• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, March 27, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Xavier Dolan dan Koneksi “Queer Cinema”

by Felix
May 22, 2018
in Opini
Reading Time: 2 mins read
Xavier Dolan dan Koneksi “Queer Cinema”

Xavier Dolan dalam kontribusinya di industri perfilman, baik sebagai penulis, sutradara, maupun aktor. Karya-karyanya ikut andil sebagai pelopor di industri khususnya dalam ranah Queer Cinema. (Huffingtonpost.com)

0
SHARES
367
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TANGERANG, ULTIMAGZ.com — Muncul singkat dalam film televisi Miséricorde, Xavier Dolan mulai menjajal dunia perfilman di tahun 1994. Memasuki ranah industri dengan peran kecilnya, saat ini ia dikenal sebagai seorang penulis sekaligus sutradara.

Terlahir dengan nama lengkap Xavier Dolan-Tadros, pada 20 Maret 1989 di Montreal, Kanada, Dolan mulai dikenal lewat peran besarnya di film J’ai tué ma mère, di mana ia menyandang peran sebagai aktor, penulis, sutradara, dan produser.

J’ai tué ma mère sendiri adalah film pertama dengan skenario asli yang ia buat langsung. Mengusung tema utama dari debutnya sebagai salah satu pelopor berpengaruh, Queer Cinema.

Queer Cinema adalah rujukan terhadap film-film yang bertema sentral tentang homoseksualitas di paruh ceritanya.

Kemunculan Dolan di Queer Cinema bukanlah yang pertama di dunia seni akting. Empat tahun sebelumnya, sutradara asal Taiwan Ang Lee sempat memukau audiens dengan keberhasilannya mengarahkan salah satu film bergenre serupa, Brokeback Mountain (2005).

Tidak hanya berkontribusi di J’ai tué ma mère, Dolan juga turut ambil bagian dalam beberapa judul film seperti Les Amours Imaginaires, Laurence Anyways, Indochine: College Boy, dan Tom à la Ferme. Dari kelima film pertamanya itu, ia seolah berputar di lingkaran tema yang sama, yakni Queer Cinema.

Keragaman dalam Bercerita

Meski dalam lingkup tema serupa, Dolan tetap mampu memperlihatkan kepiawaiannya memunculkan keragaman di setiap cerita. Seperti pada Laurence Anyways dimana ia berporos pada kaum trans, dan kebalikannya di Les Amours Imaginaires ketika dirinya melakukan eksperimen terhadap karakter biseksual.

Ia pun mengakui semua karakter yang ia bawa dalam cerita merupakan realita yang ia rasakan dan yang ia amati.

Terlepas dari latar belakang orientasi dirinya, Xavier tetap membuat kisah yang memang relevan pada penonton dan berpacu pada kehidupan manusia pada umumnya.

Keragaman yang ia ambil, ditambah perbedaan dan inovasi karakter yang baru, membuat karya-karya Dolan tidak perlu diragukan. Film debutnya pun sukses membuktikan bahwa dirinya memang layak mendapatkan tiga penghargaan langsung di ajang Cannes Film Festival 2009 untuk J’ai tué ma mère.

Pria yang telah genap berusia 29 tahun ini telah mengantongi 69 kemenangan dan berhasil masuk ke dalam 97 nominasi penghargaan. Pun, mayoritas berkat hasil kinerja kerasnya di ranah industri Queer Cinema.

Kejujuran dalam bercerita memang menjadi “senjata utama” di film-film Dolan, yang juga melatar belakangi kisah personalnya. Seperti sebuah buku harian, dari film yang ia buat kita bisa melihat sosok Xavier Dolan yang sebenarnya.

 

Penulis: Felix

Editor: Gilang Fajar Septian

Foto: Huffington Post

Tags: brokeback mountaincannes film festivalJ'ai tué ma mèrequeer cinemaultimagzxavier dolan
Felix

Felix

Related Posts

Ilustrasi thrifting pakaian bekas (Foto: unsplash.com)
Opini

Polemik Thrifting: Pakaian Bekas Impor Ganggu Industri Tekstil Indonesia

March 24, 2023
Ilustrasi musik dangdut
Opini

Merunut Sejarah dan Stigma Kampungan dalam Musik Dangdut

March 9, 2023
Hollywood
Opini

Di Tengah Riuhnya Hollywood, Ini Tantangan Industri Perfilman Indonesia

March 7, 2023
Next Post
Mahasiswa UMN Kembali Terima Surel Hoaks

Mahasiswa UMN Kembali Terima Surel Hoaks

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two + eleven =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021