• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, August 21, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Hiburan Literatur

Memahami Adat dan Budaya Patriarki Bali Melalui Novel Tarian Bumi

Andi Annisa Ivana Putri by Andi Annisa Ivana Putri
February 6, 2019
in Literatur, Review
Reading Time: 3 mins read
Memahami Adat dan Budaya Patriarki Bali Melalui Novel Tarian Bumi
0
SHARES
4.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Perempuan Bali itu, Luh, Perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup.

SERPONG, ULTIMAGZ.com–Bali dikagumi oleh banyak orang karena budayanya. Namun, orang-orang tersebut tidak melihat dari sudut pandang orang Bali tentang bagaimana adat membentuk jalan hidup seseorang sedemikian rupa. Dalam buku Tarian Bumi, Oka Rusmini mengupas kehidupan seorang perempuan Bali yang berusaha ‘mendobrak’ adat yang sudah melekat pada dirinya, bahkan sejak ia lahir.

Novel ini mengisahkan hidup seorang gadis berkasta Brahmana bernama Ida Ayu Telaga Pidada. Kasta sendiri memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat di Bali. Kasta Brahmana, yakni kasta tertinggi mendapat perlakuan istimewa dan senantiasa dituntut untuk bersikap selayaknya seorang bangsawan sejati. Sejak kecil Telaga sudah dididik keras agar tahu cara membawa diri agar gelar Ida Ayu, gelar yang hanya dimiliki oleh seseorang yang berkasta Brahmana, tidak tercoreng.

Meskipun fokus cerita ada pada hidup Telaga yang besar di griya (sebutan untuk rumah kaum Brahmana), novel ini juga menceritakan hidup nenek dan ibu dari Telaga. Nenek Telaga Ida Ayu Sagra Pidada merupakan keturunan Brahmana murni sehingga senantiasa bersikap angkuh dan memandang rendah orang yang berbeda kasta. Sikap berbeda ditunjukkan oleh ibu dari Telaga yang bernama Luh Sekar yang merupakan orang biasa berkasta Sudra, kasta terendah. Berkat kerja kerasnya menjadi seorang penari, ia berhasil dinikahi oleh Ida Bagus Ngurah Pidada. Berasal dari kasta rendah, Luh Sekar selalu mencoba untuk beradaptasi di lingkungan griya agar pantas menjadi istri seorang kaum Brahmana. Oleh karena itu, sejak kecil Telaga tumbuh dengan beban dan mimpi-mimpi ibunya. Telaga diharapkan menjadi penari tercantik dan terbaik. Ia juga diharapkan untuk menikah dengan seorang Ida Bagus, seseorang yang juga berasal dari kaum Brahmana.

Jalan cerita nenek dan ibu Telaga tanpa sadar membentuk pemikiran kompleks di diri Telaga bahwa menjadi seorang perempuan Bali tidaklah mudah. Ada batasan-batasan seperti kasta dan hak yang membuat seorang perempuan seringkali tidak berdaya. Adat Bali yang menganut sistem patriaki acap kali mengagungkan lelaki dan menganggap perempuan tidak memiliki posisi yang layak. Misal, jika seorang lelaki Brahmana ingin menikahi wanita Sudra maka hal itu bisa saja terjadi. Namun jika seorang wanita Brahmana ingin menikahi lelaki Sudra maka wanita itu harus melepas gelar Brahmananya dan turun kasta.

Nenek Telaga pernah berkata “Menikahlah kau dengan laki-laki yang memberimu ketenangan, cinta, dan kasih. Yakinkan dirimu bahwa kauh memang memerlukan laki-laki itu dalam hidupmu. Kalau kau tak yakin, jangan coba-coba mengambil resiko.” (Rusmini, 2000:18)

Selain memberikan gambaran mengenai kehidupan gadis berkasta melalui sosok Telaga, Oka Rusmini juga menjelaskan mengenai adat-adat Bali. Penyebutan orang lain (meme, odah, kakiang), penyebutan diri (tiang), dan juga ritual-ritual Bali lainnya sengaja disebutkan sesuai dengan pelafalan Bali sehingga pembaca mendapat pemahaman lebih mengenai adat Bali.

Novel yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman (Erdentanz) dan Bahasa Inggris (Earth Dance) ini bagus untuk membuka pandangan terhadap apa yang sebenarnya terjadi di balik indahnya sistematika teratur adat Bali. Adat yang sudah menjadi warisan selama turun temurun terkadang memberi kekangan terhadap keluwesan jalan hidup. Banyak ketidakadilan yang sebenarnya terjadi dibalik eksotisnya Bali di mata dunia terutama dalam hal diskriminasi gender dan ras. Melalui tokoh-tokohnya, Oka Rusmini melakukan kritik terhadap budaya dan adat yang merugikan. Gaya bahasa yang tidak terlalu berat membuat novel ini terasa ringan untuk dibaca namun memiliki makna yang dalam.

Sayangnya, novel ini tidak menggambarkan waktu yang jelas sehingga pembaca harus menerka sendiri, apakah latar waktu yang ada dalam novel ini berada pada masa kini atau masa lampau. Setelah membaca hingga bagian tengah barulah pembaca dapat menyimpulkan cerita ini berlatar modern karena terdapat mobil dan juga hotel.

Penulis: Andi Annisa Ivana Putri

Editor: Nabila Ulfa Jayanti

Foto: Goodreads.com

 

Tags: adatnoveloka rusminiopinipatriakiperempuanreviewtari
Andi Annisa Ivana Putri

Andi Annisa Ivana Putri

Related Posts

Potret Buku Surrounded by Idiots karya Thomas Erickson (penguin.com.au)
Literatur

Surrounded by Idiots: Mereka Bukan Idiot, Mereka Hanya Berbeda

May 7, 2025
Ilustrasi seseorang menggunakan frasa long time no see kepada rekannya (freepik.com)
Lifestyle

Bukan Bahasa Inggris Asli? Ini Cerita di Balik “Long Time No See”

April 30, 2025
Kumpulan buku-buku tentang masa Orde Baru. (goodreads.com)
Hiburan

Jangan Lupakan Sejarah: Ini 3 Rekomendasi Buku tentang Masa Orde Baru

March 23, 2025
Next Post
Hal yang Dapat Dilakukan Saat Liburan di Rumah

Hal yang Dapat Dilakukan Saat Liburan di Rumah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 × five =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021