SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tak dapat dipungkiri, Indonesia memang memiliki karya seni yang melimpah, mulai dari tulisan, puisi, nyanyian, tarian, hingga film yang menghiasi layar lebar. Sayangnya, banyaknya karya seni malah membuat karya lawas berkualitas tinggi terlupakan begitu saja.
“Tiga Dara” (1956), merupakan salah satu film musikal yang terkenal di Indonesia pada zamannya. Tak hanya memasarkan cerita komedi, “Tiga Dara” juga memiliki kualitas yang tidak main-main. Hal ini terbukti dari Piala Citra untuk kategori Musik Terbaik pada Festival Film Indonesia 1960 yang berhasil diraihnya. “Tiga Dara” juga sempat ditampilkan dalam ditampilkan dalam Festival Film Venesia 1959.
Film komedi musikal ini menceritakan perjalanan kisah kasmaran tiga bersaudari, Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya) dan Nenny (Indriati Iskak). Mereka dibesarkan oleh nenek mereka (Fifi Young) yang bersikeras mencari pasangan untuk cucu tertuanya, Nunung. Selama cerita bergulir, penonton akan disuguhkan ragam lagu-lagu khas tahun 50-an dengan lirik yang jenaka.
Tepat pada bulan Agustus 2016, proses restorasi – perbaikan – film “Tiga Dara” yang telah genap berusia 60 tahun ini akhirnya telah selesai. Kini, karya klasik dari dunia perfilman Indonesia tersebut dapat kembali dinikmati oleh masyarakat, terutama generasi muda yang belum pernah menyaksikan film “Tiga Dara” sebelumnya.
Dilansir dari muvila.com, film yang diproduksi oleh SA Films ini pun sudah melalui proses restorasi dari tahun 2015 lalu di laboratorium L’Immagine Ritrovata, Bologna, Italia untuk menyempurnakan fisik pita seluloid film ini yang sebelumnya mengalami kerusakan. Tahap ini juga melibatkan dua orang asal Indonesia sebagai teknisinya, yaitu Lintang Gitomartoyo dan Lisabona Rahman.
Film ini pun di restorasi sebagai prolog dari film adaptasi Tiga Dara yang juga diproduksi oleh SA Films dengan judul “Ini Kisah Tiga Dara” yang dibintangi oleh beberapa artis generasi baru seperti Tara Basro, Shanty Paredes, Tatyana Akman, Rio Dewanto, dan juga akrtis dan penyanyi senior, Titiek Puspa.
Jujur, sebagai seorang anak muda yang mengaku cinta pada karya seni yang dihasilkan negeri sendiri, saya merasa malu karena tidak mengetahui film “Tiga Dara” sebelumnya. Keberadaan film yang telah direstorasi ini membuat saya semakin bangga dengan karya seni tanah air. Terlebih kini “Tiga Dara” telah ‘dibangkitkan’ dari sekadar memoar sehingga tidak terlupakan dengan sia-sia. “Tiga Dara” bisa kembali dinikmati, bukan hanya untuk masyarakat dalam negeri, namun juga untuk masyarakat dunia.
Penulis : Analuna Manullang
Editor : Monica Devi Kristiadi
Sumber : muvila.com, rollingstone.co.id
Foto : pedava.com