SERPONG, ULTIMAGZ.com — Nasi merupakan makanan pokok bagi orang Indonesia. Namun, kandungan glikemik dalam nasi, justru dapat memicu munculnya penyakit diabetes.
Nasi masuk ke dalam jenis karbohidrat yang memiliki indeks glikemik tinggi. Menurut alodokter, indeks glikemik adalah ukuran kecepatan makanan diproses yang memengaruhi kadar gula dalam tubuh. Semakin tinggi jumlah indeksnya, maka semakin tinggi makanan tersebut menjadi gula.
Mengutip dari Kompas.com, makanan yang memiliki glikemik tinggi dapat memicu rasa ketagihan dalam otak yang membuat kita ingin terus memakan nasi. Maka dari itu, tak jarang kita melihat tamu undangan di pesta pernikahan yang mampu mengambil nasi seperti gunung dalam piringnya.
Kesadaran mengenai tingginya kandungan gula dalam makanan, seperti nasi di Indonesia masih belum banyak diketahui. Ada kebiasaan orang Indonesia yang tidak lepas dari nasi meskipun sudah kenyang makan burger, kentang goreng, dan makanan lainnya. Tanpa nasi rasanya kurang lengkap, perut terasa seperti masih ada ruang kosong.
Menurut data World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Suara.com, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara yang memiliki jumlah pasien diabetes terbanyak di Asia. Bukan menjadi hal baru apabila mengetahui gaya makan orang Indonesia yang selalu mengonsumsi nasi menjadi makanan pokoknya setiap saat.
Makanan olahan seperti kentang, ubi, dan makanan pokok lainnya justru dikategorikan sebagai lauk di Indonesia. Padahal makanan tersebut merupakan makanan pengganti nasi. Makanan pengganti seperti kentang dan ubi juga termasuk jenis karbohidrat yang hampir sama dengan nasi. Namun, keduanya memiliki tingkat glikemik yang lebih rendah dan sehat untuk tubuh karena memiliki serat yang tinggi.
Mengonsumsi nasi bukanlah hal yang buruk, tetapi harus dengan porsi yang cukup bukan berlebihan. Jika ingin mengubah pola makanan menjadi lebih sehat, tidak harus menghilangkan porsi nasi. Namun, dapat diimbangi juga dengan mengonsumsi sayur dan buah-buahan. Dengan begitu, penyakit terutama diabetes bisa dihindari.
Penulis: Caroline Saskia Tanoto
Editor: Abel Pramudya
Foto: Caroline Saskia Tanoto
Sumber: alodokter.com, lifestyle.kompas.com, suara.com, sehatq.com