• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, March 23, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

#ShameOnYouMalaysia dan Nasionalisme Dadakan Kita

by Rosa Cindy
September 23, 2017
in Opini
Reading Time: 2 mins read
#ShameOnYouMalaysia dan Nasionalisme Dadakan Kita
0
SHARES
238
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Masih teringat di benak kita tentang insiden Bendera Merah Putih tercetak terbalik di buku panduan Sea Games ke-29 di Malaysia. Peristiwa tersebut pertama diketahui oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, yang kemudan mem-posting-nya ke media sosial Twitter.

Pembukaan #SEAgame2017 yg bagus tapi tercederai dg keteledoran fatal yg amat menyakitkan. Bendera kita….Merah Putih. Astaghfirullaah… pic.twitter.com/k92SlDdBqB

— Imam Nahrawi (@imam_nahrawi) August 19, 2017

Dalam sekejap, postingan ini viral dan menyulut kemarahan masyarakat Indonesia yang merasa dihina negara tetangga.

Bukan hanya kali ini Malaysia menyulut kemarahan masyarakat Indonesia. Masih teringat jelas ketika batik dan Reog Ponorogo diklaim sebagai milik Malaysia.

Kembali pada insiden bendera terbalik, berbagai spekulasi pun ramai bermunculan. Sebab, letak Malaysia sebagai negara tetangga, hubungan yang terjalin puluhan tahun, dan motif bendera Indonesia yang sederhana, dirasa tak dapat menjadi alasan hingga bendera Indonesia bisa dicetak terbalik.

Media sosial pun berubah menjadi arena bertemunya warganet kedua negara. Ejekan, cacian, makian, hingga ancaman pun bermunculan. Tagar #ShameOnYouMalaysia pun menghiasi sosial media, juga sebagai bentuk kekecewaan atas terselenggaranya Sea Games tahun ini yang dirasa hanya menguntungkan pihak tuan rumah. Pernyataan “Ganyang Malaysia” yang pernah dilontarkan Soekarno pun ramai digaungkan. Seolah, perang antara dua negara sahabat ini ingin dijadikan.

Dampak positifnya, segala cacian yang ditujukan pada Malaysia dapat dikatakan sebagai wujud semangat nasionalisme masyarakat Indonesia. Tidak penting kasar atau tidak, NKRI harga mati. Semangat nasionalisme ini bak bangkit kembali dari tidur lelap masyarakat yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Namun kenyataannya, nasionalisme kita berada jauh di bawah rata-rata jika tidak ada insiden semacam ini. Persis seperti ketika kesenian daerah kita diakui negara tersebut. Kita seperti kebakaran jenggot.

Insiden-insiden serupa akhirnya hanya melahirkan nasionalisme dadakan, menggebu, dan berapi-api yang bersifat sesaat. Kala masalah selesai, semangat tersebut pun padam lagi. Akankah kita sebagai agen perubahan akan terus memelihara nasionalisme dadakan seperti ini?

Contohnya simpel. Batik adalah khas Indonesia yang seharusnya kita banggakan. Akan tetapi, pakaian bermotif batik hanya dipakai kala menghadiri pernikahan kerabat atau bekerja di hari Jumat.

Saat seseorang memakai batik di hari biasa, anggapan lucu atau ledekan “mirip Ketua RT” pun dilontarkan. Kalau sudah begini, bukan tidak mungkin batik akan kembali diakui bangsa lain.

Hal serupa juga terjadi pada Reog Ponorogo. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa kesenian ini berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Tapi kesenian tradisional semacam Reog ini malah dianggap kuno. Padahal, minat anak muda seperti kitalah yang seharusnya bisa menjaga kesenian semacam ini agar tidak punah atau diambil bangsa lain. Dengan belajar dan ikut melestarikan adalah satu wujud semangat nasionalisme yang nyata, dibanding hanya bercaci maki di media sosial.

Nasionalisme tidak seharusnya pernah padam dalam diri kita. Semangat tersebut tidak ditunjukkan dengan mengunggah Bendera Merah Putih atau mem­-posting­ kutipan yang membakar semangat kemerdekaan setiap hari.

Hal-hal seperti menjadi pengajar relawan di sekolah terpencil, membantu pengadaan akses ke desa, atau membeli produk asli Indonesia adalah wujud nasionalisme muda yang bisa kita lakukan. Dengan begitu, Indonesia tidak akan pernah kehilangan semangat nasionalismenya, dan nasionalisme dadakan tidak perlu lagi ada.

Penulis: Fadillah Satrio Pradhana, mahasiswa Public Relations UMN 2014

Editor: Clara Rosa Cindy

Foto: jawapos.com

Tags: 2017dadakaneventkesenianmedia sosialnasionalismenasionalisme dadakanolahragaopiniseagamesshameonyoumalaysiatagarultimagz
Rosa Cindy

Rosa Cindy

Related Posts

Ilustrasi musik dangdut
Opini

Merunut Sejarah dan Stigma Kampungan dalam Musik Dangdut

March 9, 2023
Hollywood
Opini

Di Tengah Riuhnya Hollywood, Ini Tantangan Industri Perfilman Indonesia

March 7, 2023
Seniman
Iptek

Seniman Tidak Akan Tergantikan oleh Kecerdasan Buatan

March 1, 2023
Next Post
Indonesia dan Thailand Siap Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Indonesia dan Thailand Siap Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × five =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021