SERPONG, ULTIMAGZ.com—Pandemi Covid-19 masih belum usai. Bahkan, di Indonesia sendiri kasus positif sudah mencapai satu juta pasien. Banyak rumah sakit tidak lagi bisa menampung pasien COVID-19 dan menghimbau masyarakat untuk isolasi mandiri. Namun, apabila tidak dilakukan dengan benar, berisiko memunculkan klaster keluarga. Dengan demikian, diperlukan persiapan yang matang. Berikut enam perlengkapan medis yang penting saat isolasi mandiri.
- Masker
Pasien Covid-19 yang sedang isolasi mandiri tetap perlu mempersiapkan dan memakai masker, terlebih jika harus berinteraksi dengan penghuni rumah atau keluar kamar. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan kepada keluarga atau orang yang berada di dalam rumah. Selain itu, masker yang digunakan pun sebaiknya berjenis surgical mask atau masker bedah. Masker sekali pakai tersebut lebih efektif untuk pencegahan penularan Covid-19 daripada masker kain.
Melansir dari alodokter.com, masker bedah mempunyai tiga lapisan, yaitu lapisan luar yang anti air, lapisan tengah sebagai filter kuman, dan lapisan dalam yang berguna untuk menyerap cairan dari mulut.
- Sabun dan hand sanitizer
Menjaga kebersihan diri, terutama bagian tangan merupakan kunci untuk melawan penyebaran Covid-19. Seseorang yang sedang isolasi mandiri tetap perlu mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun. Setelah itu, membilas tangan dengan air bersih selama kurang lebih 20 detik. Sementara, hand sanitizer digunakan jika tidak ada akses sabun dan air bersih.
- Termometer
Termometer merupakan alat ukur wajib yang harus ada di rumah, terutama bagi seseorang yang sedang isolasi mandiri. Pasalnya pasien isolasi mandiri harus melakukan pengukuran suhu sebanyak dua kali dalam sehari. Jika suhu naik melebih 380C, maka harus melaporkan gejala tersebut ke pihak rumah sakit.
- Pulse oximeter
Belum lama ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat pedoman baru untuk pasien isolasi mandiri COVID-19, yakni wajib mempunyai pulse oximeter. Oksimetri nadi tersebut berfungsi untuk mengukur kadar oksigen untuk mencegah terjadinya happy hypoxia pada pasien COVID-19. Sebab happy hypoxia dapat menimbulkan sesak napas tiba-tiba dan bisa berakhir fatal. Dengan menggunakan pulse oximeter, pasien isolasi mandiri dapat wasapada saat saturasi oksigen ada di bawah 90%, yakni rendah tetapi tidak menunjukkan gejala apapun.
- Antikoagulan
Antikoagulan merupakan obat yang dipakai untuk menghambat pembekuan darah. WHO merekomendasikan obat ini untuk dipakai dengan dosis yang rendah pada pasien Covid-19. Hal ini disebabkan virus corona dapat menyebabkan pembekuan darah di paru-paru yang berakibat fatal.
- Obat-obat simtomatik
Obat simtomatik berarti obat yang mengurangi keluhan atau gejala yang dialami.
Melansir dari klikdokter.com, beberapa gejala yang sering dialami oleh pasien Covid-19 adalah batuk (70,3%), riwayat demam dan demam (46,7% dan 38,5%), sesak napas (33,9%), lemas (29,6%), dan pilek (25,7%).
Maka dari itu, pasien isolasi mandiri dapat menyiapkan obat batuk, yakni antitusif untuk batuk kering dan ekspektoran untuk batuk berdahak. Selain itu, siapkan juga obat demam, yakni parasetamol dan obat pilek, yakni dekongestan.
Penullis: Vellanda
Editor: Nadia Indrawinata
Foto: dreamstime.com, healthline.com, kompas.com, sehatq.com, bbc.com, hdmall.id
Sumber: klikdokter.com, health.detik.com, alodokter.com, solopos.com