SERPONG, ULTIMAGZ.com – Lobster tentunya sudah tidak asing di telinga Ultimates. Bahan makanan yang satu ini identik sebagai hidangan mewah dengan harga yang relatif mahal. Nyatanya, makanan ini menyimpan sejarah kelam yang bermula pada abad ke-17 di Amerika Serikat (AS).
Melansir capeporpoiselobster.com, pada abad ke-17 bahan makan ini disebut sebagai “kecoak laut” karena dapat ditemukan dalam tumpukan hampir setinggi dua kaki di pantai Massachusetts. Hidangan ini juga dianggap sebagai “ayam orang miskin” bahkan digunakan sebagai pupuk dan ransum untuk narapidana.
Lihat juga: Tiga Bahan Makanan yang Dapat Tingkatkan Trombosit
Beberapa pekerja kontrak bahkan memberontak karena dipaksa makan lobster terlalu sering. Pada akhirnya, koloni akhirnya setuju bahwa mereka tidak akan mengonsumsinya lebih dari tiga kali setiap minggu.
Berbeda dengan sekarang yang mana bahan makan ini dimasak hidup-hidup, lobster diproses setelah mati seperti daging pada umumnya pada abad ke-18. Pada saat itu, masyarakat belum tahu bahwa setelah mati, hewan ini melepaskan enzim yang dapat mempercepat pembusukan ke seluruh tubuhnya. Hal inilah yang membentuk persepsi masyarakat saat itu bahwa bahan makanan ini hanya disajikan untuk budak atau orang miskin.
Namun, hal tersebut mulai berubah sejak kereta api mulai berkembang di AS. Adanya kereta api memudahkan masyarakat untuk berpindah dari satu negara bagian ke negara bagian lain.
Pekerja kereta berpikir bahwa mereka dapat menghidangkan lobster untuk para penumpang karena harga murahnya dan jumlahnya yang banyak. Penumpang yang berasal dari negara bagian lain tidak mengetahui mengenai stigma negatif yang melekat pada hidangan ini dan mulai memesannya bahkan saat tidak bepergian dengan kereta.
Berita mengenai kelezatannya pun mulai tersebar hingga akhirnya, pada 1876 tempat penampungan lobster pertama pun didirikan di Vinalhaven, Maine. Karena permintaan yang semakin banyak, harganya pun naik dan sudah tidak dianggap makanan untuk orang miskin lagi.
Pada 1880, koki di Boston dan New York mulai bereksperimen dan menemukan bahwa lobster terasa paling segar saat dimasak hidup-hidup.
Melansir kompas.com, pada saat Perang Dunia II, makanan menjadi langka dan lobster pun akhirnya dijadikan makanan kaleng dan menjadi ransum untuk tentara. Setelah Perang Dunia II di saat ekonomi AS meledak hidangan ini mulai menjadi santapan mewah.
Lihat juga: 5 Makanan Sehari-hari yang Mampu Menurunkan Berat Badan
Melansir mylivelobster.com, Sekarang, bahan makanan ini dapat dikonsumsi dalam berbagai hidangan lezat. Lobster dari Maine dikenal sebagai yang terlezat dan segar karena perairannya yang lebih dingin. Air yang dingin inilah yang mencegah terserapnya garam dalam air ke daging yang ada. Perairan Maine konon membuat dagingnya lebih empuk dan manis.
Lobster yang awalnya merupakan simbol kemiskinan, kini berubah menjadi simbol kemewahan. Apakah Ultimates tertarik untuk mencobanya?
Penulis: Novela Chin
Editor: Cheryl Natalia
Foto: istockphoto.com/rebeccafondren, medium.com
Sumber: capeporpoiselobster.com, kompas.com, mylivelobster.com