SERPONG, ULTIMAGZ.com – Sering kali Ultimates mengonsumsi gula untuk memperbaiki suasana hati. Namun, banyak orang mengingatkan untuk membatasi konsumsi makanan manis, khususnya kepada anak-anak yang hiperaktif karena khawatir terhadap sugar rush. Lantas, apa yang dimaksud dengan istilah ini?
Melansir hallosehat.com, sugar rush merupakan kondisi ketika seseorang lebih aktif, bahkan hiperaktif setelah mengonsumsi yang manis-manis. Saat terlalu banyak menghabiskan hidangan manis, tubuh bereaksi dengan adanya lonjakan gula yang kemudian mendadak turun. Hal ini menyebabkan tubuh dehidrasi dan mengarah kepada keinginan gula.
Baca juga: Kenali Perbedaan Sukrosa dan Laktosa Mana yang Lebih Baik?
Saat merasa kelelahan, salah satu cara yang kerap dilakukan orang untuk mengoptimalkan kondisi psikis adalah dengan memakan atau meminum hal yang manis. Hal ini terjadi karena gula menjadi sumber energi utama bagi setiap sel dalam tubuh. Otak sangat kaya akan sel saraf atau neuron membuatnya menjadi organ yang paling banyak membutuhkan energi hingga menggunakan setengah dari semua energi gula dalam tubuh, dilansir dari halodoc.com.
Oleh karena itu, terkadang orang mengonsumsi camilan manis secara berlebihan tanpa disadari dan menimbulkan efek samping yaitu sugar rush. Meskipun begitu, sugar rush kerap dianggap sering terjadi pada anak-anak. Awal dari asumsi itu berasal dari kekhawatiran orang tua terhadap anak-anaknya setelah diberikan kudapan manis. Padahal, sugar rush juga dapat terjadi kepada orang dewasa.
Melansir hms.harvard.edu, meskipun tubuh membutuhkan glukosa, terlalu banyak sumber energi ini dapat menjadi hal yang buruk. Sebuah studi pada hewan oleh para peneliti di University of California,Los Angeles pada 2012 menunjukkan hubungan positif antara konsumsi fruktosa atau bentuk gula lainnya dengan penuaan sel. Selain itu, studi lain oleh tim ilmuwan di University of Montreal dan Boston College terhadap hewan pada 2009 turut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi glukosa berlebih dengan kekurangan memori dan kognitif.
Tak hanya pada fisik, kelebihan gula juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental. Melansir kompas.com, hasil penelitian Univeresity of South Wales, Australia mengungkapkan bahwa konsumsi gula berlebihan pada anak-anak dapat menyebabkan perubahan pada bagian otak yang mengatur fungsi memori dan stres, yaitu hipokampus. Hal ini mengakibatkan anak berisiko mengalami stres lebih cepat.
Untuk mendetoksifikasi gula agar lonjakan gula darah dalam tubuh menurun, Ultimates dapat melakukan beberapa cara, salah satunya dengan melakukan diet karbohidrat. Orang-orang yang melakukan diet ini memanfaatkan protein dan sayur-sayuran sebagai sumber utama makanan sehari-hari. Contohnya, telur, ayam, sawi, dan buah-buahan utuh, dilansir dari tempo.co.
Namun, berkurangnya natrium dan kalium ketika menekuni diet rendah karbohidrat dapat menimbulkan rasa sakit kepala. Dalam kondisi ini, konsumsi minuman yang mengandung elektrolit seperti air kelapa dan air infus buah dapat membantu.
Baca juga: Sinar Matahari Pagi, Si Penghasil Vitamin D yang Baik bagi Tubuh
Selanjutnya adalah minum air yang cukup. Dengan mencegah dehidrasi, Ultimates dapat mengurangi salah satu faktor utama terjadinya diabetes. Minum air juga membantu proses ginjal mengeluarkan akses gula melalui urin, dilansir dari rsum.bandaacehkota.go.id.
Makanan atau minuman manis merupakan kenikmatan yang bermanfaat bagi otak dan tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah yang sewajarnya. Namun, jika kurang pengawasan, kondisi tubuh dan psikis dapat merasakan dampak-dampak buruk. Oleh karena itu, pastikan Ultimates tidak mengonsumsi gula terlalu banyak.
Penulis: Jemima Anasya R.
Editor: Jessie Valencia
Foto: Freepik.com
Sumber: Halodoc.com, hallosehat.com, hms.harvard.edu, tempo.co, rsum.bandaacehkota.go.id, kompas.com.