SERPONG, ULTIMAGZ.com — Memasuki pekan keempat Februari, biasanya sejumlah daerah di Indonesia akan mengalami “hari tanpa bayangan”, yaitu sebuah peristiwa ketika bayangan benda yang berdiri tegak tidak terlihat. Hal ini terjadi karena fenomena alam yang disebut “kulminasi matahari”.
Melansir kompas.com, kulminasi adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika matahari berada tepat di garis khatulistiwa. Posisi tersebut membuat benda di lokasi tertentu berada di satu garis lurus dengan matahari sehingga bayangannya akan menumpuk dan tidak terlihat.
Menurut Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), peristiwa ini juga disebabkan oleh nilai deklinasi matahari yang bervariasi, mulai dari -11 hingga +6 derajat. Kondisi itu biasanya terjadi pada minggu keempat Februari sampai minggu pertama April.
Baca Juga “Beruang Kutub ‘Menghilang’ Akibat Perubahan Iklim”
Deklinasi sendiri adalah sudut apit antara lintasan semu harian matahari dengan proyeksi ekuator bumi pada bola langit. Kesamaan nilai deklinasi matahari dengan lintang geografis Indonesia, yakni pada enam derajat lintang utara hingga sebelas derajat lintang selatan, membuat matahari akan berada tepat di atas kepala saat tengah hari.
“Karena nilai deklinasi matahari sama dengan lintas geografis wilayah Indonesia, maka matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari,” jelas Peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang, dikutip dari tempo.co.
Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan istilah “hari tanpa bayangan”.
Sejarah Singkat Penemuan Hari Tanpa Bayangan
Fenomena hari tanpa bayangan pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Yunani yang bernama Erasthothenes, yang juga dikenal sebagai penemu ukuran bumi. Penemuan hari tanpa bayangan itu diawali ketika Erasthothenes mendapati sebuah sumur di Syene (sekarang Aswan, Mesir) yang diterangi sinar matahari. Anehnya, ia tidak melihat adanya bayangan dari sumur tersebut.
Matahari yang menyinari benda dalam posisi miring sudah pasti akan menghasilkan bayangan benda. Hal inilah yang berbeda dengan apa yang Erasthothenes lihat. Akhirnya, ia memutuskan untuk melakukan pengukuran proyeksi bayangan matahari di daerah Syene dan Alexandria. Hasilnya, ia bisa menemukan ukuran bumi, sekaligus sebuah fenomena yang disebut “hari tanpa bayangan”.
Hari Tanpa Bayangan di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa. Dengan demikian, sejumlah daerah di Indonesia pun bisa mengalami fenomena hari tanpa bayangan.
“Karena nilai deklinasi matahari sama dengan lintas geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari,” kata Andi.
Hari tanpa bayangan dapat diamati di Kabupaten Rote Ndao dan Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur pada Senin (21/02/22), sekitar pukul 12 siang waktu setempat. Fenomena ini akan terus bergeser setiap harinya. Pada awal April mendatang, hari tanpa bayangan akan terjadi di wilayah ujung utara dan barat Indonesia, yaitu Miangas, Sulawesi Utara dan Sabang, Aceh.
Penulis: Christabella Abigail Loppies
Editor: Jessica Elisabeth
Foto: unsplash.com
Sumber: tempo.co, detik.com, kompas.com, pikiran-rakyat.com, hitekno.com
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks! https://accounts.binance.com/ar/register?ref=V2H9AFPY