SERPONG, ULTIMAGZ.Com – Usai mencalonkan diri menjadi presiden Amerika Serikat dan menjabat sebagai sekretaris negara, siapa yang sangka Hillary Clinton kini menjadi seorang penulis novel thriller. Meskipun sudah menulis berbagai buku nonfiksi sebelumnya, “State of Terror” akan menjadi buku fiksi pertama Clinton yang bertema misteri politik.
“State of Terror” menampilkan drama global di balik layar yang informasi detailnya hanya bisa diperoleh ‘orang dalam’. Novel thriller politik ini berfokus pada kisah seorang sekretaris negara yang kini berkerja dalam administrasi politisi saingannya, dan berusaha memecahkan serangan para teroris yang ingin masuk ke dalam Gedung Putih. Selain di AS, kisah ini juga akan berlatar di dunia ‘Bizantium’ di Pakistan, Afghanistan, dan Iran.
Clinton berkolaborasi dengan novelis ternama Louise Penny dalam menulis judul ini. Penny mengutarakan, plot novel “State of Terror” terinspirasi dari mimpi terburuk Clinton saat menjabat sebagai sekretaris negara.
“Sebelum kami memulai, kami bicarakan waktu ia (Clinton) menjadi sekretaris negara. Saya tanyakan apa mimpi terburuknya. Jawabannya adalah ‘State of Terror’,” tulis Penny dalam rilis pers.
Bagi Clinton, kesempatan menulis buku bersama Penny merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Keduanya sudah menjalin persahabatan sejak lama dan antusias akan kolaborasi perdana ini.
“Saya menikmati setiap buku, karakter, serta persahabatannya. Sekarang kami bergabung dengan pengalaman kami untuk menjelajahi dunia kompleks diplomasi dan pengkhianatan berisiko tinggi,” tulis Clinton dalam rilis pers.
Baca juga: Mustahil Ditebak! Inilah 5 Rekomendasi Buku dengan Plot Twist Tak Terduga
Menggabungkan pengetahuan Hilary Clinton tentang Gedung Putih dengan keterampilan menulis thriller dari Louise Penny, novel “State of Terror” menjadi salah satu buku yang paling diantisipasi tahun ini.
Clinton juga memberi proyeksi bahwa kisah dalam buku ini tidak akan seperti politik ‘yang terlihat’. Melansir theguardian.com, “State of Terror” akan dirilis pada 12 Oktober mendatang.
Penulis: Arienne Clerissa
Editor: Maria Helen Oktavia
Foto: simonandschuster, independent.co.uk
Sumber: latimes.com, theguardian.com, axios.com