SERPONG, ULTIMAGZ.com – Feminisme tidak muncul begitu saja di dunia. Gerakan feminisme merupakan kumpulan ide yang berjalan dan berkembang seiringnya zaman.
Dalam KBBI, feminisme diartikan sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Melansir dari magdalene.co, feminisme merupakan rangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang bertujuan untuk membangun hingga mencapai kesetaraan gender di segala aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, urusan pribadi sampai sosial.
Baca juga: Trauma Dumping yang Berdampak Negatif Pada Pertemanan
Media Kompas.com mencatat bahwa feminisme dilatarbelakangi oleh kesadaran moral perempuan yang menjadi kaum kedua atau dikesampingkan oleh laki-laki. Gadis Arivia dalam bukunya yang berjudul “Feminisme: Sebuah Kata Hati” menjelaskan bahwa feminisme lahir atas dasar ketidakadilan yang ada di dunia ini.
Contohnya adalah pembahasan tentang perempuan yang sering dipinggirkan karena didefinisikan ulang oleh laki-laki atau biasa dikenal dengan sebutan mansplaining.
Meski berkonotasi negatif bagi perempuan, Feminisme telah menjalani perkembangan yang sangat panjang untuk memperjuangkan keadilan. Oleh karena itu, mari simak penjelasan sejarah gelombang feminisme berikut ini.
Menurut Gadis Arivia, di gelombang pertama, feminis mulai sadar peranan patriarki yang menghambat kemajuan perempuan. Melansir dari yayasansapa.id, gerakan feminisme pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 fokus pada ketidakadilan hukum. Khususnya mengenai hak pilih dan hak pendidikan perempuan sampai kondisi kerja yang lebih baik serta penghapusan standar ganda gender.
Menurut buku The Vindication of the Rights of Woman oleh tokoh feminis Inggris Mary Wollsstonecraft pada 1972 menyuarakan perjuangan hak pendidikan perempuan yang saat itu tidak bisa mengenyam pendidikan seperti laki-laki, diansir dari kompas.com.
Baca juga: Eksplorasi Kisah Puber Perempuan dalam Film “Tiger Stripes”
Selain itu, di Amerika Serikat, para feminis berjuang untuk menghapus perbudakan secara nasional. Di Jepang pun ada Fusae Ichikawa yang berkampanye untuk hak pilih perempuan.
Gelombang pertama feminisme di Amerika Serikat ini berakhir dengan Amandemen Kesembilan Belas Konstitusi Amerika Serikat pada 1920 yang memberikan hak pilih pada perempuan kulit putih.
Selanjutnya, Melansir dari kompas.com gerakan feminisme gelombang kedua dimulai pada 1960-an. Fokusnya adalah memperjuangkan peran perempuan di mata hukum, peran dalam keluarga, lingkungan kerja, hak-hak reproduksi, dan seksualitas perempuan.
Feminisme gelombang kedua di Amerika Serikat muncul dengan lahirnya National for Woman (NOW) pada 1996 dan gerakan revolusioner Women Liberation. Di gerakan feminis ini juga terbagi menjadi aliran kiri yang radikal dan kanan yang cenderung liberal.
Arus kedua gerakan feminisme ini juga dipelopori oleh buku karya Simone de Beauvoir yang berjudul The Second Sex pada 1966. Sebelumnya, pada 1963, Betty Friedan feminis asal Amerika menerbitkan The Feminine Mystique yang menyuarakan ketidakpuasan perempuan saat harus berdiam diri di posisi rumah tangga setelah lulus kuliah.
Era 1980-an akhir merupakan ujung bagi gelombang kedua. Gerakan feminisme pun masuk ke gelombang ketiga atau biasa disebut postfeminisme. Namun, keduanya memiliki perbedaan. Melansir dari yayasansapa.id, feminisme gelombang ketiga lebih global dan akademis, sedangkan postfeminisme lebih berbau individualistik, konsumtif, serta populer.
Walaupun begitu, melanisr dari kompas.com, keduanya fokus bergerak pada upaya perempuan mendapatkan lebih banyak kebebasan dan kekuatan dengan cara menantang seksisme yang sudah mendarah daging seperti pelecehan, ketidaksetaraan dalam pembayaran, dan eksklusi sosial.
Feminis di gelombang ini rutin melakukan protes dan demo. Kelompok seperti Guerrilla Girls dan musik punk rock riot girls pun tumbuh subur di era 1990-an.
Baca juga: Oversharing: Berbagi Cerita tetapi Mengundang Bahaya
Sekarang, gerakan feminisme masih berlanjut untuk melawan berbagai isu seksisme dan patriarki yang masih mengakar di dunia. Contohnya adalah fenomena gerakan #MeToo yang sangat viral di 2017 karena skandal Harvey Weinstein.
Setelah sekian lama dan masih terus berlangsung, nyatanya gerakan feminisme terus memperjuangkan keadilan dan kesetaraan di berbagai macam bidang. Upaya untuk mengusahakan inklusivitas dengan memerhatikan ras, gender, dan kelas sosial juga dilakukan oleh para feminis.
Penulis: Giofanny Sasmita
Editor: Mianda Florentina
Foto: Don Carl Steffen/Gamma-Rapho/Getty Images (vox.com)
Sumber: kompas.com, yayasansapa.id, magdalene.co, vox.com, pinterpolitik.com, humanrightscareers.com, Arivia, G. (2006). Feminisme : sebuah kata hati. Penerbit Buku Kompas.