SERPONG, ULTIMAGZ.com – Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara dengan penduduk paling ramah di dunia. Namun, hal positif ini lama-kelamaan malah menjadi ‘pisau bermata dua’ yang mencoreng nama Indonesia karena keramahan warga yang kelewat batas.
Prestasi keramahan warga Indonesia memang sudah dikenal masyarakat global. Survei-survei oleh perusahaan dan lembaga Internasional seperti Guest Review Awards, Lonely Planet, hingga Rough Guides, telah mengonfirmasi bahwa Indonesia selalu masuk ke peringkat sepuluh besar negara dengan penduduk teramah pada turis-turisnya.
Gelar yang cukup membanggakan ini sayangnya juga menghasilkan pengalaman kurang mengenakan bagi sebagian orang, baik turis, ataupun masyarakat Indonesia sendiri. Ania Tomczak adalah salah satu korban dari keramahan warga Indonesia yang membuat tidak nyaman. Ania adalah seorang traveler asal Polandia yang senang membagikan ceritanya melalui video di kanal YouTubenya, ‘Globe in the Hat’.
Pada videonya yang diunggah pada Senin (02/08/21), Ania bercerita bahwa ada beberapa hal yang mengganggunya saat ia berlibur di Indonesia. Salah satunya adalah penduduk Indonesia suka sekali menanyakan hal-hal personal padanya.
“Kamu bisa bayangkan berapa banyak orang yang bertanya tentang umur, tentang makanan, tentang negara ini dan lainnya,” kata Ania dalam vlog-nya.
Hal-hal yang umum dibicarakan di Indonesia seperti umur, status, asal, dan preferensi terkadang cukup personal bagi turis-turis asing, sehingga hal-hal ini wajar saja membuat turis tidak nyaman.
Keramahan warga Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk pertanyaan ‘basa-basi’ ini juga sering kali dirasakan oleh kita sebagai warga Indonesia itu sendiri. Kita seringkali memulai obrolan dengan seseorang yang baru kita kenal dengan pertanyaan-pertanyaan klise sepertinya “asal mana?”, “kerja di mana?”, “sudah menikah atau belum?”, “sudah punya pacar belum”, dan hal-hal lain yang sebenarnya aneh untuk dibicarakan dengan orang asing.
Budaya ‘sok kenal, sok dekat’ ini sebenarnya merupakan buah dari sifat kekeluargaan penduduk Indonesia yang kental pada siapapun sehingga sering merasa bahwa semua orang adalah saudara yang boleh ditanyakan hal-hal personal.
Jika hingga taraf ini saja, sebenarnya keramahan warga Indonesia masih bisa dimaklumi sebagai perbedaan budaya. Namun, sayangnya hal ini telah bertransformasi ke media lain yaitu media sosial yang memperburuk citra baik keramahan warga Indonesia.
Reputasi Buruk Gemar Ikut Campur
Kini, telah menjadi hal umum ketika warga-net Indonesia seakan-akan mengurusi dan mencampuri kehidupan semua orang. Bahkan warga negara lain yang tidak ada hubungannya sedikit pun dengan negara Indonesia.
Salah satu kejadian paling aneh yang pernah dilakukan oleh warga-net Indonesia adalah merundung pasangan homoseksual asal Thailand yang mengunggah foto pernikahan mereka di Facebook, pada Minggu (04/04/21). Suriya Koedsang dan suaminya melakukan pernikahan mereka di Thailand, dengan surat nikah yang sah dari pemerintah Thailand. Pasangan tersebut sama sekali tidak menghubungkan negara Indonesia dalam pernikahan dan unggahan mereka. Namun, mereka dihujani dengan berbagai kata-kata tidak manusiawi, bahkan hingga dikirim ancaman mati dari netizen Indonesia.
Fenomena tak etis ini juga dapat terlihat dengan jelas melalui ocehan netizen Indonesia jika sudah membicarakan kehidupan pribadi idola mereka yang bahkan tidak mereka ketahui bagaimana kehidupan dan perasaan sesungguhnya. Sudah sering sekali terjadi, seorang selebriti baik dari dalam maupun luar negeri yang mengeluh atas komentar warga Indonesia yang kelewat batas dalam mencampuri kehidupan mereka.
Komentar-komentar kasar yang terlalu peduli pada kehidupan pribadi orang asing ini telah membuat Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan pengguna Internet paling tidak sopan se-Asia Tenggara atau peringkat 4 sedunia berdasarkan riset “Digital Civility Index” yang dilakukan oleh pihak Microsoft, akhir Februari lalu.
Peringkat ini membuktikan mentalitas masyarakat Indonesia sangat buruk dengan bersikap sok tahu, berpikiran tertutup, ketus, dan mudah mengambil kesimpulan. Dengan melanjutkan kebiasaan ini, tanpa sadar pandangan ‘warga ramah’ yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa kita bisa tergantikan dengan ‘warga tidak sopan’.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati bulan kemerdekaan Republik Indonesia, mari bersama-sama kita harumkan nama Indonesia dengan cara berperilaku ramah secukupnya saja, dan menghargai batasan-batasan yang ada dalam masyarakat dan media sosial. Mari bangun citra yang baik untuk Indonesia sebagai bentuk penghormatan kita kepada para pahlawan yang telah berjuang demi eksistensi bangsa ini di dunia.
Penulis: Reynaldy Michael Yacob, Ilmu Komunikasi 2020
Editor: Andi Annisa Ivana Putri
Foto: Pegipegi.com
Sumber: IDNtimes.com, kompas.com, liputan6.com