• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, June 1, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Lifestyle

Limbah Industri Fesyen dan Dampaknya bagi Lingkungan Hidup

by Happy Mutiara Ramadhan
February 22, 2024
in Lifestyle
Reading Time: 3 mins read
Ilustrasi limbah fesyen. (money.kompas.com)

Ilustrasi limbah fesyen. (money.kompas.com)

0
SHARES
106
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Perkembangan zaman yang semakin cepat selalu beriringan dengan munculnya inovasi baru sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan hidup. Dalam mengembangkan beragam inovasi tersebut, banyak pelaku industri yang secara sadar mengorbankan banyak hal dari alam demi mendapatkan keuntungan lebih.

Industri fesyen adalah salah satunya. Mengutip kompas.com, produk fesyen menyumbang 10 persen dari keseluruhan emisi karbon global. Hal ini menjadikannya sebagai industri paling berpolusi kedua di dunia setelah industri perminyakan, dilansir dari liputan6.com. 

Baca juga: UMN ECO 2023 Ajak Anak Muda Melek Isu Jejak Karbon

Mengutip kompas.com, laporan dari Quantis International pada 2018 menjabarkan ada tiga tahap produksi produk busana yang menyumbang limbah dan polutan global dalam jumlah besar. 

Tahapan tersebut di antaranya adalah tahap pewarnaan dan finishing yang menghasilkan 36 persen polusi. Disusul dengan penyiapan benang yang menghasilkan 28 persen limbah dan produksi serat yang menyumbang 15 persen limbah. 

Tidak hanya itu, rangkaian proses produksinya juga membutuhkan air dalam jumlah besar dan mencemari sumber airnya. Proses mencuci pakaian meluruhkan 500.000 ton serat mikro ke laut setiap tahunnya yang mana setara dengan 50 miliar botol plastik.

Berdasarkan data tersebut, Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) menyatakan emisi dari produksi tekstil saja diperkirakan akan terus meningkat hingga 60 persen pada 2030 mendatang.

Sementara itu, di Indonesia sendiri produksi tekstil menghasilkan satu juta ton limbah dari total 33 juta ton tekstil yang diproduksi pada 2023, dilansir dari metrotvnews.com.

Banyaknya limbah yang dihasilkan dari produksi tekstil ini diakibatkan oleh masifnya permintaan pasar akan produk-produk fast fashion. Pergeseran tren yang terus menghasilkan model baru mendorong produsen pakaian memproduksi pakaian dalam jumlah besar. Hal itu dilakukan agar dapat menjual produk dengan harga yang murah.

Baca Juga: UMN ECO Ajak ECO Citizens Bawa Perubahan Bagi Lingkungan 

Maka dari itu, penting untuk adanya kebijakan dari konsumen untuk tidak konsumtif. Pilihlah model dan warna yang sekiranya dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama dan cocok dipadupadankan dengan pakaian dan aksesoris lainnya. Rawatlah juga pakaian dengan baik supaya awet dipakai tahunan.

Dengan menjadi konsumen yang bijak, Ultimates secara tidak langsung berkontribusi menjaga lingkungan hidup dan ekosistem serta menekan pertumbuhan masif tren fast fashion. 

 

 

Penulis: Happy Mutiara Ramadhan

Editor: Josephine Arella

Foto: money.kompas.com

Sumber: liputan6.com, kompas.com, metrotvnews.com, kbbi.kemdikbud.go.id

Tags: bahaya tren fesyenemisi karbonfashionfast fashionfesyenlimbah fesyenlimbah industrilimbah tekstillingkunganpencemaran airsampah
Happy Mutiara Ramadhan

Happy Mutiara Ramadhan

Related Posts

Tempe: Hasil Fermentasi Mendunia yang Berakar dari Jawa
Kuliner

Tempe: Hasil Fermentasi Mendunia yang Berakar dari Jawa

May 27, 2025
Kopi yang berasal dari feses gajah. (antaranews.com)
Lifestyle

Dari Feses Gajah ke Cangkir Kopi: Cerita di Balik Kopi Ivory

May 27, 2025
Potret salah satu bahan sushi, kani. (istockphoto.com)
Lifestyle

Sushi Kani Ternyata Bukan Kani, tapi Surimi? Ini Faktanya!

May 23, 2025
Next Post
Ilustrasi fenomena glass ceiling. (freepik.com)

Glass Ceiling Harus Dihilangkan, Sampai Kapan Karier Perempuan Tersandera?

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021