• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, May 11, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Hiburan Film

“Joker” Tak Hanya Tuai Rasa Iba

by Theresia Amadea
October 21, 2019
in Film, Hiburan, Review
Reading Time: 2 mins read
“Joker” Tak Hanya Tuai Rasa Iba

Joker merupakan film alternatif univers penjahat kota Gotham yang menceritakan kisah awal bagaimana Arhur Fleck menjadi Joker. (Foto: cnet.com)

0
SHARES
662
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Artikel ini mengandung bocoran (spoiler) film Joker (2019)

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Joker yang tayang pada awal bulan Oktober ini menuai ragam reaksi dan interprestasi dari penontonnya. Film ini menceritakan metamorfosis Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) menjadi penjahat dari Gotham City. Dalam film Joker, penonton bisa bersimpati dengan Arthur karena dirinya menderita masalah psikologis yang dideritanya sejak kecil, hingga mengkritik tindakan Joker yang mengacaukan Kota Gotham. 

Arthur Fleck adalah badut panggilan yang bermimpi menjadi komedian tapi selalu gagal. Penyakit mental yang diderita menuntut dirinya harus meminum macam-macam obat agar dirinya bisa bekerja menafkahi ibunya. Arthur berusaha menjadi sosok yang bisa memberi tawa kepada orang lain, tetapi akhirnya sia-sia. Terisolasi, dirundung, dan diabaikan oleh masyarakat Gotham City membuatnya merasa asing di tengah lingkungannya.

Ketidakpedulian masyarakat kelas atas kepada masyarakat marginal terlihat pada kesenjangan sosial ekonomi yang ditampilkan pada film karya Todd Phillips ini. Gambaran tersebut ditampilkan dari lingkungan tempat tinggal Arthur dan keluarga calon Walikota Gotham City, Thomas Wayne yang terpandang dan kaya. Apartemen yang ditinggali Arthur dan ibunya memiliki fasilitas yang kurang memadai dan perlu banyak pembenahan, sedangkan rumah keluarga Wayne bak istana yang memiliki kesan mewah dan berada.

Tidak hanya itu, ketidakadilan yang diterima Arthur lainnya berasal dari pembicara kondang, Murray Franklin (Robert De Niro). Dalam gelar wicara yang dibawakannya terlihat cuplikan stand up comedy Arthur kala terkena penyakit sarafnya. 

Akting Joaquin Phoenix mampu membuat penikmat film mengakui kepiawaian aktor berusia 44 tahun ini. Dalam penayangan perdana di Venice Film Festival, Joker mendapatkan standing ovation selama delapan menit. Di festival film yang sama, film ini juga menyabet Golden Lion Award sembari diiringi pujian para kritikus atas penampilan Phoenix.

Dedikasi Phoenix dalam memerankan Joker menjawab keraguan penonton akan kemampuannya dalam memerankan karakter itu. Karakter Joker sendiri melekat ke beberapa aktor tenama seperti Jack Nicholson (1989), Cesar Romero (1966-1968), dan yang paling melekat di hati penonton Heath Ledger (2008). Penggemar karakter penjahat sempat mempertanyakan apakah bisa Phoenix mengimbangi pengaruh Ledger dalam memerankan Joker. Namun, usaha Phoenix membuat penonton senang dan puas akan akting yang dilalukannya saat memerankan Joker.

Dalam membangun karakter Joker, Phillips dan Phoenix mampu menciptakan citra baru sosok Joker. Salah satu yang berhasil diimplementasikan adalah respon Joker setelah melakukan pembunuhan. Bukannya menyesal dan berduka, Joker digambarkan menari-nari di kamar mandi lantaran latar belakang Arthur yang menyukai musik.

Film Joker menuai ragam reaksi dan tanggapan dari penonton. Beberapa menilai film ini dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Nyatanya, penonton diajak berpikir untuk membedakan antara kejadian yang merupakan khayalan di benak Arthur dan kejadian yang sesungguhnya. Hal ini menyebabkan interpretasi yang berbeda antarpenonton. Perbedaan pesan ini mempengaruhi tanggapan penonton terhadap film ini.

Joker menarasikan sosok yang ingin menjadi bagian dalam masyarakat, tetapi mengalami penolakan. Kesenjangan sosial dan ekonomi kerap tampil melalui visualisasi yang dapat mudah dicerna. Jika dilihat lebih dalam, Joker menampilkan kesulitan penderita kesehatan mental dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Joker mendapatkan simpati penonton, tapi masih ada sisi gelap yang menjadi pertanyaan penonton.

 

Penulis: Theresia Amadea

Editor: Abel Pramudya

Foto: cnet.com

Tags: 2019dcfilmjoaquin phoenixjokermental healthsosialtodd phillipsultimagzwarner bros
Theresia Amadea

Theresia Amadea

Related Posts

Press conference Lomba Sihir
Event

Lomba Sihir Ajak Pendengar Refleksi Kehidupan di Album Keduanya Obrolan Jam 3 Pagi

May 8, 2025
Potret Buku Surrounded by Idiots karya Thomas Erickson (penguin.com.au)
Literatur

Surrounded by Idiots: Mereka Bukan Idiot, Mereka Hanya Berbeda

May 7, 2025
Anggota no na dari kiri ke kanan: Esther, Christy, Baila, dan Shaz dalam video teaser no na. (tirto.id)
Musik

Girl Group Indonesia no na Resmi Debut dengan Lagu “Shoot”

May 7, 2025
Next Post
Studi Oxford: Tidak Ada Bukti Kecanduan Gim adalah Gangguan Mental

Studi Oxford: Tidak Ada Bukti Kecanduan Gim adalah Gangguan Mental

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021