SERPONG, ULTIMAGZ.com – Gelar teater bertajuk “Bebas” yang dibawakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Katak meraih peningkatan penonton pada gelaran hari kedua, Jumat (08/12/17). Penulis Naskah Natasha Hadiwinata mengatakan hari pertama pementasan terkesan lebih responsif walau dengan jumlah penonton yang lebih sedikit dibanding hari kedua.
“Kemarin lebih sepi, tapi penontonnya lebih responsif. Kalau yang ini banyak sih yang nonton, tapi mungkin karena senior Katak-nya yang datang sedikit jadi kurang responsif,” ungkap Natasha.
Pementasan “Bebas” digelar pada 7 – 8 Desember 2017 di Function Hall Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Dengan target penonton mahasiswa UMN, wajar bila pertunjukan hari kedua yang diadakan di hari Jumat mampu menarik lebih banyak penonton dibanding hari sebelumnya.
Seperti biasanya, produksi ke-53 Teater Katak ini menghadirkan warna yang berbeda pada kedua hari pementasan dengan adanya pertukaran aktor yang berperan. Seperti yang diungkapkan Sutradara “Bebas” Cliff Moller, aktor yang berbeda bisa menampilkan gimmick atau improvisasi berbeda.
“Mereka punya penerapan yang berbeda, punya pemahaman yang berbeda. Contohnya kalau yang di keluarga (dalam cerita) ini, anaknya itu si Felicia itu dibanding yang kemarin punya sifat rabble atau sifat perlawanan yang berbeda ke orangtuanya,” ujar Cliff yang ditemui saat jeda pementasan.
Cliff menambahkan baik candaan maupun improvisasi yang akan ditampilkan pemain saat pementasan telah melalui seleksi darinya. Hal ini untuk menghindari penampilan yang menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Begitu pula dengan hiburan yang mengarah ke unsur porno dan perkataan kasar yang juga melalui proses sensor selama latihan hingga gladi bersih.
Cliff mengklaim meskipun improvisasi tersebut berupa lawakan yang sukses mengundang tawa penonton, tetapi jika dinilai kurang pantas tak akan ditampilkan dalam pementasan.
“Mungkin (pementasan) Katak sebelumnya banyak jokes-jokes seperti itu. Nah, kita mau bahwa kalau melawak yang sehat aja,” tegasnya.
Salah satu hal yang menarik dalam pementasan “Bebas” adalah penggunaan pencahayaan apik yang mampu membangun suasana, seperti misalnya warna biru untuk menggambarkan kejadian masa lalu atau khayalan tokoh. Hal ini membuat penonton dapat lebih membedakan alur yang sedang berjalan melalui detail warna lampu yang digunakan.
Penulis: Anindya Wahyu Paramita
Editor: Geofanni Nerissa Arviana
Foto: Rafaela Chandra