JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Titimangsa dan KawanKawan Media bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) khususnya bersama Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dalam menggelar pertunjukan “Di Tepi Sejarah” musim kedua berjudul “Mata Sejarah”. Produksi ke-55 ini digelar dengan penonton terbatas di Gedung Kesenian Jakarta pada 20-21 April 2022.
“Mata Sejarah” menceritakan tentang perjalanan hidup Kassian Cephas (Muhammad Nur Qomaruddin), fotografer profesional bumiputra pertama di Hindia Belanda (Indonesia). Ia memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan dunia fotografi negeri ini.
Baca juga: “Kacamata Sjafruddin” Kisahkan Sejarah yang Belum Terungkap
“Kassian Cephas adalah seorang fotografer dan pembawa pesan. Ia menangkap identitas bangsanya dengan kamera. Teknologi canggih pada masanya itu baginya bukan sebuah tujuan, tetapi menjadi alat untuk mengabarkan negerinya kepada dunia luar,” ujar penulis naskah Mata Kamera, Hasta Indriyana.
Kassian sempat menjadi abdi dalem penewu, Keraton Mataram, Yogyakarta yang mendapatkan tugas khusus yakni fotografi. Ia membuat potret raja, keluarga kerajaan, upacara-upacara keraton, dan aktivitas masyarakat kebanyakan.
Karya-karya Kassian kemudian bisa diakses masyarakat luas, termasuk dikenalkan ke dunia luar melalui buku-buku karangan Isaac Groneman.
Bahkan, pada 1889 Kassian ditunjuk pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi fotografer profesional dalam proyek yang mengeksplorasi Candi Borobudur, Karmawibhangga. Ia kemudian dikenal sebagai fotografer oleh masyarakat Eropa melalui Kerajaan Belanda.
Karya-karyanya menjadi koleksi Lembaga Studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda (KITLV) serta menjadi dokumentasi penting bagi titik mula fotografi Indonesia. Sayangnya, sejarah Indonesia tidak mencatat perannya sebagai pelopor fotografer profesional yang mengangkat nilai luhur bangsa. Di sinilah “Mata Sejarah” ingin menggambarkan sosok Kassian.
“Di Tepi Sejarah” sendiri menceritakan tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah. Terdapat tokoh yang kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa, tetapi menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.
“Banyak kisah sejarah inspiratif yang sebelumnya kurang dikenal terutama oleh anak-anak muda, entah karena kurangnya akses ke sumber literasi atau bahkan kurangnya minat untuk mempelajari sejarah tersebut. Namun, dengan adanya monolog Di Tepi Sejarah, anak-anak muda dapat kembali mempelajari sejarah yang hampir terlupakan tersebut,” jelas Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media dalam keterangan resmi yang diterima ULTIMAGZ.
Seri monolog “Di Tepi Sejarah” ini akan ditayangkan secara daring pada Agustus 2022 di YouTube kanal Indonesiana TV.
Penulis: Andia Christy
Editor: Vellanda
Foto: Yose Riandi/Titimangsa