SERPONG, ULTIMAGZ.COM – Banyak orang tidak menyadari bahwa sebagian kepribadian seseorang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Hal ini kerap disebut dengan inner child.
Pada dasarnya, segala pengalaman hidup, baik yang membawa kebahagiaan maupun kesedihan, akan memengaruhi manusia dalam mengekspresikan diri ketika sudah dewasa. Mereka memengaruhi bagaimana seseorang membuat keputusan, merespons masalah, dan menjalani kehidupan.
Melansir Psychology Today, inner child adalah sekumpulan peristiwa masa kecil, yang baik atau buruk, yang berpengaruh pada pembentukan kepribadian manusia. Inner child juga diartikan sebagai representasi langsung dari diri pada tahun-tahun awal kehidupan.
Contoh sederhana, ketika seseorang dikelilingi oleh sanak saudara atau teman-teman yang melindungi dan menyayanginya, ia bisa tumbuh sebagai pribadi penyayang serta suka bergaul dengan orang lain.
Sama seperti pengalaman baik pada masa kecil yang bisa mempengaruhi manusia secara positif, pengalaman buruk juga memiliki pengaruh yang selaras. Bertumbuh dewasa, luka masa lalu yang tak kunjung disembuhkan bisa dimanifestasikan dalam bentuk perasaan dan perilaku destruktif, seperti trauma.
Pentingnya menghiraukan inner child
Sayangnya, sebagian orang membawa luka masa kecil dalam dirinya hingga dewasa, dan kerap mengabaikannya. Padahal, hal tersebut dapat berpengaruh pada kondisi mental seseorang.
Tanpa benar-benar berdamai dengan inner child, kesedihan dan trauma dapat timbul sewaktu-waktu, bahkan ketika kita merasa telah melupakannya.
Baca juga: 4 Tontonan untuk Bangun Gaya Hidup Minimalis dan Sehat Mental
Tanda dari batin yang terluka terlihat dari berbagai hal, seperti emosional dan merasa rendah diri. Orang-orang yang memiliki luka batin seringkali melukai tubuhnya, menjadi pemberontak, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Dikutip dari betterhelp.com, luka batin juga bisa timbul dari cedera emosional yang dialami seseorang, seperti kehilangan orang tua, pelecehan seksual, penyakit serius, dan kekerasan dalam keluarga.
Di titik ini, walaupun masa kecil tidak bisa diubah, proses rekonsiliasi dengan “anak kecil” yang terluka dalam diri akan membantu kita memiliki kehidupan yang lebih bahagia.
Cara berdamai dengan luka batin
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan Ultimates untuk bisa berbaikan dengan luka batin. Berikut penjelasannya.
- Reparenting inner child
Sebelum berdamai, kita harus terlebih dahulu mengingat kembali apa saja yang menjadi luka batin ketika masa kanak-kanak. Mengevaluasi masa lalu inilah yang disebut reparenting inner child, atau menjadi orangtua untuk diri sendiri di masa kecil. - Tulis surat kepada inner child
Menulis membantu kita kembali mengingat emosi negatif yang selama ini kita simpan, merasakannya, dan mendamaikan diri dengannya. Selain itu, isi surat bisa dalam bentuk perjanjian untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh dan berdamai dengan diri sendiri. - Perhatikan perasaan negatif
Jika Ultimates sering merasa rentan dan sensitif, penting untuk memperhatikan ketakutan dan sisi negatif dari inner child kita. Sesering mungkin bertanya kepada diri sendiri, apa yang dibutuhkan inner child dan apa yang harus dilakukan agar inner child tetap positif dan bahagia. - Hindari kritikan negatif yang tidak penting
Ada banyak kritikan dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Kritikan positif harus kita terima, tetapi kritikan negatif lebih baik dikesampingkan karena membuat inner child akan sulit untuk sembuh.
Dari penjelasan di atas, kita harus mulai mengenali dan berdamai dengan inner child kita karena hal ini akan selalu ada dalam diri kita. Berkenalan dan belajar memahami termasuk ke dalam self-love. Berdamai dengan versi kanak-kanak kita dapat menyembuhkan versi kehidupan kita saat ini.
Jadi, jangan terus tenggelam dalam kesedihan dan luka batin, ya!
Penulis: Maria Katarina
Editor: Maria Helen Oktavia
Foto: metanoiac.id
Sumber: tirto.id, mommiesdaily.com, betterhelp.com, idntimes.com, kompas.com, sehatq.com