• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, May 20, 2022
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

“Mata Sejarah”, Pertunjukan Kedua Seri Monolog “Di Tepi Sejarah”

by Andia Christy
May 10, 2022
in Event
Reading Time: 2 mins read
“Mata Sejarah”, Pertunjukan Kedua Seri Monolog “Di Tepi Sejarah”

Sosok Kassian Cahepas (oleh Muhammad Nur Qomaruddin) dalam pertunjukan "Mata Sejarah". (Foto: Yose Riandi/Titimangsa)

0
SHARES
26
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Titimangsa dan KawanKawan Media bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) khususnya bersama Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dalam menggelar pertunjukan “Di Tepi Sejarah” musim kedua berjudul “Mata Sejarah”. Produksi ke-55 ini digelar dengan penonton terbatas di Gedung Kesenian Jakarta pada 20-21 April 2022.

“Mata Sejarah” menceritakan tentang perjalanan hidup Kassian Cephas (Muhammad Nur Qomaruddin), fotografer profesional bumiputra pertama di Hindia Belanda (Indonesia). Ia memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan dunia fotografi negeri ini.

Baca juga: “Kacamata Sjafruddin” Kisahkan Sejarah yang Belum Terungkap

“Kassian Cephas adalah seorang fotografer dan pembawa pesan. Ia menangkap identitas bangsanya dengan kamera. Teknologi canggih pada masanya itu baginya bukan sebuah tujuan, tetapi menjadi alat untuk mengabarkan negerinya kepada dunia luar,” ujar penulis naskah Mata Kamera, Hasta Indriyana.

Kassian sempat menjadi abdi dalem penewu, Keraton Mataram, Yogyakarta yang mendapatkan tugas khusus yakni fotografi. Ia membuat potret raja, keluarga kerajaan, upacara-upacara keraton, dan aktivitas masyarakat kebanyakan.

Karya-karya Kassian kemudian bisa diakses masyarakat luas, termasuk dikenalkan ke dunia luar melalui buku-buku karangan Isaac Groneman.

Bahkan, pada 1889 Kassian ditunjuk pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi fotografer profesional dalam proyek yang mengeksplorasi Candi Borobudur, Karmawibhangga. Ia kemudian dikenal sebagai fotografer oleh masyarakat Eropa melalui Kerajaan Belanda.

Karya-karyanya menjadi koleksi Lembaga Studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda (KITLV) serta menjadi dokumentasi penting bagi titik mula fotografi Indonesia. Sayangnya, sejarah Indonesia tidak mencatat perannya sebagai pelopor fotografer profesional yang mengangkat nilai luhur bangsa. Di sinilah “Mata Sejarah” ingin menggambarkan sosok Kassian.

“Di Tepi Sejarah” sendiri menceritakan tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah. Terdapat tokoh yang kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa, tetapi menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

“Banyak kisah sejarah inspiratif yang sebelumnya kurang dikenal terutama oleh anak-anak muda, entah karena kurangnya akses ke sumber literasi atau bahkan kurangnya minat untuk mempelajari sejarah tersebut. Namun, dengan adanya monolog Di Tepi Sejarah, anak-anak muda dapat kembali mempelajari sejarah yang hampir terlupakan tersebut,” jelas Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media dalam keterangan resmi yang diterima ULTIMAGZ.

Seri monolog “Di Tepi Sejarah” ini akan ditayangkan secara daring pada Agustus 2022 di YouTube kanal Indonesiana TV.

 

 

Penulis: Andia Christy 

Editor: Vellanda

Foto: Yose Riandi/Titimangsa 

Tags: Candi Borobudurdi tepi sejarahfotograferFotografer Indonesiafotografer profesionalhindia belandaIndonesiakassian cephasKITLVmata sejarah
Andia Christy

Andia Christy

Related Posts

UCIFEST 13 Tutup dengan Karya-karya Film Generasi Muda (ULTIMAGZ)
Berita Kampus

UCIFEST 13 Tutup dengan Karya-karya Film Generasi Muda

May 18, 2022
SEA Games 2021: Indonesia Raih Dua Emas dari Cabor Menembak
Event

Indonesia Raih Dua Emas dari Cabor Menembak SEA Games 2021

May 17, 2022
UCIFEST 13
Berita Kampus

UCIFEST 13 Ajak Pelajar Indonesia Peka Kritik Sosial

May 15, 2022
Next Post
KataK

Bawa Kisah “Juliet”, Teater KataK Kembali Gelar Pentas Tatap Muka

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

six + 19 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021