Beberapa kendala fasilitas terjadi di UMN semenjak masa perkuliahan kembali berlangsung, tepatnya pada Senin (26/08/24). Mulai dari antrean lift yang lebih mengular dibandingkan tahun sebelumnya hingga jaringan Wi-Fi yang tak kunjung membaik. ULTIMAGZ melihat dan mendapat laporan dari banyak Ultimates yang mengeluh terkait buruknya fasilitas kampus. Maka dari itu, pada Series Suara Mahasiswa ini, ULTIMAGZ mengangkat isu-isu yang banyak dikeluhkan oleh mahasiswa. Tak hanya mewakili mahasiswa, harapnya artikel-artikel ini dapat mendorong supaya seluruh fasilitas kampus dapat semakin memadai. Series ini juga berupaya menunjukkan kepada mahasiswa terkait pertimbangan apa saja yang dilalui kampus dalam mengakomodasi seluruh kebutuhan civitas. Artikel ini adalah yang pertama dari tiga artikel lainnya yang akan naik hingga Sabtu (02/11/24).
SERPONG, ULTIMAGZ.com – Sejak awal hari kedua perkuliahan semester ganjil 2024/2025 di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), beberapa keluhan datang dari mahasiswa dan civitas UMN mengenai fasilitas yang tersedia.
Pasalnya, pada Selasa (27/08/24), beberapa menit sebelum kelas pagi dibuka pada 08.00 WIB, akomodasi seperti parkiran, aplikasi UNION hingga lift mengalami gangguan. Hal ini memberi ketidaknyamanan kepada civitas UMN karena terus terjadi hingga siang hari, terutama setiap shift kelas akan dimulai.
Baca juga: Campus Living with ULTIMAGZ: Ini Aspirasi Mahasiswa untuk Kampus
Terpantau dalam sebulan semenjak kendala tersebut terjadi, keluhan dan pertanyaan terus datang dari civitas UMN, terutama mahasiswa kepada ULTIMAGZ. Oleh karena itu, ULTIMAGZ menampung berbagai keluhan dan pertanyaan tersebut dengan memberikan pertanyaan lewat story akun Instagram @ultimagz.
Pertanyaan itu ULTIMAGZ sebarkan pada Selasa (03/09/24) selama satu hari untuk mendapat informasi terkait kendala fasilitas kampus. ULTIMAGZ mengelompokkan fasilitas menjadi empat kategori, yaitu lift, parkiran, Wireless Fidelity (Wi-Fi) dan UNION, serta toilet dan dispenser air.
Hasilnya, kategori Wi-Fi dan UNION menjadi kategori tertinggi dengan 44 persen suara. Disusul oleh lift dengan 28 persen suara, toilet dan dispenser dengan 25 persen suara, serta parkiran dengan empat persen suara.
ULTIMAGZ juga membagikan dua pertanyaan yaitu “Apakah ada pengalaman yang bisa Ultimates ceritakan terkait fasilitas UMN?” dan “Menurut Ultimates, fasilitas apa saja di UMN yang perlu diperbaiki?”.
Hasilnya, terdapat 50 responden yang memberikan jawaban dan aspirasi yang mayoritas terkait fasilitas umum dan fasilitas internet di kampus. ULTIMAGZ kemudian menyusun pertanyaan yang mengacu pada 50 jawaban kotak pertanyaan untuk ditanyakan kepada pihak terkait.
Pada Senin (09/09/24), ULTIMAGZ mewawancarai Sudarman Sutanto dan C. Ervin Setyo Cahyadi dari pihak Building Management (BM) UMN untuk menjawab pertanyaan seputar fasilitas umum. Kategori tersebut termasuk dalam lift, parkiran, kantin, Gapura, dispenser, dan toilet.
Untuk kategori fasilitas internet seperti Wi-Fi dan UNION, ULTIMAGZ mewawancarai Rheemar Hardiyanto selaku General Manager IT Development UMN. Wawancara ini dilakukan secara dalam jaringan (daring) dengan mengirimkan daftar pertanyaan lewat surat elektronik (surel) pada Rabu (18/09/24) dan direspons seminggu kemudian pada Rabu (25/09/24).
Berikut ULTIMAGZ rangkum jawaban dari pihak BM UMN dan IT Development UMN mengenai pertanyaan dan keluhan civitas seputar fasilitas kampus.
UNION, Aplikasi Utama UMN Mengalami Gangguan
Bagi mahasiswa UMN, UNION menjadi aplikasi yang digunakan setiap hari. UNION menjadi sumber informasi mengenai perkuliahan seperti jadwal dan ruang kelas yang digunakan hingga melakukan absensi.
Namun, pada hari kedua perkuliahan dimulai, aplikasi ini hanya menampilkan layar hitam saat dibuka. Gangguan ini memberikan dampak yang cukup besar hingga mahasiswa tidak dapat melakukan absensi melalui aplikasi.
Dari hasil wawancara ULTIMAGZ dengan Rheemar, ia mengaku bahwa fitur dan cara penggunaan UNION sudah disosialisasikan saat Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) setiap tahunnya. Materi ini disebarkan secara daring kepada mahasiswa, bersama dengan materi IT lainnya. Tidak hanya itu, desain menu UNION juga dibuat sederhana agar mudah dimudahkan bagi mahasiswa.
Rheemar mengimbau mahasiswa untuk lebih meluangkan waktu mempelajari fitur dan menu pada UNION serta menggunakannya sehari-hari. Tidak hanya itu, jika mahasiswa mengalami kendala, Rheemar menyarankan untuk bertanya kepada lingkungan sekitarnya dan membantu jika ada civitas lain yang kesulitan.
“Jika ada kendala bisa bertanya pada teman, kakak angkatan, ataupun ke IT Helpdesk di gedung B516,” jelasnya.
Wi-Fi Juga Tak Kunjung Membaik
Membahas fasilitas jaringan, tentu permasalahan Wi-Fi perlu disoroti. Pasalnya, koneksi Wi-Fi UMN cenderung kurang stabil sehingga dengan bertambahnya mahasiswa di tahun ajaran baru ini membuat jaringan yang tersedia menjadi lebih buruk.
Menanggapi hal tersebut, Rheemar mengungkapkan bahwa setiap tahun, IT Development UMN selalu melakukan perbaikan dan peningkatan. Hal ini mencakup pada kapasitas dan jangkauan Wi-Fi di area kampus termasuk sistem serta perangkatnya.
“Kami sangat terbuka jika ada feedback atau informasi terkait kendala yang ditemui mahasiswa, misalnya coverage sinyal Wi-Fi di area atau ruang kelas tertentu kurang kuat, dan lain-lain,” ujar Rheemar.
Jika ada kendala yang ingin disampaikan, mahasiswa dapat menghubungi melalui laman chat.umn.ac.id. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan secara detail ketika mengalami kendala dengan menyertakan area atau ruang kelas yang dimaksud, tanggal dan jam, serta menyebutkan aplikasi yang sedang diakses.
Beberapa mahasiswa pun tidak dapat mengakses Wi-Fi student di beberapa gadget baru. Rheemar menyarankan mahasiswa untuk kembali melakukan langkah-langkah pada panduan “Connect Wi-Fi” di menu Handbook pada laman my.umn.ac.id dan mengunjungi ruangan IT Development UMN jika diperlukan.
Ada Lahan Parkir Baru, Mahasiswa Parkir di Luar UMN
Bagi para mahasiswa dan karyawan UMN yang membawa transportasi pribadinya, keluhan telah dimulai sejak memasuki gerbang parkir UMN. Sejak pagi, antrean di depan pintu karcis mulai memanjang bahkan menghambat jalan raya.
Hambatan fasilitas juga terjadi pada kapasitas parkiran yang diberikan UMN. Walau tahun ini UMN telah membuat lapangan parkiran yang baru, lahan parkir tetap menjadi incaran yang sulit ditemukan bagi para civitas kampus. Hingga siang hari pun, beberapa mahasiswa terpaksa memarkirkan kendaraannya di luar UMN.
Dalam wawancara ULTIMAGZ, Sudarman dan Ervin menyampaikan bahwa BM UMN selalu melakukan evaluasi untuk memenuhi kenyamanan civitas UMN ketika parkir. Menurut mereka, lahan parkir masih mencukupi kebutuhan.
“Jadi, kalau parkiran itu penuh, alasannya mau sampai hari ini pun, parkiran itu masih ada slot sebenarnya. Jadi kalau kita bilang full full banget juga enggak sih, ya,” jelas Darman.
BM UMN juga mengungkapkan bahwa pengguna parkir tidak hanya berasal dari civitas UMN, tetapi juga pihak eksternal. Informasi ini mereka dapatkan dari laporan yang diberikan kepada pihak BM UMN.
“Ternyata yang pakai (parkir) UMN tidak hanya mahasiswa UMN, (ada) termasuk mahasiswa Pradita (dan) segala macam gitu loh,” ungkap Darman.
Selain itu, banyak pertanyaan muncul dari mahasiswa mengenai cara pembayaran uang elektronik yang hilang dan penggunaan kartu member parkir. Menanggapi hal tersebut, BM UMN mengonfirmasi bahwa cara pembayaran tersebut sedang diperbaiki.
“Kami lagi benahin sistem itu, (dan) dalam waktu dekat nanti kita balikin lagi, kok. Saat ini sebenarnya masih bisa, kok sepertinya, cuma enggak banyak yang pakai dan kalau ada yang pakai pun rasanya lemot banget. Kita lagi usahain supaya tidak lemot saja, sih. Jadi, jangan sampai menjadi hambatan atau teman-temannya menunggu di belakang dan jadi kesal gitu loh,” ujar Darman.
Mengenai kartu member parkir, Darman tidak menyarankan civitas UMN untuk menggunakan kartu tersebut jika jarang mengunjungi kampus.
“(Jika) Kuliahnya seminggu enggak full, enggak usah (langganan). Kasihan kalian langganan segitu, gitu loh. Tapi, kalau kalian banyak kegiatan di kampus yang jam pagi kalian ke kampus terus nanti kalian malam balik lagi, ya itu mendingan langganan, enggak rugi sebulan,” terang Darman.
Sebagai informasi, kartu member parkir UMN dihargai Rp150.000 untuk mobil dan Rp50.000 untuk motor selama sebulan.
Untuk saat ini, BM UMN sedang melakukan perencanaan untuk memperluas parkiran motor sehingga mahasiswa tidak lagi memarkir kendaraan beroda dua di luar UMN.
“Jadi, tetap kami mengimbau mahasiswa itu tetap diusahakan untuk menggunakan mobil sharing sama temannya dan yang dekat itu bisa menggunakan sepeda,” imbau Ervin kepada mahasiswa.
Lebih dari 10.000 Mahasiswa, Lift Tidak Mencukupi
Tidak berhenti di lahan parkiran, antrean panjang di depan lift gedung utama UMN seperti gedung C dan D ketika memasuki semester baru sudah menjadi hal yang lumrah. Tahun ajaran 2024/2025 tampaknya tercatat sebagai rekor untuk antrean lift terpanjang, terutama di gedung D yang merupakan salah satu gedung utama aktivitas belajar mengajar.
Antrean ini dapat mencapai Jembatan Naga yang jauhnya kurang lebih 20 meter. Untuk gedung C, antrean lift mencapai area lingkaran kaca di samping jembatan naga. Bukan hanya karena jumlah mahasiswa yang bertambah, malfungsi lift juga menjadi salah satu penyebab panjangnya antrean.
Penuhnya antrean lift utama pun menjadi alasan beberapa civitas UMN untuk menggunakan lift barang di gedung D yang antreannya dapat mencapai Lecture Theater (LT). Dampaknya, mahasiswa dan dosen yang menjadikan lift sebagai mobilitas perpindahan utama antar-lantai sering kali terlambat masuk kelas.
“Kami terus mengevaluasi sistem penggunaan lift agar lebih efisien dan nyaman bagi mahasiswa. Meskipun penambahan lift baru kecil kemungkinannya, kami telah menetapkan operator untuk mempercepat waktu layanan lift,” ungkap Ervin .
Darman juga menambahkan bahwa penambahan mahasiswa baru diimbangi oleh mahasiswa yang lulus setiap tahunnya. Ia menekankan bahwa antrean yang panjang terjadi karena belum adanya pola terstruktur pada awal semester perkuliahan dan baru kembali normal setelah memasuki minggu ke-3 perkuliahan.
Tidak hanya itu, untuk mempercepat alur perputaran, lift telah dioperasikan oleh operator secara manual setiap paginya sejak Juli lalu. Sistem tersebut hanya dilakukan pada pagi hari dan kembali normal pada siang hari. Hal ini dilakukan agar tidak ada mahasiswa yang dapat naik lift ke lantai 2 atau 3.
“Misalkan kelas di lantai 15, nah mereka naik ke lantai dua atau tiga secara manual (tidak mengantre di lantai satu). Panggilan luar akan di-disable semua, jadi akan lebih cepat. Makanya dia (lift) enggak akan melayani panggilan yang berada di tengah- tengah. Dia akan langsung turun ke bawah jemput yang di lantai satu aja.” terang Ervin.
Untuk fasilitas lift, BM UMN mengimbau mahasiswa untuk tetap mengikuti aturan yang berlaku dan mengantre secara adil. Pihak BM UMN dan satpam yang mengatur perputaran akan melayani semua pihak baik dosen maupun mahasiswa secara rata.
Air Toilet Bau dan Kuning, Apakah Layak Digunakan?
Masalah lain yang menjadi perhatian civitas UMN adalah kondisi air di toilet yang mengeluarkan bau dan terlihat menguning, khususnya di gedung C dan D. Hal ini mengganggu kenyamanan civitas UMN.
BM UMN mengatakan bahwa air yang berwarna kuning karena adanya perbaikan filter, tetapi tidak dapat dilakukan sekaligus dan akan membaik secara bertahap.
“Memang kami (sedang) ada perbaikan di filternya, ya mungkin belum selesai tapi kami terus terang itu hanya air gelontoran sebenarnya. Enggak bau (karena) sudah di-kaporit dan layak pakai. Cuma dari sisi warna memang masih agak kuning karena memang kita lagi perbaiki filternya. Jalan minggu depan kali sudah selesai,” ucap Ervin pada Senin (09/09/24).
Walau dikatakan akan rampung seminggu setelah wawancara tersebut yaitu dengan tanggal estimasi Senin (16/09/24), terpantau hingga Senin (28/10/24), air masih berwarna kuning.
BM UMN juga mengingatkan agar mahasiswa tidak perlu khawatir dengan air yang bersentuhan dengan tubuh secara langsung.
“Jadi, jangan kalian takut kalau air yang kalian pakai buat cuci tangan, itu salurannya beda. Makanya kami selalu mengimbau ke mahasiswa, jangan pakai air kran (atau) air yang ada di taman. Air yang ada di taman itu sama dengan air daur ulang yang kita manfaatkan untuk penyiraman taman, tidak untuk air bersih atau air buat dipakai kegiatan anak-anak. (Yang bersentuhan) langsung itu bersih, tidak ada hubungannya (dengan yang kotor), salurannya beda,” jelas Darman.
Dispenser Terpampang, Air Minum Terhalang
Fasilitas air minum gratis di UMN juga menjadi keluhan civitas. UMN menyediakan dispenser air di lima titik, yaitu gedung A, gedung B, gedung D, dan dua dispenser di Gedung C. Banyak civitas yang mengeluh bahwa jumlah air yang dikeluarkan sedikit, tetapi kebutuhan mahasiswa terus meningkat.
BM UMN mengatakan memang terdapat kesalahan untuk dispenser air yang disediakan. Dispenser air yang disediakan di UMN ternyata lebih cocok untuk penggunaan rumahan ketimbang skala besar atau untuk organisasi seperti UMN.
“Dispenser awalnya diberikan Modena secara gratis untuk promosi. Agar merata untuk seluruh gedung, kami beli tambahan untuk gedung lain juga. Tapi setelah berjalan, evaluasi dari kita itu ternyata untuk sistem ini lebih cocok untuk kebutuhan rumah tangga,” jawab Darman.
BM UMN menyatakan bahwa dispenser skala rumahan hanya dapat menampung air untuk dua sampai tiga orang dalam satu waktu dan butuh waktu 30 menit hingga satu jam agar dapat digunakan lagi. Hal ini terjadi karena dispenser memiliki kapasitas yang kecil sehingga filter bekerja dengan lebih pelan.
“Saat ini kami sedang mengevaluasi vendor lain yang kapasitasnya lebih besar agar bisa melayani mahasiswa dengan lebih baik. Akan kami coba usulkan ke manajemen agar dapat dipertimbangkan,” lanjut Darman mengenai rencana pergantian dispenser air.
BM UMN juga menekankan bahwa air yang digunakan pada dispenser bukan air kemasan galon, melainkan hasil filter yang diambil dari sebuah sumber. BM UMN memastikan bahwa air tersebut sudah teruji lab dan aman untuk dikonsumsi. BM UMN ingin mahasiswa tetap bisa mendapatkan air minum yang sehat dan layak selama proses belajar mengajar.
Tempat Wudhu dan Tisu Toilet, Harta Incaran Mahasiswa
Selain permasalahan air yang menjadi masalah utama toilet UMN, fasilitas lain seperti tisu juga kerap dipertanyakan. Namun, ternyata ketidaksediaan fasilitas tisu secara permanen merupakan langkah yang sengaja dilakukan oleh pihak BM UMN.
Hasil pemantauan oleh BM UMN, banyak mahasiswa yang menggunakan tisu tidak sesuai dengan fungsinya. Bahkan, tisu dapat hilang dalam sekejap hanya dalam beberapa menit setelah disediakan oleh cleaning service yang bertugas.
“Memang ada berapa toilet yang kita sediain tisunya, tetapi kita enggak sediain gantungannya itu ada sebabnya. Karena kalau kehujanan, (mahasiswa) ngambilnya buat sepatu doang. Itu sering kita lihatnya gitu. Jadi (jika) dalam satu hari, satu toilet kita lepasin 50 rol (tisu) pun habis. Jadi kami hanya membatasi dalam waktu tertentu saja, jatahin dua atau tiga kali (satu toilet, dalam sehari),” ungkap Darman.
Selain fasilitas tisu, ULTIMAGZ juga menerima pertanyaan mengenai tempat wudhu yang tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan. BM UMN menanggapi bahwa tempat wudhu yang tidak terpisah ini hanya terjadi pada lantai satu gedung A.
“Yang di gedung A yang enggak ada, kalau gedung C dan D ada. Jadi kita sebenarnya lebih menganjurkan untuk sholatnya di (gedung) C dan D karena kapasitasnya gede, (kuota untuk yang) sholatnya lebih banyak,” imbau Darman.
Baca juga: Satgas PPKS UMN Dinilai Redup, Dukungan Sivitas Tak Boleh Hilang
Melihat dari banyaknya kendala dalam fasilitas kampus, UMN perlu mempersiapkan tambahan fasilitas baru terutama dalam mempersiapkan tahun ajaran yang akan datang. Mengingat jumlah mahasiswa setiap tahunnya bertambah, UMN harus bisa memberikan sarana prasarana yang memadai.
Nantinya, bila sarana fasilitas ini terpenuhi sesuai hak mahasiswa, Ultimates juga harus bisa kooperatif. Fasilitas harus dijaga, tidak boleh disalahgunakan supaya kegunaannya dapat dengan maksimal dirasakan oleh seluruh civitas kampus. Dengan begitu, kegiatan mengajar dan menerima ilmu pun mampu terjalankan dengan lebih lancar.
Penulis: Kezia Laurencia, Novela Chin, Theresia Sekar Kinanti Deviatri
Editor: Cheryl Natalia, Jessie Valencia, Josephine Arella
Foto: Sofhi Srieky Tiambun Silalahi
Sumber: umn.ac.id