SERPONG, ULTIMAGZ.com – Di era digital ini, media sosial menjadi wadah bagi orang-orang untuk berbagi berbagai aspek kehidupan. Mulai dari momen-momen penting hingga detail kecil mengenai hari-hari yang dijalankan. Namun, di balik keasyikan berbagi, ada bahaya oversharing yang seringkali diabaikan.
Perilaku tersebut dapat berdampak buruk bagi kehidupan sosial ataupun personal Ultimates. Maka dari itu, penting bagi Ultimates untuk memahami apa itu oversharing, potensi bahaya, dan cara menahan diri untuk tidak menyebar informasi diri secara berlebihan.
Baca juga: Empat Cara Mencegah Kecanduan Media Sosial
Definisi, Penyebab, dan Bahaya Oversharing

Istilah oversharing muncul dalam Webster’s New World College Dictionary (2008) yang diartikan sebagai terungkapnya terlalu banyak informasi, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Lalu, menurut Hoffman (2009), oversharing adalah penjelasan informasi yang berlebihan dan tidak berhubungan dengan konteks tertentu.
Sementara itu, melansir dari detik.com, Dosen Psikologi Universitas Airlangga Tiara Diah Sosialita M.Psi. menjelaskan bahwa oversharing merupakan sebuah kondisi ketika seseorang tidak dapat membatasi diri sendiri untuk menyebarkan informasi pribadi ke publik.
Penyebab dari oversharing terbilang beragam macamnya. Melansir liputan6.com, kondisi tersebut diakibatkan oleh rasa kesepian, cemas berlebih, tidak adanya batasan jelas yang ditetapkan oleh seseorang dalam bercerita, dan penggunaan media sosial secara berlebihan.
Selain itu, perasaan fear of missing out (FOMO) atau takut ketinggalan tren juga menjadi salah satu alasan seseorang melakukan oversharing, dilansir dari halodoc.com
Dampak yang terjadi akibat oversharing ini juga tidak main-main. Menurut Noval (2021), data pribadi yang disebarkan ke media sosial berpotensi menyebabkan munculnya kasus cyberbullying atau perundungan secara daring. Kemudian, oversharing dapat memicu tindak kriminal seperti penyalahgunaan data pribadi seseorang, pelacakan lokasi pengguna, dan penculikan.
Tidak hanya itu, oversharing pun memiliki dampak serius pada kesehatan mental. Melansir halodoc.dom, hal tersebut dapat menyebabkan rasa ketidakpuasan dalam diri, depresi, dan gangguan kecemasan pada seseorang.
Oversharing Ungkap Rahasia Diri dan Ubah Persepsi
Hadirnya media sosial mendorong orang-orang untuk memberikan informasi mengenai aspek-aspek kehidupannya sekecil apapun itu kepada banyak orang termasuk yang tidak dikenal.
Tindakan oversharing dapat memicu beberapa konflik dalam kehidupan. Salah satu contoh kasus yang sempat viral adalah tersebarnya foto Zara Adhisty bersama Niko Al-Hakim. Mengutip grid.id, Zara mengunggah foto mesra bersama Niko pada story Instagramnya melalui fitur close friend. Namun tak disangka, foto tersebut tersebar ke publik.
Meskipun Zara mengunggahnya dengan fitur close friend dan hanya orang-orang terpilih saja yang dapat melihatnya, foto tersebut tetap tersebar ke ranah publik. Akibatnya, foto tersebut menjadi perbincangan hangat netizen dan Zara menerima kecaman.
Tak hanya artis terkenal, mahasiswa yang tidak berhati-hati pun berisiko terkena kasus oversharing. Beberapa mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) turut membagikan pengalamannya terkait oversharing.
“Masih banyak mahasiswa yang overshare di kampus, bahkan di media sosial juga,” ujar Nayla Putri, mahasiswa Komunikasi Strategis UMN 2023 saat diwawancarai ULTIMAGZ, Kamis (21/02/24).
Nayla menambahkan bahwa dirinya pun menjadi salah satu orang yang kerap melakukan perilaku oversharing di media sosial. Ia mengatakan bahwa unggahannya di media sosial mengubah persepsi orang di sekitarnya pada dirinya.
Menurut Nayla, kehidupan sosialnya mulai terganggu ketika ia berbagi informasi yang tak seharusnya diceritakan kepada orang-orang yang baru ditemuinya.
“Karena sering cerita masalah percintaan, orang-orang jadi menganggap aku sad girl bahkan kadang dibilang kasihan,” ungkap Nayla.
Hal serupa juga disampaikan oleh Veronica Theresia, mahasiswa Jurnalistik UMN 2021. Mahasiswa yang akrab disapa Vero ini mengatakan bahwa ia kerap kali dianggap tidak fokus kuliah.
“Waktu aku share ke sosmed (social media) soal aku liburan, beberapa teman aku ngira kalo aku tuh enggak fokus kuliah, lah, karena aku jalan-jalan terus. Padahal ‘kan, di sosmed orang-orang post yang bagus-bagus aja atau for fun. Tapi malah dibawa sampai ke kehidupan perkuliahan dan dikiranya aku ke kampus hanya untuk main-main saja,” tuturnya saat diwawancarai ULTIMAGZ, Kamis (29/02/24).
Lalu, Vero menyampaikan bahwa ia merasa sedih karena hal tersebut.
“Agak sedih, sih, tapi mau gimana. Ngubah pandangan orang enggak semudah itu,” lanjutnya.
Pengalaman yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh Sari (nama disamarkan), mahasiswa Komunikasi Strategis UMN 2022 yang rahasianya pernah bocor karena perilaku oversharing.
“Jadi kadang-kadang ada, tuh, rahasia yang harusnya cuma dia yang tahu, tapi malah diketawain sama temannya. Rahasiaku yang seharusnya disimpan jadi diketahui sama orang lain,” ujar Sari saat diwawancarai ULTIMAGZ via telepon pada Selasa (05/03/24).
Akibatnya, Sari merasa malu dan tidak nyaman ketika rahasianya tersebar ke mana-mana.
“Aku sadar pas kejadian itu, tuh, merasa enggak nyaman banget karena siapa, sih, yang enggak malu ketika rahasiamu diketawain banyak orang atau diketahui sama orang yang seharusnya enggak tahu, gitu, lo,” lanjutnya.
Berkaca dari kejadian buruk tersebut, Sari menyadari bahwa penting baginya untuk dapat menilai karakter lawan bicaranya sebelum berbincang mengenai topik-topik tertentu yang bersifat rahasia atau sensitif.
“Pastinya aku langsung sadar dong, kalau selain masalah oversharing ya, kadang-kadang aku harus lihat lawan bicaraku, apakah dia orang yang trusty (dapat dipercaya) atau misalkan dianya cepu atau enggak, mungkin di aspek itu,” kata Sari
“Tapi untuk aspek oversharing-nya juga, mungkin bikin aku lebih hati-hati atau berusaha untuk aware juga supaya enggak dengan gampangnya cerita semua hal ke beberapa orang,” lanjutnya.
Sari merasa dampak dari oversharing dapat memengaruhi kehidupan sosialnya, baik di kehidupan maya maupun nyata. Maka dari itu, ia merasa perlu membatasi diri dalam membagikan ceritanya di mana pun karena selalu ada kemungkinan yang bisa membuat nama baiknya tercemar.
“Misalkan kalau secara online itu pas kita oversharing via chat ‘kan bisa ada bukti atau jejak digital dari screenshot chat atau voice record omongan, ya. Sementara kalau dari offline, tuh, misal kita ngobrol sama orang, apa yang kita sampaikan, tuh, bisa dihiperbolakan sama lawan bicara kita,” jelas Sari.
Jadi, dia menyebarkan cerita kita dengan dilebih-lebihkan sampai kesannya lebay dan bikin citra kita buruk jika topik itu diketahui banyak orang.” tutupnya.
Atasi Oversharing Demi Jaga Diri Sendiri
Dengan potensi bahaya yang ditimbulkan dari oversharing, Ultimates harus bisa menjaga diri dengan maksimal. Melansir dari idntimes.com, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan.
Menenangkan diri sebelum bercerita menjadi langkah pertama yang dapat diambil. Emosi yang tidak stabil kerap kali membuat seseorang tidak menyadari akan informasi yang dibeberkan kepada orang lain. Lalu, Ultimates juga harus memilih lingkungan yang tepat untuk bercerita tentang keadaan diri sendiri karena tidak semua orang dapat dipercaya.
Kemudian, harus ada sikap yang tegas serta batasan tetap dalam bercerita supaya tidak semua informasi pribadi tersebar begitu saja. Terakhir, Ultimates juga harus dapat membiasakan diri untuk tidak menceritakan permasalahan yang masih dapat diselesaikan secara pribadi.
Penulis: Happy Mutiara (Komunikasi Strategis, 2022), Radella Dagna (Komunikasi Strategis, 2023), Michael Ludovico (Jurnalistik, 2021)
Editor: Jessie Valencia
Foto: ULTIMAGZ/Rafael Amory, Ancilla Setiawan
Sumber: halodoc.com, grid.id, detik.com, liputan6.com, idntimes.com,
Akhtar, Hanif. (2020). Perilaku Oversharing di Media Sosial: Ancaman atau Peluang?. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 25(2), 257-270
Noval, S. M. R. (2021). Oversharing and its Impact for Children: A Comparative Legal Protection. Varia Justicia, 17(2), 184-198
Comments 1