­
  • About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Wednesday, May 14, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Opini

Fast Beauty: Apa yang Dikorbankan untuk Tampilan Sempurna?

by Happy Mutiara Ramadhan
October 1, 2024
in Lifestyle, Opini
Reading Time: 8 mins read
Ilustrasi produk fast beauty. (Sumber: kompas.com)

Ilustrasi produk fast beauty. (Sumber: kompas.com)

0
SHARES
220
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Fast beauty telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, merajai industri kecantikan dengan berbagai penawaran menggiurkan dari segi harga, penampilan, dan perilisan produk baru secepat tren yang berubah-ubah. 

Namun, di balik kemasan yang menarik dan janji kecantikan yang instan, muncul pertanyaan penting: apakah kita menyadari harga yang sebenarnya harus dibayar bagi kesehatan, lingkungan, dan etika industri?

Baca juga: Limbah Industri Fesyen dan Dampaknya bagi Lingkungan Hidup

Apa itu Fast Beauty?

Melansir bincangperempuan.com, konsep fast beauty mirip dengan fast fashion yang produk-produknya diproduksi secara massal. Hal itu guna menghemat biaya produksi dan menjaga agar brand selalu bisa mengikuti tren.

Fenomena ini terjadi didorong oleh meningkatnya penggunaan media sosial yang mana teknologi dan tren kecantikan selalu meluncurkan inovasi. Inovasi itu pun beragam mulai dari formulasi produk, teknik pemakaian yang lebih simpel, sampai make up tools yang semakin canggih.

Konsumen didorong untuk terus mencoba produk-produk baru untuk mengikuti tren kecantikan yang berubah dengan cepat ini. Akibatnya, muncul pola pembelian yang impulsif dan konsumtif. Kebiasaan itu membuat kualitas produk dan keberlanjutan seringkali diabaikan demi kecepatan dan harga murah, dilansir dari rri.co.id.

Hal inilah yang memperketat persaingan produsen produk kecantikan untuk selalu meluncurkan produk baru dan menjalankan kegiatan pemasaran yang “gila-gilaan” demi menjaga brand mereka tetap relevan dan menjaga kesetiaan pemakainya.

Lantas, apa yang membuat fast beauty penting untuk dibahas? 

Efek Buruk Fast Beauty Bagi Konsumen

Terlepas dari trennya, fast beauty juga membawa risiko besar bagi konsumen. Melansir rri.co.id, produksi massal cenderung mengorbankan kualitas demi kuantitas. 

Lebih jauh lagi, dilansir dari stories.rahasiagadis.com, beberapa produk  fast beauty diketahui mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti paraben, ftalat, formaldehyde, sampai merkuri.

Mengutip berbagai sumber, bahan-bahan tersebut dipastikan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh jika digunakan dalam jangka waktu panjang.

Sekalipun mengaku tidak menggunakan bahan kimia tertentu secara berlebihan, produksi cepat dipastikan tidak melalui pengujian yang memadai. Produk tidak melewati proses sampling dan testing yang layak.

Ini meningkatkan risiko bahan-bahan berbahaya masuk ke dalam produk. Dikhawatirkan bahan itu  menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi kulit, alergi, atau bahkan dampak jangka panjang seperti kerusakan hormonal.

Dampak Fast Beauty terhadap Lingkungan

Salah satu dampak paling nyata dari fast beauty adalah kerusakan lingkungan. Setiap kali produk baru dirilis, kemasan baru yang sering digunakan terbuat dari plastik sekali pakai.

Produk-produk ini pun seringkali digunakan hanya dalam waktu singkat, sebelum tergantikan oleh tren berikutnya. Akumulasi limbah inilah yang berdampak besar pada lingkungan. Hal ini terutama karena sebagian besar produk kecantikan tidak didaur ulang dengan benar.

Selain itu, proses produksi cepat dalam industri ini sering mengabaikan pertimbangan keberlanjutan. Melansir editorial.femaledaily.com, banyak perusahaan yang menggunakan bahan-bahan yang lebih murah dan mudah diolah, tetapi berisiko lebih tinggi merusak lingkungan.  Bahan-bahan itu seperti minyak kelapa sawit dan produk dari hewan.

Belum lagi terkait pengelolaan sampah dan limbah yang dihasilkan. Mengutip editorial.femaledaily.com, dilansir dari Glamour UK, Stephen Clarke dari Terracycle menyebutkan bahwa bentuk pengemasan produk kecantikan yang sangat bervariasi membuat mereka jadi lebih sulit didaur ulang. 

Produk yang komponennya kecil seperti maskara dan eyeliner rawan terjatuh dari mesin dan gagal diolah. Ditambah lagi dengan produk yang tersisa di dalamnya juga butuh usaha lebih untuk dibersihkan.

Tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga ekosistem air dan tanah. Penggunaan bahan-bahan ini memperburuk krisis lingkungan global yang dalam jangka panjang justru merugikan kesehatan kita sendiri.

Masalah Etika dalam Produksi Fast Beauty

Dari segi etika, fast beauty juga menimbulkan masalah besar. Banyak produk kecantikan diproduksi di negara-negara berkembang dengan upah tenaga kerja yang rendah. 

Melansir tintcosmetologyschools-com, dalam upaya memproduksi cepat dan murah, beberapa perusahaan kecantikan terbukti melakukan eksploitasi tenaga kerja dengan mengabaikan dan melanggar hak-hak pekerja.

Pelanggaran ini termasuk membayar pekerja dengan upah rendah, mempekerjakan anak di bawah umur, dan tempat kerja yang tidak aman atau tidak manusiawi.

Salah satu contoh mengerikan terjadi di India, tepatnya di Jharkhand dan Bihar yang menjadi lokasi pertambangan mika ilegal, sekaligus pemasok 25 persen bubuk mika di dunia, dilansir dari throughteenlenses.com. 

Pada 2016 silam, diketahui terdapat sekitar 20.000 anak dipekerjakan dalam kondisi yang tidak aman dan mengancam kesehatan mereka. Hal itu karena mereka mengekstrasi bubuk mika yang beracun.

Dilansir dari throughteenlenses.com dan safescosmetics.org, bubuk mika adalah bubuk mineral alami yang sering digunakan dalam pembuatan produk make-up seperti foundation bedak, concealer, highlighter. Namun bahan ini juga sering digunakan sebagai pengisi semen, aspal, dan bahan isolasi pada kabel listrik.

Selain itu, banyak perusahaan yang mengorbankan kualitas demi kecepatan. Proses produksi yang terburu-buru mengurangi waktu untuk melakukan pengujian produk yang aman bagi kesehatan konsumen dan lingkungan.  

Alternatif: Pergerakan Slow Beauty

Sebagai tanggapan terhadap tren fast beauty, gerakan slow beauty mulai mendapatkan perhatian. Melansir kompas.com, prinsip slow beauty sama dengan slow fashion yang mana konsumen memilih untuk berinvestasi pada produk yang berkelanjutan dan menggunakan bahan-bahan yang aman. 

Slow beauty menekankan kualitas ketimbang kuantitas, mendorong konsumen untuk memilih produk yang lebih tahan lama, aman, dan ramah lingkungan. Bahan-bahan yang digunakan pun juga cenderung lebih alami.

Gerakan ini pun tidak hanya tentang produk yang Ultimates gunakan, tetapi juga cara Ultimates memandang kecantikan. Slow beauty mengajarkan bahwa kecantikan sejati tidak perlu diraih dalam waktu singkat atau melalui produk yang tak terhitung jumlahnya.

Sebaliknya, kecantikan bisa dirawat secara perlahan dan konsisten dengan produk-produk yang mendukung kesehatan jangka panjang, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan.

Tren fast beauty mungkin memberikan kepuasan instan, tetapi konsekuensinya jauh lebih besar dari yang terlihat. Dari limbah yang dihasilkan hingga dampak buruk bagi kesehatan dan standar etika yang dipertanyakan, Ultimates harus lebih bijaksana dalam memilih produk kecantikan yang digunakan. 

Baca juga: Opini: Apakah Ada Alasan Rasional untuk Membenci Kelompok LGBTQ+?

Mendukung gerakan slow beauty adalah salah satu cara untuk berkontribusi pada industri yang lebih berkelanjutan, etis, dan ramah lingkungan. Pada akhirnya, kecantikan tidak hanya tentang bagaimana kita terlihat di luar, tetapi juga bagaimana kita menjaga kesehatan diri dan Bumi ini. 

Memilih produk kecantikan yang berkualitas, transparan, dan berkelanjutan adalah langkah kecil yang dapat membuat perbedaan besar. Kecantikan sejati adalah tentang merawat diri dengan penuh kesadaran, bukan mengikuti tren yang cepat berlalu.

 

 

Penulis: Happy Mutiara Ramadhan

Editor: Josephine Arella

Foto: kompas.com

Sumber: editorial.femaledaily.com, bincangperempuan.com, stylo.grid.id, tintcosmetologyschools-com, rri.co.id, safescosmetics.org, cdc.gov, alodokter.com, kbbi.kemdikbud.com, stories.rahasiagadis.com, bbk.kemenperin.go.id, sitkb3.menlhk.go.id, kompas.com

Tags: eksploitasi tenaga kerjafast beautyindustri kecantikanindustri kosmetiklingkunganslow beauty
Happy Mutiara Ramadhan

Happy Mutiara Ramadhan

Related Posts

Dokumentasi Bhikkhu Thudong berjalan kaki saat sampai di Candi Agung Borobudur pada 2024. (ANTARA/Anis Efizudin)
Event

Mengenal Tradisi Thudong, Perjalanan Spiritual Menjelang Waisak

May 13, 2025
Ilustrasi ucapan Tri Suci Waisak bagi umat Buddha yang merayakan. (freepik.com)
Lainnya

Tri Suci Waisak 2569 BE, Inilah Tradisi Menarik Umat Buddha

May 12, 2025
Seseorang membawa tulisan saat unjuk rasa #MeToo pada 2018. (Getty Images/Stephanie Keith)
Lifestyle

Saat Dunia Melihat dan Mendengar: Kisah di Balik Gerakan #MeToo

May 5, 2025
Next Post
Potret Moo Deng. (x.com/@kkopzoo)

Moo Deng: Bayi Kuda Nil yang Tengah Viral di Media Sosial

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

Select Category

    About Us

    Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

    © Ultimagz 2021

    No Result
    View All Result
    • Beranda
    • Info Kampus
      • Berita Kampus
      • Indepth
    • Hiburan
      • Film
      • Literatur
      • Musik
      • Mode
      • Jalan-jalan
      • Olahraga
    • Review
    • IPTEK
    • Lifestyle
    • Event
    • Opini
    • Special
      • FOKUS
      • PDF
    • Artikel Series
    • Ultimagz Foto

    © Ultimagz 2021