SERPONG, ULTIMAGZ.com – Talent Night Mr. and Ms. UMN 2018 yang menampilkan bakat para finalis dibawakan secara berbeda oleh pasangan Dimas Godefriedo dan Anastasia Michelle Jo di Function Hall Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada Jumat (14/09/18). Dalam penampilan mereka yaitu berakting, mereka menceritakan pasangan yang tidak bisa bersatu karena perbedaan SARA yang selama ini menjadi isu yang terdengar cukup sensitif bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Dimas dan Michelle, mereka mengangkat topik perbedaan SARA sebab hal tersebut merupakan permasalahan yang sudah cukup lama berdiam di Indonesia dan belum kunjung berakhir.
“Kami memilih ide untuk mengangkat perbedaan dalam suatu hubungan karena permasalahan atau konflik perbedaan SARA dalam hubungan tak kunjung hilang sejak dahulu kala hingga sekarang. Bahkan tidak hanya di Indonesia, beberapa negara lain juga masih ada yang mengalami konflik serupa,” tutur Dimas.
Michelle menambahkan, topik yang sensitif itu tidak hanya terjadi akibat adanya sebuah perbedaan. Masalah ini masih diperparah oleh faktor-faktor lainnya.
“Topik ini selalu dibahas dan selalu ditambahkan lagi bumbu permasalahannya, dari yang hanya beda agama hingga perbedaan warna kulit,” ujar Michelle.
Dengan menampilkan akting berbalut topik perbedaan SARA, pasangan finalis ini berharap supaya penonton mengerti bahwa perbedaan merupakan hal yang tidak seharusnya diseterukan.
“Justru sebaliknya, yang di mana ada perbedaan kita malah seharusnya belajar hal baru lagi,” jelas Michelle yang merupakan mahasiswi Strategic Communication 2017.
Dimas mengatakan, masalah perbedaan SARA terjadi akibat masyarakat Indonesia kurang menerima perbedaan budaya yang ada di antara dirinya dengan orang lain. Padahal, multikulturalisme menjadi hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita.
“Kita semua merupakan warga negara Indonesia yang berslogan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, yang berarti walaupun berbeda tetapi tetap satu. Karenanya, kita harus menerima perbedaan asal-usul antar sesama karena di Indonesia terdiri dari berbagi macam budaya dari Sabang sampai Merauke,” tutur Dimas.
Menurut Dimas, walaupun membutuhkan proses, semboyan tersebut wajib dijalankan oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama dalam sebuah hubungan antar pasangan.
Penulis: Theresia Amadea
Editor: Geofanni Nerissa Arviana
Foto: Sania Zelikha