JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menggelar festival film Antikorupsi atau Anti Corruption Film Festival (ACFFest) 2015, Rabu (11/2) di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta.
Mengusung tema “Make Your Movie” acara yang telah diadakan ketiga kalinya ini menampilkan beberapa film pendek bertemakan antikorupsi. Dua film yang paling menarik perhatian pengunjung adalah film berjudul “Jumroh” dan “Jadi Jagoan Ala Ahok”.
Amel, Sang filmmaker “Jadi Jagoan Ala Ahok” mengaku, sempat merasakan keraguan terhadap minat penonton untuk film ini. Namun ternyata, dengan mengangkat sosok Ahok film ini berhasil mendapatkan apresiasi yang tinggi bahkan meraih penghargaan.
“Awalnya kenapa saya memilih Ahok untuk di filmkan karena dia ini bupati pertama di Indonesia yang mensosialisasikan kesehatan dan pendidikan gratis di Belitung Timur,” ungkap Amel.
Amel pun menjelaskan sedikit mengenai proses pembuatan film ini. Pada masa pemilihan calon DPR RI, ia melakukan riset dengan mengikuti kampanye Ahok di daerah Belitung dan sekitarnya.
“Pertama, saya dan tim mencoba mengikuti kegiatan kampanye selama empat hari dulu. Tetapi baru hari pertama, dia benar-benar gila. Dia berani menolak permintaan yang tidak masuk akal,” tambahnya.
Walaupun sempat terhenti karena masalah dana, namun akhirnya film ini mampu terselesaikan dalam waktu tiga bulan.
“Selesai film ini baru tahun 2013, walaupun sempat terhenti tahun 2012 karena kurangnya dana untuk editing dan sebagainya. Tetapi satu pesan saya, kalau mau jadi jagoan, janganlah pakai uang, jadilah jagoan ala Ahok.”
Sikap nyata terhadap korupsi
Film lain tentang korupsi yang ditampilkan saat ACFFest 2015 adalah film “Jumroh” karya Mas Mul. Film ini memperlihatkan korupsi banyak dilakukan oleh pejabat tinggi yang seharusnya memberi contoh teladan.
“Seperti korupsi yang dilakukan Akil Mochtar, padahal dia ketua Mahkamah Konstitusi. Tidak hanya pejabat MK, tetapi pejabat di DPR, MA. Bahkan, Polisi juga melakukan korupsi,” ujarnya.
Menurutnya, walau film ini tidak disajikan secara ‘cantik’, namun film ini dapat berbicara dengan penonton mengenai sikap nyata terhadap korupsi.
“Ada pesan di situ. Penonton diajak berkomunikasi dengan film dan sangat provokatif,” jelas lelaki lulusan Institut Kesenian Jakarta ini.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Reporter: Christoforus Ristianto
Editor : Ghina Ghaliya
Foto: Dok. ACFFest 2015
cc: Valentine Merrita Sari