• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, June 30, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Lifestyle

Catastrophic Thinking, Kebiasaan Memprediksi Skenario Terburuk

by Ida Ayu Putu Wiena Vedasari
July 4, 2020
in Lifestyle
Reading Time: 2 mins read
Ilustrasi seseorang yang tenggelam memikirkan skenario terburuk. Catastrophic Thinking. (Foto: pexels.com)

Ilustrasi seseorang yang tenggelam memikirkan skenario terburuk. (Foto: pexels.com)

0
SHARES
2.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Pernahkah kamu melihat dirimu memikirkan skenario terburuk dari suatu peristiwa? Tenggelam dalam dugaan akan suatu hal, juga rasa takut yang belum tentu terjadi. Contohnya, seperti memprediksikan hal terburuk yang tanpa disadari malah berbalik menyerangmu.

Catastrophic thinking merupakan sebuah kebiasaan untuk memercayai bahwa sesuatu yang terburuk akan terjadi. Pemikiran seperti ini dapat membuat seseorang percaya bahwa suatu hal yang terjadi padanya akan sangat buruk dan membuatnya tak berdaya, dikutip dari pijarpsikologi.com.

Ron Breazeale dalam psychologytoday.com mengatakan bahwa catastrophic thinking membuat seseorang memikirkan skenario terburuk secara tidak rasional. Ron mengatakan bahwa kebiasaan seperti ini dapat meningkatkan rasa cemas dalam diri seseorang, dan membuat orang itu tidak dapat mengambil keputusan saat dibutuhkan, terutama dalam situasi sulit.

Pikiran seperti ini dapat membuat orang yang melakukan merasa sedih, tak berdaya, takut, dan stres. Bila terus dilakukan, budaya pikir seperti ini dapat membuat seseorang masuk dalam depresi, dilansir dari medicalnewstoday.com.

Joe Dilley dalam psychcentral.com mengatakan bahwa catastrophic thinking bermasalah, sebab pikiran ini mampu menjadi pemicu terjadinya hal-hal yang berusaha kita cegah. Seperti kata pepatah, apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. Menjadi mungkin bahwa sering memprediksi skenario terburuk akan meningkatkan kemungkinan scenario terburuk tadi terjadi pada kita.

Ron dalam psychologytoday.com menghimbau, budaya pikir seperti ini perlu dikelola, bukan dikurangi. Mengutip medicalnewstoday.com, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi catastrophic thinking.

Pertama, kamu harus mengakui bahwa ada hal-hal yang akan membuatmu tidak nyaman. Hidup tidak selalu dipenuhi dengan hal baik. Kita juga pasti akan merasakan hal buruk dalam hidup kita, tapi bukan berarti satu hal buruk akan membuat seluruh kehidupan kita buruk.

Kedua, kamu harus menyadari bahwa kamu berpikir secara irasional. Catastrophic thinking seringkali diikuti oleh pola pikir yang berbeda. Contohnya seperti ini, seseorang mulai merasa dirinya sedang sakit. Pikiran ini kemudian berlanjut ke arah negatif dan membuatnya berpikir bahwa sakit yang ia rasakan semakin parah. Pikiran itu berkembang dan membuatnya berpikir bahwa ia tidak akan sembuh dari rasa sakitnya. Saat seseorang menyadari budaya berpikirnya ini, orang itu akan menjadi lebih siap menghadapinya.

Ketiga, yakinkan diri sendiri untuk berhenti memikirkan skenario negatif yang muncul dalam otakmu. Meneriakkan kata ‘berhenti’, atau ‘sudah cukup’ akan membantumu mengubah arah pikiranmu dan mencegah pikiran negatif tadi terus berlanjut.

Keempat, coba pikirkan hasil lain. Alih-alih memikirkan hasil negatif, coba pertimbangkan hasil positif atau opsi yang kurang negatif dari sebuah fenomena.

Kelima, yakinkan dirimu bahwa kamu bisa menghadapi pikiran ini. Seseorang dengan budaya catastrophic thinking ini harus mulai percaya pada diri mereka, dan percaya bahwa mereka dapat mengatasi rasa takutnya.

Terakhir, rawat dirimu. Pikiran negatif tadi seringkali muncul saat seseorang merasa stres dan lelah. Cobalah untuk berisitirahat yang cukup dan melakukan sesuatu untuk menghilangkan stress. Berolahraga, meditasi, atau menulis jurnal dapat membantumu merasa lebih baik.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Editor: Xena Olivia

Foto: pexels.com

Sumber: pijarpsikologi.com, psychologytoday.com, medicalnewstoday.com, psychcentral.com

Tags: catastrophicketakutanPikiran Negatifpsikologirasa takutskenario terburukworst scenario
Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Related Posts

Tempe: Hasil Fermentasi Mendunia yang Berakar dari Jawa
Kuliner

Tempe: Hasil Fermentasi Mendunia yang Berakar dari Jawa

May 27, 2025
Kopi yang berasal dari feses gajah. (antaranews.com)
Lifestyle

Dari Feses Gajah ke Cangkir Kopi: Cerita di Balik Kopi Ivory

May 27, 2025
Potret salah satu bahan sushi, kani. (istockphoto.com)
Lifestyle

Sushi Kani Ternyata Bukan Kani, tapi Surimi? Ini Faktanya!

May 23, 2025
Next Post
Neko Atsume House

Melihat Hubungan Manusia Dengan Kucing di "Neko Atsume House"

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021