SERPONG, ULTIMAGZ.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Katak sukses menggelar Pentas Inaugurasi hari kedua dalam produksinya yang ke-52 bertajuk Suara Sirkus Grenoille, Selasa (14/11/2017). Berlatar sebuah sirkus terkenal di Perancis, suguhan perdana angkatan baru dari Teater Katak ini mampu membuat penonton tenggelam dalam manisnya persahabatan dan pahitnya pengkhianatan.
Di bawah arahan sutradara Yudhistira A. Wardhana, Suara Sirkus Grenoille mengisahkan lika-liku dalam sebuah pementasan sirkus. Berawal dari seorang laki-laki bernama Eustache yang gemar berkeliling dunia untuk mengumpulkan para penghibur terbaik, maka terciptalah Sirkus Grenoille yang selalu sukses menghibur masyarakat Perancis. Sembari berkeliling ke seluruh penjuru dunia, Sir Eustache memercayakan Sirkus Grenoille pada sahabat karibnya, Monsieur Fletcher.
Masalah tiba ketika hasutan datang dari Madame Beau kepada Monsieur Fletcher akan nikmat kekuasaan dan kekayaan. Fletcher yang pada awalnya menolak, akhirnya bertekuk lutut atas nama uang dan kuasa. Mereka berdua berencana menyingkirkan Eustache dan hendak menguasai Sirkus Grenoille. Tak hanya itu, Beau dan Flecther mulai mengelola Sirkus Grenoille dengan tangan besi. Para pemain sirkus diperlakukan tidak manusiawi dengan diberlakukannya peraturan yang kaku dan hukuman-hukuman yang kejam. Hal ini membuat suara ceria dan bahagia Sirkus Grenoille tiba-tiba tergantikan dengan suara ratapan dan tangisan yang menyayat hati.

Seperti pentas Teater Katak yang lainnya, adegan guyonan yang unik dan khas turut mewarnai pertunjukan. Melalui banyaknya komedi slapstick para pemain dan dibumbui dengan sedikit sindiran atas fenomena sosial zaman sekarang, Suara Sirkus Grenoille sukses mengocok perut penonton yang hadir di Function Hall UMN.
Pementasan Suara Sirkus Grenoille yang dalam bahasa Perancis berarti katak, diharapkan mampu menetaskan talenta-talenta baru Teater Katak sehingga proses regenerasi akan terus berjalan.
“Harapan kecil gua adalah mereka mampu jadi penerus-penerus kita (anggota lama Teater Katak). Setidaknya ketika mereka menggantikan gua atau siapapun itu, mereka udah siap, mereka punya bekal,” ujar Yudhistira A. Wardhana ketika ditemui usai pementasan.
Sempat Mati Lampu, Pemain Tetap Fokus.
Insiden mati lampu sempat mewarnai pementasan yang memiliki akhir berbeda di hari pertama dan kedua ini. Sekitar pukul 19.00 yakni ketika pementasan baru berjalan kurang lebih 30 menit, penonton dikejutkan dengan lampu panggung yang mati secara tiba-tiba.
Untungnya, lampu darurat di sisi kanan atas ruangan Function Hall secara otomatis menyala sehingga adegan masih dapat terlihat walau samar. Namun penerangan dari lampu darurat juga tidak bertahan lama, sekitar satu menit ruangan Function Hall gelap total dan adegan tidak terlihat sama sekali.
Melihat kondisi yang gelap gulita, panitia dan pemain hari pertama yang duduk di barisan depan dengan sigap menyalakan flashlight dari ponselnya masing-masing agar adegan yang masih terus berlanjut tersebut dapat terlihat penonton. Tak sampai satu menit, lampu kembali menyala normal.
Tidak mudah menjaga fokus dan konsentrasi, terlebih di kala situasi penonton dan penerangan panggung yang tidak kondusif. Sebagai aktor dan aktris baru, para pemain yang sedang berlakon patut diacungi jempol atas tingkat konsentrasi dan fokus yang mereka jaga saat insiden mati lampu terjadi.
Melalui insiden ini, para pemain tak hanya ditempa perihal olah vokal dan kedalaman karakter, tetapi mentalitas sebagai pelakon profesional yang mampu melanjutkan pertunjukkan dalam keadaan dan situasi apapun.
Penulis: Diana Valencia
Editor: Hilel Hodawya
Fotografer: Rafaela Chandra