terang. Hal ini digunakan sebagai detail dan dekorasi untuk menciptakan karakter visual yang unik bagi mata masyarakat AS. Dengan begitu, estetika ini dibuat demi menarik turis dan menciptakan daya tarik wisata. Dari sinilah, Chinatown benar-benar lahir.

Chinatown San Francisco pun menjadi terkenal sebagai objek wisata utama. Bahkan, Chinatown menarik lebih banyak pengunjung setiap tahunnya dibandingkan Jembatan Golden Gate. 

Baca juga: Kisah Menarik dan Pilu di Balik Hangatnya Budae Jjigae

Ide ini sendiri datang dari seorang pengusaha Tiongkok di San Francisco, Look Tin Eli yang kemudian menetapkan tampilan Chinatown di seluruh dunia. Chinatown lainnya pun mengikuti model dan estetika dari Chinatown di San Francisco. 

Chinatown melambangkan penolakan sekaligus penerimaan. Mulai dari kombinasi diskriminasi dan rasisme yang dialami orang-orang Tiongkok. Kemudian, kesulitan untuk mencoba membangun diri mereka di negara baru dengan bahasa dan kebiasaan yang berbeda. Itu semualah yang menciptakan Chinatown yang banyak dikenal sekarang.

 

 

Penulis: Alycia Catelyn

Editor: Vellanda

Foto: Getty Images, tripsavvy.com

Sumber: diversio.com, history.com, pbs.org, YouTube/Vox

Tags: 2022Amerika SerikatASchinatowndiskriminasiearthquakefaktafakta unikgempagempa bumihistoryjalan-jalannewspecinanrasisrasismeSan FranciscoSejarahsejarah kelamsoft newstempat wisatationgkokunikwisata
Alycia Catelyn

Alycia Catelyn

Related Posts

Ma’nene, Tradisi Jemur dan Ganti Pakaian Mayat (ULTIMAGZ)
Jalan-jalan

Ma’nene, Tradisi Jemur dan Ganti Pakaian Mayat

March 22, 2023
Benua
Jalan-jalan

Intip Kekayaan Benua Afrika: Flora, Fauna, hingga Bentang Alam

March 20, 2023
Ilustrasi museum. (Foto: Unsplash/Dannie Jing)
Jalan-jalan

Rekomendasi Museum Menarik di Jakarta, Bisa untuk Edukasi sekaligus Rekreasi

March 20, 2023
Next Post
Malam Penghargaan Mr. & Ms. UMN 2022: Berkonsep Anggun dan Elegan (ULTIMAGZ)

Malam Penghargaan Mr. & Ms. UMN 2022: Berkonsep Anggun dan Elegan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 + nineteen =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021