SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pendidikan menjadi hal yang penting di semua negara, termasuk Indonesia. Namun, dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia sebesar 273,8 juta. Nyatanya tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini yang membuat Indonesia berada dalam fase darurat literasi.
Melansir dari gpseducation.oecd.org, skor kemampuan membaca Indonesia pada Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) 2022 menurun dibandingkan 2018. Skor kemampuan baca Indonesia yang mencapai 359 pada 2022, ternyata turun sebanyak 22 poin dari 2018. Tidak hanya itu, poin tersebut juga masih tertinggal dari rata-rata global, yaitu 476 poin.
Baca juga: Literasi Baca Rendah Pengaruhi Perilaku Warganet Indonesia
Lantas mengapa darurat literasi dapat terjadi di Indonesia? Terdapat beberapa akar masalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan baca masyarakat Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Digitalisasi Membuat Masyarakat Beralih ke Gadget
Kehadiran teknologi informasi terus berkembang diberbagai negara, termasuk Indonesia. Pada 2023 tercatat orang di Indonesia mengakses internet selama kurang lebih 7 jam per hari, dilansir dari datareportal.com. Melansir dari kompaspedia.kompas.id, pada 2021 sebanyak 75,03 persen anak usia 7 s.d.17 tahun di Indonesia pernah mengakses internet.
Melansir dari databoks.katadata.co.id, tren penerbitan judul buku baru di Indonesia yang didistribusikan melalui Gramedia terus menurun sejak 2016 s.d. 2020. Gramedia diketahui menyerap 37 persen total judul buku baru yang terbit secara nasional.

Pada 2023 dilakukan survei mengenai media yang dipilih untuk membaca buku. Berdasarkan survei tersebut 83 persen responden Indonesia memilih handphone sebagai media membaca buku,12 persen memilih buku fisik, dan 1 persen memilih tablet sebagai media membaca. Hal ini membuat pembaca buku fisik di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan Jepang dengann persentase pembaca buku fisik sebesar 71 persen databoks.katadata.co.id.

2. Kurangnya Akses Bacaan
Buku merupakan akses penting bagi generasi penerus bangsa untuk mengembangkan pengetahuan. Namun, pada kenyataannya terdapat kesulitan mengakses buku di Indonesia.
Melansir dari tirto.id, dari semua sekolah dasar yang ada di Indonesia hanya 61 persen yang memiliki perpustakaan dan dari jumlah tersebut hanya 31 persen yang berada dalam kondisi baik. Tidak hanya itu, buku yang ditulis dengan formal dan tidak menarik juga membuat siswa dan anak-anak memiliki pandangan yang buruk terhadap buku.
3. Kemiskinan
Kemiskinan juga turut andil menyumbang rendahnya tingkat minat baca di Indonesia. Anak-anak dari keluarga kurang mampu tidak dapat merasakan pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya. Hal ini juga dirasakan saat mereka ingin mengakses buku, terutama yang berada di pelosok daerah. Keterbatasan ekonomi inilah yang menyebabkan anak-anak tidak mendapat kesempatan melakukan literasi.
Merespon masalah darurat literasi di Indonesia, berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan guna meningkatkan minat baca pada anak.
1. Peningkatan Sarana Bacaan
Penyediaan fasilitas seperti perpustakaan akan mempermudah akses baca untuk anak-anak. Untuk meningkatkan koleksi bacaan buku di perpustakaan dapat dilakukan dengan menyumbangkan buku-buku pendidikan dan fiksi untuk membantu mereka yang membutuhkan.
2. Memanfaatkan Teknologi
Menerapkan teknologi dalam program literasi dapat membuat orang lebih tertarik. Mislanya, pengembangan aplikasi bacaan digital, belajar daring, dan audiobook yang memiliki fitur unik, sehingga pembaca tidak cepat bosan. Hal ini membuat teknologi dapat digunakan sebagai sarana literasi terdepan.
3. Penguatan Lingkungan Sosial
Salah satu faktor pendukung minat baca adalah dorongan dari keluarga dengan cara membangun kebiasaan senang membaca sejak dini. Maka dari itu, orang tua dan keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan literasi anak. Tidak hanya itu, berbagi cerita dan buku dengan teman juga mendorong keinginan seseorang untuk membaca.
Baca juga: Memupuk Kembali Budaya Literasi Membaca
Melihat penurunan tingkat literasi anak Indonesia, Ultimates dapat berkontribusi dalam mengubah hal tersebut. Cara ini dapat dilakukan mulai dari hal kecil, seperti membacakan buku untuk sanak saudara atau menyumbangkan buku yang sudah tidak terpakai ke perpustakaan atau lembaga sosial.
Penulis: Novela Chin
Editor: Mianda Florentina
Foto: lifestyle.kompas.com, databoks.katadata.co.id
Sumber: gpseducation.oecd.org, datareportal.com, kompaspedia.kompas.id, tirto.id, databoks.katadata.co.id