Diskusi terbuka dengan tema Media Milik Siapa: Menggugat Independensi Pemilu 2014 dadakan di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada Rabu (12/3). Diskusi yang berlangsung di Executive Lounge Lt.7 Gedung Rektorat UMN itu dihadiri oleh beberapa pakar dalam bidangnya. Mereka adalah Nelson Simanjuntak (Komisioner Badan Pengawas Pemilu), Danang Sanggabuana (Komisi Penyiaran Indonesia), Ambang Priyonggo (Dosen Jurnalistik Ilmu Komunikasi UMN), serta seorang calon legislatif dari PDIP untuk Dapil Banten III Tangerang Selatan Rivira Yuana.
Diskusi publik yang dimoderatori oleh Iding Rosyidin ini menyoroti bagaimana peran serta independensi media dalam Pemilu 2014. Terkhusus bagi mereka yang mencalonkan diri serta memiliki media. Di satu sisi, mereka adalah pengusaha, di sisi lain mereka adalah penguasa. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan adanya oligarki dalam politik dan ekonomi. Hal itu tampak pada terkonsentrasinya perusahaan-perusahaan media pada segelintir orang, seperti Viva Media grup, Transcorp, serta MNC grup. Pada saat yang sama, oligarki juga menyerang dunia politik saat partai-partai dikuasai oleh segelintir orang.
Menurut Ambang Priyonggo (37), peran politik media melenceng karena tekanan ekonomi serta politik dari media itu sendiri. Media punya kekuatan untuk mengemas, mengaburkan fakta, dan menjadikan isu-isu tertentu sebagai public discourse atau wacana publik.
“Karena fakta kekuatan media inilah, banyak tokoh serta institusi politik berusaha masuk ke media. Dalam tanda kutip, mereka berusaha menguasai media,” ujarnya.
Ambang juga menjelaskan, dengan memiliki akses ke media, mereka memiliki pintu masuk dalam penguasaan opini publik.
“Kenapa perlu opini publik? Kalau opini publik sudah dikuasai mereka bisa mengarahkan kecenderungan khalayak untuk kandidat tertentu,” tutupnya.
[divider] [/divider] [box title=”Info”] Reporter: Patric BatubaraEditor: Sintia Astarina
Fotografer: Guido Caesar[/box]