SERPONG, ULTIMAGZ.com – Setiap hari, setiap jam, dan setiap menit, manusia membutuhkan informasi untuk melakukan aktivitasnya. Sebuah informasi terkadang sudah diketahui dan diingat, sedangkan beberapa informasi belum diketahui dan perlu dicari.
Di era modern seperti saat ini, pencarian informasi mudah dengan bantuan internet. Sayangnya, kemudahan ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Saat mencari sebuah informasi, sebagian orang hanya mencari apa yang mereka inginkan.
Baca juga: Crab Mentality: Kecenderungan Menjatuhkan Orang Lain yang Bertumbuh
Hal ini nantinya akan memunculkan apa yang disebut dengan cherry picking. Menurut dictionary.cambridge.org, cherry picking berarti memilih hal terbaik dalam sebuah grup tertentu, dan menyisakan hal-hal yang dirasa kurang baik. Hal ini terkadang dianggap membenarkan sebuah keadaan tertentu dari satu sudut pandang saja karena hanya menganggap benar fakta yang diinginkan dan mengabaikan faktor lainnya.
Istilah cherry picking berasal dari proses memetik buah dari pohon. Saat memetik jenis buah, seperti ceri, seseorang mungkin hanya mencari ceri terbaik, seperti yang paling sehat. Dengan hanya memetik ceri terbaik, orang lain yang melihat panen mungkin membuat asumsi yang salah bahwa semua ceri di pohon sama sehatnya.
Dalam penerapan lain dari istilah tersebut, seseorang mungkin hanya memilih ceri yang paling mudah dijangkau, terlepas dari kualitasnya. Dengan mengabaikan ceri sehat yang lebih tinggi di pohon, orang tersebut mungkin berakhir dengan kumpulan ceri yang belum matang atau busuk yang tidak memberikan gambaran benar tentang kualitas buah pohon.
Cherry picking kerap dilakukan oleh akun-akun anonim di media sosial, mereka biasanya melakukan provokasi, menggiring opini, dan menyebarkan propaganda. Orang-orang yang melakukan cherry picking biasanya menyediakan potongan fakta-fakta yang diperkuat dengan opini pribadi mereka tanpa menyertakan fakta sepenuhnya.
Misalnya, di media sosial sering kali kita temui akun yang menuliskan unggahan berisikan kata-kata ambigu dan memuat hanya beberapa kalimat. Alhasil, hal tersebut mengundang reaksi masyarakat yang malah akan termakan asumsi sendiri.
Melansir dari kumparan.com, seseorang yang melakukan cherry picking cenderung memberikan pendapat subjektif dan terkadang menjawab perdebatan dengan hal yang tidak bersangkut paut dengan topik. Mereka cenderung merendahkan lawan bicara dan menggunakan kata-kata kasar atau makian.
Masalah terbesar dari cherry picking adalah bahwa hal ini melibatkan analisis dan penyajian informasi yang ada dengan cara yang menyesatkan.
Uniknya, cherry picking dapat dijadikan ukuran dalam kedewasaan seseorang. Menjadi dewasa berarti selalu berpikir kritis, menerima kritik, dan mengakui kesalahan yang dibuat. Sementara orang yang melakukan cherry picking tidak memiliki hal tersebut. Mereka cenderung hanya berpegang teguh dengan apa yang mereka percayai.
Baca juga: Pahami “Procrastination”, Kebiasaan Menunda Pekerjaan
Untuk menghindari perlakuan cherry picking, Ultimates harus hati-hati dalam memilih hal-hal yang diterima. Saat menerima sebuah informasi, ada baiknya selalu bersikap kritis dan melakukan analisa dengan teknik COPS (Context, Opinion, Perspective, and Source).
Melansir ltnnujabar.or.id, Suzanne Pitner, pengajar dan aktivis media, pernah menulis artikel berjudul “How to Analyze the News“. Melalui artikel tersebut, ia yang merekomendasikan strategi COPS ini sebagai tips untuk menganalisis berita.
Ingat untuk selalu pahami berita sesuai konteksnya, pisahkan pendapat dari fakta, dan kenali cara pandang pemberitaannya. Sebab, perspektif media tidak boleh tumpang tindih dengan kepentingan. Kemudian, selalu bandingkan berita dengan berbagai sumber.
Penulis: Rizky Azzahra Rahmadanya
Editor: Alycia Catelyn
Foto: bbc.co.uk
Sumber: dictionary.cambridge.org, kumparan.com, ltnnujabar.or.id