• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Saturday, March 25, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Ini Alasan Pedagang di Pinggir Jalan Disebut Pedagang Kaki Lima

by Reynaldy Michael Yacob
May 21, 2022
in Lifestyle
Reading Time: 2 mins read
Pedagang kaki lima

Ilustrasi aktivitas pedagang kaki lima dan pembeli (ULTIMAGZ/ Rafael Amory J)

0
SHARES
853
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ultimates, kalian pasti pernah dengar istilah pedagang kaki lima (PKL), bukan? Namun, pernahkah Ultimates bertanya-tanya, kenapa mereka disebut dengan sebutan unik ini?

Beberapa orang berspekulasi bahwa istilah ini lahir karena jumlah tiang dari tenda yang umumnya digunakan oleh pedagang kaki lima. Ada juga yang mengira dari jumlah penopang gerobak. Akan tetapi, ternyata spekulasi ini salah besar.

Jika ditelusuri dari sejarahnya, istilah ‘kaki lima’ ini sudah digunakan oleh masyarakat sekitar sejak 200 tahun yang lalu, yaitu pada 1800-an. Asal-usul ini bermula dari masa kepemimpinan Letnan Gubernus Thomas Stamford Raffles asal Belanda yang sedang menduduki daerah-daerah di Nusantara (sekarang Indonesia). Saat itu, Raffles memerintahkan pemilik-pemilik gedung di jalan-jalan besar Batavia (sekarang Jakarta) untuk menyediakan trotoar untuk pejalan kaki selebar kurang lebih 150 cm atau 5 kaki.

Ketika mandat tersebut terlaksana, pedagang-pedagang kaum Bumi Putera (pribumi) malah menggunakan ruang itu untuk menjajakan barang dagangan mereka kepada pejalan kaki. Pada masa itu, barang yang diperdagangkan di trotoar sangat beragam, mulai dari barang kelontong, mainan anak, hingga obat-obatan. Namun ,uniknya, sangat sedikit pedagang kaki lima yang menjual makanan pada masa itu. Hal ini dikarenakan pedagang makanan umumnya menjajakan produknya dengan terus bergerak menggunakan gerobak atau pikulan.

Ukuran dari trotoar ini dijadikan sebutan mereka yang berdagang di terotoar atau pinggir jalan. Sebutan ‘kaki lima’ digunakan karena Bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari masyarakat pada saat itu. Mereka menggunakan format kata keterangan sebelum kata objek, sehingga penyebutannya bukan lima kaki. Dari Batavia, istilah ini kemudian semakin menyebar dari mulut ke mulut hingga daerah-daerah lain di Pulau Jawa dan pulau-pulau di sekitarnya seperti Sumatera dan Kalimatan.

Baca juga: Rekomendasi Hidangan Kuliner Lezat di Surabaya

Jumlah pedagang yang menggunakan trotoar sebagai lapak berjualannya ini juga semakin bertambah seiring dengan kemajuan infrastruktur yang dibangun oleh Belanda pada saat itu. Namun, pertumbuhan pedagang kaki lima terbesar tercatat pada 1934-an, bertepatan dengan masa depresi yang dialami dunia. Titik pertumbuhan besar selanjutnya terjadi pada saat Indonesia merdeka yaitu pada masa banyak orang yang kehilangan pekerjaannya dan harus berjuang memenuhi kebutuhannya masing-masing.

Hingga sekarang, istilah legendaris ini masih aktif digunakan oleh masyarakat karena nyatanya budaya menggunakan trotoar sebagai lapak berjualan juga masih membudaya di Indonesia dan negara-negara di sekitarnya. Bahkan, kebiasaan kontroversial ini malah menjadi daya tarik bagi turis asing untuk negara-negara Asia Tenggara karena konsepnya yang unik dan berkarakter tersendiri. Biasanya masyarakat internasional mengenal dagangan kaki lima ini sebagai street-food.

 

 

Penulis: Reynaldy Michael Yacob
Editor: Vellanda
Foto: Rafael Amory J
Sumber: historia.id, bontangpost.id, bobo.grid.id

Tags: budayaIndonesiakaki lima'kulinerpedagang kaki limaSejarahstreet food
Reynaldy Michael Yacob

Reynaldy Michael Yacob

Related Posts

Warteg
Lifestyle

Warteg: Hidangan Andalan Sejuta Umat

March 16, 2023
Ilustrasi seseorang yang sedang menciptakan paracosm. (Foto: happyplayindonesia.com)
Lifestyle

Paracosm: Ciptakan Dunia Khayalan Sesuai Keinginan

March 14, 2023
Ilustrasi child grooming. (ULTIMAGZ/Rafael Amory J)
Lifestyle

Mario Dandy dan Child Grooming: Hubungan Romantis dengan Anak

March 8, 2023
Next Post
Boneka kayu Sigale-gale. (Foto: tripelaketoba.com)

Mengenal Sigale-gale, Boneka Kayu Khas Suku Batak Toba

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four + 7 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021