• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Tuesday, July 1, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Iptek

Sering Bercermin? Begini Sejarah Perkembangannya

by Gabrielle Alicia Wynne Pribadi
May 11, 2018
in Iptek
Reading Time: 2 mins read
Sering Bercermin? Begini Sejarah Perkembangannya

Karya seni menggunakan pantulan cahaya dari cermin oleh Yayoi Kusama yang kini menjadi spot foto terkenal bagi milenial. (Sumber foto: Pinterest.co.uk)

0
SHARES
910
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com –  Setiap orang pasti pernah menggunakan cermin, khususnya para kaum hawa. Namun, apakah Ultimates tahu bagaimana awal mula manusia bercermin?

Pada awalnya, manusia melihat bayangan dirinya melalui pantulan air di danau maupun dalam suatu wadah. Berdasarkan sejarahnya, masyarakat kemudian menggunakan batu sebagai alat untuk merefleksikan citranya. Sekitar 2000 SM, di wilayah Amerika, masyarakat merefleksikan dirinya menggunakan batu yang mengkilap. Berbeda lagi dengan masyarakat Mesopotamia (kini disebut Irak) dan Mesir, yang mengolah tembaga dan perunggu untuk bercermin sejak 4000 SM dan 3000 SM. Di dataran Cina sendiri, cermin perunggu dan tembaga diproduksi sekitar tahun 2000 SM dari kebudayaan Qijia.

Terus berkembang, cermin yang pada saat itu digunakan oleh mayoritas kalangan atas beralih bahan dasar. Batu, tembaga dan dan perunggu ditinggalkan menjadi cermin kaca berlapis logam/timah cair pada awal abad sesudah Masehi di Lebanon. Dengan membuat potongan kaca halus, cermin kuno ini diciptakan dengan ditiup hingga menggelembung dan kemudian dipotong. Cara ini juga merupakan awal mula pembentukan kacamata.

Cermin tiup yang kemudian menghasilkan bentuk cekung dan cembung atau yang dikenal dengan cermin melingkar, ternyata sangat rapuh. Meskipun sudah dilapisi dengan logam cair, ukurannya yang kecil, rapuh, dan gambar yang terdistorsi, dianggap tidak sebanding dengan harganya yang sangat mahal pada masa itu. Hal ini membuat mayoritas masyarakat menjadikan cermin logam solid sebagai favorit hingga abad ke-19 karena sifatnya yang dapat bertahan lama.

Di awal Abad Renaisans, bangsa Eropa terus melakukan penyempurnaan terhadap pembuatan cermin melalui penggunaan timah dan raksa. Walau waktunya tidak diketahui secara spesifik, kota Venesia sempat dikenal dengan produksi kacanya pada masa Renaisans. Karena keindahan dan harganya yang sangat tinggi, cermin menjadi salah satu penanda status sosial pada saat itu.

Hingga pada tahun 1835, pria berkebangsaan Jerman, Justus Liebig menggunakan metode pengendapan lapisan perak metalik ke kaca melalui reduksi kimia perak nitrat. Ciptaannya mampu menghasilkan cermin yang sangat tipis, namun kuat. Selain itu harganya jauh lebih terjangkau, itulah yang membuat cermin hingga saat ini digunakan oleh seluruh kalangan di masyarakat.

 

Penulis: Gabrielle Alicia Wynne Pribadi

Editor: Gilang Fajar Septian

Sumber: Chinavoc.com, Okezone.com

Foto: Pinterest.co.uk

Tags: cerminfakta unikkacamirrorSejarahultimagz
Gabrielle Alicia Wynne Pribadi

Gabrielle Alicia Wynne Pribadi

Related Posts

Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). (kompas.com)
Iptek

Kelamnya Sejarah Revolusi Indonesia: Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

May 9, 2025
Ilustrasi sorgum. (Pixabay/Bishnu Sarangi)
Iptek

Sorgum: Harapan Pangan Nasional di Tengah Krisis Iklim

May 7, 2025
Pameran model dan kerangka burung dodo di Museum of Natural History. (oumnh.ox.ac.uk)
Iptek

Jejak Terakhir Burung Dodo: Kisah dari Spesies yang Punah

April 29, 2025
Next Post
HanSan Festival Ajarkan Koreografi Lagu Terbaru NCT U

HanSan Festival Ajarkan Koreografi Lagu Terbaru NCT U

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021