SERPONG, ULTIMAGZ.com — Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/02/22) dan masih berlanjut hingga sekarang. Hal ini membawa risiko besar bagi ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih dari guncangan pandemi COVID-19.
Konflik antara Rusia dan Ukraina membuat sejumlah negara melarang masuknya komoditas Rusia seperti minyak bumi, nikel, aluminium, palladium, dan gandum. Hal ini dapat meningkatkan harga komoditas dunia menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Gandum memang bukan makanan pokok Indonesia, tetapi pemakaian gandum tergolong tinggi. Sebab, gandum dipakai sebagai bahan utama pembuatan roti, mi instan, dan beragam kudapan lainnya yang menggunakan tepung terigu.
Data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati bahwa Ukraina berada di urutan pertama asal gandum yang diimpor Indonesia. Volumenya juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Melansir indonesiaexpat.id, total impor gandum Indonesia sebanyak 10,299 juta ton. Artinya, Ukraina berkontribusi pada lebih 20 persen stok gandum di Indonesia.
Baca juga “Rusia Invasi Ukraina, Sepak Bola Rusia Dihukum FIFA dan UEFA”
Kemudian, Indonesia juga bisa berpotensi mengalami gangguan pasokan minyak dan gas akibat embargo global terhadap Rusia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan komoditas minyak mentah harganya hampir menyentuh US$100 atau setara dengan Rp1,4 juta per barel akibat konflik antara Rusia dan Ukraina, dilansir dari detik.com.
“Hal ini berarti bisa berdampak penyesuaian harga BBM, listrik, LPG dalam waktu dekat. Selain itu, juga akan membengkakkan belanja subsidi energi pemerintah,” ujar Bhima.
Indonesia sebagai konsumen sekaligus importir, bisa mengalami dampak berupa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Bhima juga menyebutkan bahwa transmisi terhadap kenaikan harga komoditas energi dapat berdampak ke harga pangan. Sebab, biaya logistik juga akan ikut naik. Bila harga pangan naik, akan memicu terjadinya inflasi yang lebih tinggi sepanjang 2022 di Indonesia.
Tidak hanya harga minyak, nilai tukar mata uang Indonesia tidak bisa melawan fluktuasi nilai tukar akibat ketidakpastian dan spekulasi pasar akan langkah Rusia selanjutnya. Pada Jumat (25/02/22), mata uang Indonesia terpantau melemah 0,37 persen menjadi Rp14.391 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Sentimen di pasar keuangan terlihat negatif terhadap aset berisiko. Indeks saham Asia bergerak mengikuti pelemahan indeks saham AS,” jelas pengamat pasar uang Ariston Tjendra, dilansir dari republika.co.id.
Sentimen negatif tersebut disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi perang antara North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Rusia. Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Rusia terindikasi belum akan mundur meski telah mendapatkan sanksi ekonomi dari NATO.
Dampak lainnya adalah, ini menjadi tantangan kepemimpinan Indonesia di G20. Pasalnya, Indonesia menjadi ketua G20 selama 2022. Konflik antara Rusia dan Ukraina pun memengaruhi agenda awal G20 yang sudah ditetapkan, yakni mendorong pemulihan ekonomi global.
Group of Twenty atau G20 adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan satu lembaga Uni Eropa.
Penulis: Alycia Catelyn
Editor: Jessica Elisabeth
Foto: Reuters
Sumber: republika.co.id , cnbcindonesia.com, indonesiaexpat.id, detik.com