“It’s not the matter of ‘if’ plastic will kill us,
It’s the matter of ‘when’.” – Tommy Tjiptadjaja
SERPONG, ULTIMAGZ.com – Apakah sepenuhnya menghentikan penggunaan plastik realistis? Jawabannya tidak – atau dapat memakan waktu yang sangat lama. Perusahaan Greenhope Indonesia memberikan solusi realistis bagi isu konsumsi plastik dengan terobosan teknologi miliknya.
Greenhope Indonesia adalah perusahaan teknologi lokal yang bergerak dalam bidang manufaktur plastik. Mereka dikenal sebagai perusahaan Indonesia yang berhasil merintis dua teknologi terkemuka yaitu Oxium dan Ecoplas.
Oxium atau oxo-biodegradable aditif adalah formula yang dapat mempercepat degradasi molekuler dan kimia plastik. Dalam kata lain, microchip ini mampu membantu memecahkan komponen sampah plastik agar lebih cepat terurai. Seperti yang kita ketahui, proses degradasi sampah plastik membutuhkan waktu hampir 450 tahun, dengan menggunakan Oxium, prosesnya hanya membutuhkan waktu 2-5 tahun saja.
Selain itu, Greenhope Indonesia juga mewujudkan inovasi plastik ramah lingkungan yaitu Ecoplas, bioplastik yang terbuat dari pati singkong. Bahan dasar alami ini menjadikan Ecoplas alternatif plastik yang sempurna karena sifatnya yang mudah terurai oleh mikroba tanah dan air.
Demi memastikan kredibilitasnya, kedua teknologi ini telah diteliti, disertifikasi, dan dipatenkan di Amerika Serikat. CEO dan Co-Founder Greenhope Indonesia Tommy Tjiptadjaja mengungkapkan kerja kerasnya untuk mengembangkan kedua teknologi ini hingga sampai ke titik sekarang.
“Kami melakukan penelitian selama kurang lebih 10 tahun, dan membutuhkan waktu 7 tahun untuk berhasil mematenkannya, jadi terbayang prosesnya yang sangat lama,” ungkap Tommy.
Seperti layaknya bisnis lain, tidak ada perjalanan yang linear, melainkan seringkali dihadapi oleh berbagai tantangan. Namun, Greenhope Indonesia selalu optimis menjalankan misinya untuk berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Kini, Greenhope Indonesia sudah menjalin berbagai kerja sama dengan perusahaan terkemuka, salah satunya adalah minimarket Alfamart dan Indomaret, supermarket SuperIndo, Giant, Carrefour, dan Hero, serta berbagai industri produk dan jasa lainnya seperti Tessa dan Hoka Hoka Bento.
4R: Pondasi Bisnis Greenhope Indonesia
Jika Ultimates sudah akrab dengan semboyan 3R, reduce, reuse, recycle, Tommy merasa terdapat satu aspek yang perlu ditambahkan yaitu “return to earth”. “Pendekatan 3R ini tidak cukup, kalau memang sudah cukup, kita tidak akan membicarakan masalah sampah plastik lagi sekarang,” ujar Tommy.
Sering kali plastik konvensional mempunyai problema yang sama, yaitu kesulitannya untuk diurai. Greenhope Indonesia menggunakan pendekatan return to earth untuk memastikan plastik mereka dapat melengkapi siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan kembali ke tanah.
Pendekatan ini dilatarbelakangi payung Sustainable Development Goals (SDG) yang dicetuskan oleh PBB yaitu, poin ke dua belas “konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab”. Poin ini menjadi inspirasi dan gambaran idealis untuk menciptakan jalan keluar yang dinilai praktis, nyata, dan mampu menggerakkan pasar global.
Greenhope Indonesia ingin memberikan solusi yang jujur dengan mempertimbangkan realita ekonomi dan kebiasaan manusia yang cenderung masih bergantungan dengan plastik. Misi “return to earth” adalah untuk mengadvokasikan “plastik masa depan”. Adanya, tidak ada lagi ruang atau alasan lagi untuk menggunakan plastik yang konvensional.
Berani Ciptakan Ekonomi Sirkular
“Banyak sekali bisnis semata melihat dari financial profit saja, padahal seharusnya dilihat dari people dan planet profit juga,” ujar Tommy.
People dan planet profit merupakan kedua bahan bakar dan semangat bagi bisnis Greenhope Indonesia. Tommy dan tim beraspirasi menjadi bisnis yang sukses, sambil mendukung ekonomi sirkular di dalam negeri.
Salah satunya dilakukan dengan teknologi Ecoplas. Ecoplas yang berasal dari pati singkong menggunakan pasokan koperasi petani-petani singkong binaan di Indonesia. Hal ini membuat Ecoplas meraih sertifikat Fair For Life dari negara Swiss yang berkomitmen dalam tiga aspek, yaitu dampak sosial, fair trade, dan dampak lingkungan.
Sebagai bisnis multinasional, Greenhope Indonesia tidak ingin memberikan dampak yang hampa. Mereka berupaya untuk menambah devisa negara melalui kegiatan ekspor impor sekaligus memberikan kontribusi terhadap sektor agrikultur dan kesejahteraan masyarakat.
Tekankan Peran Anak Muda
Meski usulkan solusi bagi isu konsumsi plastik di Indonesia, jalan keluar ini tentu tidak absolut. Permasalahan plastik tidak akan berakhir tanpa perubahan pola pikir dan kebiasaan dari masyarakat. Tommy ingin mengajak generasi muda untuk mencerminkan perubahan melewati kebiasaan konsumsi kita sehari-hari.
Cara termudahnya adalah untuk mawas terhadap prinsip responsible consumption. “Kalian harus dapat mempertanyakan diri sendiri, apakah makna dari mengkonsumsi? Kita konsumsi secara berlebihan dengan harapan akan semakin bahagia, padahal bukan itu jawabannya,” kritiknya.
Tommy tegaskan bahwa setiap hari semua orang mempunyai pilihan untuk memberikan kontribusi positif atau negatif terhadap bumi . Maka dari itu, pilihan kembali ke tangan kita, untuk tetap menutup mata, atau bergerak mengambil peran menjadi agen perubahan.
“Do you want to be the generation who build bridges or burn bridges?” tantangnya.
Penulis: Arienne Clerissa
Editor: Andi Annisa Ivana Putri
Sumber: Greenhope.co
Foto: Greenhope.co