SERPONG, ULTIMAGZ.com – Memasuki kuarter penghujung 2024, Hari Literasi Internasional atau International Literacy Day (ILD) kembali diperingati pada 8 September 2024. Peringatan ini dilakukan setiap tahunnya guna meningkatkan kesadaran pentingnya literasi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM), baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Pentingnya kesadaran literasi ini menjadi krusial bagi masyarakat Indonesia, terutama anak-anak. Kemampuan literasi dan kepekaan terhadap informasi akan menjadi kunci bagi generasi penerus dalam bertahan di dunia digital.
Baca Juga: Darurat Literasi Anak: Kupas Akar Masalah dan Solusinya
Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, informasi menjadi hal yang mudah untuk diakses bagi seluruh kalangan masyarakat. Baik tua maupun muda, membaca informasi lewat media sosial telah menjadi bagian dari rutinitas setiap harinya.
Melansir dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet Indonesia pada 2024 telah mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia 2023. Angka ini didominasi oleh generasi Z (kelahiran 1997-2012) sebanyak 34,40 persen.
Tingginya jumlah tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia melek dengan perkembangan dunia digital. Namun, apakah kemajuan teknologi yang memudahkan akses informasi menjadikan budaya literasi masyarakat Indonesia membaik?
Peringkat Naik Bukan Berarti Sudah Membaik
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan bahwa peringkat Indonesia dalam studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 naik lima sampai enam posisi dibandingkan PISA 2018. Angka ini merupakan peningkatan paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia dalam data PISA.
Walau menunjukkan peningkatan yang signifikan, sayangnya Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan krisis literasi paling tinggi. Menurut data dari Perpustakaan Nasional, Indonesia kini menempati peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca sebesar 359.
Sedangkan di Asia, Indonesia berada di peringkat 12 dari 15 negara yang disurvei, menunjukkan bahwa literasi di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Negara-negara seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan menempati posisi teratas dengan tingkat literasi yang sangat tinggi.
Data ini menjadi sebuah tamparan keras bagi Indonesia, mengingat kemampuan literasi menjadi hal yang krusial di tengah pesatnya teknologi. Dengan kemudahan informasi untuk tersebar dan tergapai, pemahaman masyarakat dalam membaca dan menelaah informasi harus lebih diperhatikan.
Memang teknologi telah menjadi sarana yang memberi kemudahan dan membawa beribu dampak positif dalam memudahkan kehidupan manusia. Namun, dampak baik tersebut tidak luput dari dampak negatif yang perlu diantisipasi.
Hoaks dan penipuan merupakan salah satunya. Menurut databoks dan katadata, ada 12.547 konten hoaks yang beredar di internet dan 1.730 kasus penipuan dalam jaringan (daring) selama 5 tahun terakhir. Salah satu faktor terbesar dari banyaknya angka ini ialah minimnya literasi masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Literasi Baca Rendah Pengaruhi Perilaku Warganet Indonesia
Peringatan Hari Literasi Dunia menjadi kesempatan untuk merefleksikan tantangan yang ada dan mendorong upaya nyata untuk membawa perbaikan. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk mengatasi masalah ini dengan memperbaiki kualitas pendidikan, meningkatkan akses ke sumber daya literasi, dan mengembangkan program-program yang mendukung minat membaca.
Dengan upaya yang berkelanjutan, diharapkan anak muda Indonesia dapat mencapai tingkat literasi yang lebih tinggi dan memanfaatkan keterampilan ini untuk masa depan yang lebih cerah serta produktif.
Penulis: Kezia Laurencia
Editor: Jessie Valencia
Sumber: bps.go.id, kominfo.go.id, katadata.co.id, databoks.co.id, apjii.or.id, emedia.dpr.go.id
Foto: ULTIMAGZ/Kezia Essie Awuy