SERPONG, ULTIMAGZ.com – Long time no see, sebuah ungkapan yang terdengar akrab dan bersahabat. Namun, siapa sangka ungkapan yang sering Ultimates ucapkan saat bertemu teman lama ternyata menyimpan jejak sejarah lintas budaya dan grammar yang salah?
Melansir dari goeastmandarin.com dan crossidiomas.com, frasa ini berangkat dari dua teori. Pertama, ungkapan ini diyakini berasal dari Pidgin English, bahasa campuran yang berkembang ketika dua kelompok dengan bahasa berbeda mencoba berkomunikasi tanpa memiliki bahasa yang sama.
Baca juga: Starbucks Indonesia Buka Gerai Bahasa Isyarat Pertama
Bahasa Pidgin umumnya memiliki struktur yang sederhana, kosakata terbatas, serta tidak memiliki gramatikal yang kompleks. Ciri-ciri inilah yang menjelaskan mengapa frasa long time no see terdengar tidak lazim dalam susunan bahasa inggris formal, dilansir dari britannica.com.
Selain teori dari Pidgin english, ada pula pandangan lain yang menjelaskan bahwa frasa ini merupakan terjemahan langsung bahasa Mandarin oleh imigran Tionghoa di Amerika pada abad ke-19. Frasa Mandarin seperti hǎojiǔ bú jiàn atau hǎojĭu méi jiàn yan memiliki arti yang sama dengan long time no see, “sudah lama tidak bertemu”, dilansir dari wordhistories.net.
Baca juga: Jelajahi Lebih Dalam Budaya Minum Teh Inggris
Namun, dari sisi tata bahasa, frasa ini tidak memiliki subjek dan kata kerja yang tepat. Susunan long time no see secara literal berarti “waktu lama tidak lihat”, yang tidak sesuai dengan struktur kalimat formal dalam bahasa Inggris. Selain itu penggunaan kata “no” di sini dianggap tidak tepat karena tidak berfungsi sebagai penyangkalan terhadap kata kerja. Dengan demikian, sebagai solusi alternatif yang lebih tepat, kalimat tersebut seharusnya berbunyi I haven’t seen you in a long time.
Uniknya, kesalahan gramatikal ini tidak dilihat sebagai hal negatif, melainkan sebuah keunikan. Kekurangan tersebut justru menjadi bukti bahwa bahasa terus berkembang secara dinamis, menyesuaikan dengan interaksi budaya yang berlangsung. Frasa ini akhirnya menambah warna pada bahasa Inggris modern dan menjadi bukti bahwa bahasa berkembang melalui pengaruh lintas budaya.
Penulis: Victoria Nadine Gunawan
Editor: Kezia Laurencia
Foto: freepik.com
Sumber: britannica.com, crossidiomas.com, goeastmandarin.com. wordhistories.net