SERPONG, ULTIMAGZ.com — Merujuk data internal SIRCLO selaku perusahaan penyedia layanan solusi perdagangan elektronik (e-commerce enabler), terdapat beberapa tren serta peluang yang akan dihadapi oleh pelaku bisnis. Pada Rabu (05/02/20), Direktur Utama dan Pendiri SIRCLO Brian Marshal mengatakan, ada tiga tren industri e-commerce yang perlu diantisipasi oleh pemilik usaha dan merek (brand) pada tahun ini. Simak tren-tren industri e-commerce di Indonesia yang dipaparkan SIRCLO di bawah ini!
- Peningkatan daya beli dan keterkaitan di luar Pulau Jawa
Data internal SIRCLO yang diperoleh dari kampanye Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada Desember lalu menunjukkan peningkatan transaksi e-commerce yang signifikan dari wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
“Potensi transaksi e-commerce diprediksi akan terus meningkat di tahun ini. Jadi penting bagi brand untuk memulai meningkatkan fokus dan aktivitas ke luar Pulau Jawa,” ujar Brian.
- Pertumbuhan pesat industri e-commerce Indonesia
Pertumbuhan ini didominiasi oleh penjualan ritel fesyen, barang konsumen (consumer goods), maupun produk-produk kecantikan serta kesehatan yang difasilitasi oleh kehadiran marketplace. Dengan kemudahan dalam membuka toko daring, pelaku bisnis dapat menawarkan jasa atau produk secara digital dengan jangkauan konsumen yang lebih luas.
“Selain itu, munculnya banyak brand baru di beberapa tahun terakhir juga akan mempengaruhi pertumbuhan jumlah reseller dan distributor dari brand-brand tersebut,” kata Brian.
- Konsumen di era modern cenderung memanfaatkan platform daring dan luar jaringan (luring) ketika berbelanja
Menurut data dari McKinsey, 20 persen pelanggan Indonesia biasanya melakukan riset produk di toko daring sebelum akhirnya membeli produk di toko luring. Brian menambahkan, segmen platform daring serta luring semakin terikat dan tak terpisahkan. Maka dari itu, bila merek memiliki presensi daring yang baik, penjualan pada ritel luring akan meningkat.
Berdasarkan GlobalWebIndex, Indonesia merupakan negara dengan tingkat adopsi e-commerce tertinggi di dunia pada 2019. Sebanyak 90 persen dari pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun di Indonesia pernah melakukan pembelian produk serta jasa secara daring. Hal tersebut membuat adanya perubahan gaya hidup konsumen dan membuka peluang bisnis baru. Brian menekankan bahwa peluang besar industri e-commerce Indonesia tahun 2020 terbagi menjadi 3 pilar utama.
Pilar pertama adalah brand.com yang merupakan situs khusus untuk toko daring sebuah merek. Hal ini disebabkan oleh proses pembangunan merek yang tidak bisa lepas dari penciptaan presensi dan identitas daring. Maka dari itu, salah satu cara utamanya adalah dengan membangun situs atau toko daring sendiri.
Kedua, marketplace atau kanal yang memfasilitasi transaksi jual beli online, seperti Tokopedia, Shopee, JD.ID, dan Lazada. Brian mengatakan bahwa bisnis perlu memilih platform yang sudah populer terlebih dahulu pada saat permulaan untuk membangun pembeli yang pasti. Setelah itu, pemilik bisnis baru bisa fokus dalam mengembangkan situsnya sendiri.
Pilar terakhir ialah penyediaan fitur chat commerce yang dapat memfasilitasi interaksi penjual dengan pembeli melalui pengiriman pesan. Fitur tersebut merupakan solusi dari transaksi reguler yang memakan waktu dan kurang efisien bagi kedua pihak.
Untuk mempertajam strategi dan memaksimalkan investasi di ketiga pilar peluang tersebut, pemilik usaha perlu memiliki rekan e-commerce enabler yang andal. E-commerce enabler merupakan perusahaan yang menyediakan solusi digital end-to-end untuk memasarkan produk secara digital hingga ke jalur distribusi daring. Maka, pelaku usaha dan karyawan inti perusahaan dapat bermitra dengan penyedia layanan solusi e-commerce agar dapat berfokus untuk melakukan keahliannya, yaitu inovasi produk.
Penulis: Sr. Angela Siallagan
Editor: Elisabeth Diandra Sandi
Foto: kompas.com
Sumber: cnnindonesia.com, detik.com, kompas.com