SERPONG, ULTIMAGZ.com – Bedah karya kedua dalam rangkaian acara IMAGO 2017: Oasis menghadirkan para alumni dari jurusan sinematografi UMN. Kali ini giliran Bobby Adrian, Jessy Sylviani, dan Ervan Aditya yang membedah tugas akhir mereka dengan judul Semasa, Kamis(12/10/17). Ketiganya menegaskan kerja sama antar divisi menjadi hal yang paling utama dalam menyukseskan tugas akhirnya.
“Diskusi antar divisi itu biasa. Namanya diskusi, banyak pendapat yang berbeda antara divisi art, produser, dan sutradara. Kuat-kuatin aja, nanti juga pasti ketemu jalan tengahnya,” tutur Jessy Sylviani.
Ervan Aditya selaku sutradara film tersebut juga menjelaskan, mengerjakan sebuah film harus dijalani dengan sepenuh hati. Harus ada keselarasan antar divisi, anggota, juga dengan aktornya. Tantangan akan selalu hadir, mulai dari pre-produksi, produksi, dan pra-produksi.
“Sebelumnya judulnya bukan Semasa, tapi In Search of Happiness. Berubah karena seiring perjalanan waktu banyak diskusi di antara kita, alhasil ya kita ganti. Namanya dinamika pasti akan selalu ada, perbedaan pemikiran dan lain lain. Tapi dijalanin aja,” jelas Ervan.
Selain dari konsep dan ide awal, pra-produksi seperti persiapan alat-alat yang dibutuhkan juga menjadi hal utama dalam menyukseskan sebuah film. Hal ini diungkapkan oleh Bobby Adrian yang berperan sebagai editor. Ia mengungkapkan pula bahwa dirinya tak hanya bekerja di akhir pembuatan film saja (pra-produksi), tapi juga saat pra dan produksi.
“Gak hanya di akhir, tapi sudah mulai juga dari awal meski belum terlalu berat kerjanya. Ketika menyesuaikan konsep pengambilan gambar, palet warna, dan angle yang ingin diambil, gue ikut langsung saat diskusinya. Saat produksi juga gue ikut langsung untuk pengaturan warnanya dengan kameramen. Biar gak ribet juga saat editingnya, jadi waktu pengerjaannya juga lebih cepat,” kata Bobby.
Berbicara terkait kelanjutan dari tugas akhirnya ini, Semasa sejatinya ingin mereka kembangkan lebih jauh dengan cara mengikutsertakannya di festival- festival film. Namun memang hingga saat ini, keinginan mereka belum dapat terkabul.
“Ada keinginan untuk masukin ke festival, tapi memang belum jalannya,” ujar Jessy.
Semasa ini sendiri bercerita tentang satu orang lelaki dan satu orang perempuan. Mereka memiliki perasaan satu dengan yang lainnya, namun memiliki konfliknya yakni masalah perbedaan suku, dimana yang perempuan memiliki suku Chinese, sedangkan yang laki-laki berasal dari warga pribumi.
Reporter: Rafael Ryandika
Editor: Christoforus Ristianto
Foto: Elvira Lisa