• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Saturday, March 25, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Rekam Jejak Sejarah ‘Penyakit Kerajaan’

by Elisabeth Diandra Sandi
September 2, 2020
in Lainnya, Lifestyle
Reading Time: 3 mins read
Ilustrasi sejarah hemofilia 'penyakit kerajaan'

Ilustrasi ratu dalam kerajaan. (Foto: pexels.com)

0
SHARES
5.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com — Sejak 1998, dunia merayakan Hari Hemofilia Sedunia setiap 17 April agar dapat meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat mengenai hemofilia. Kerap kali, masyarakat memberi predikat penyakit ini dengan julukan ‘The Royal Diseases‘ atau ‘Penyakit Kerajaan’.

Julukan tersbut muncul karena salah satu Ratu Inggris, Ratu Victoria (1837-1901) merupakan pembawa sifat atau carrier penyakit hemofilia. Untuk mengenal penyakit keturunan ini secara lebih dalam, berikut penjelasan dan rekam jejak sejarah hemofilia.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), hemofilia merupakan kondisi kelainan darah yang sulit untuk menggumpal atau membeku karena tubuh kekurangan protein pembekuan darah. Alhasil, darah penyintas tidak dapat dihentikan apabila terluka. Ketika pendarahan terlambat ditangani, hemofilia dapat membawa penderita pada kecacatan fisik dan berujung pada kematian. 

Kata hemofilia sendiri pertama kali ditemukan dalam tulisan karya Hopff di Universitas Zurich pada 1828. Namun, 100 tahun kemudian seorang dokter dan guru besar kedokteran di Jerman Johann Lukas Schonlein baru memperkenalkan istilah hemofilia atau haemophilia. Jejak ini ditemukan dalam ensiklopedia Britanica. Schonlein membuat istilah ini sejak ia harus menggunakan mikroskop agar dapat melakukan analisis kimiawi terhadap urin dan darah seorang pasien untuk menegakkan diagnosis penyakit.

Kemudian penyakit ini mendapatkan julukan ‘Penyakit Kerajaan’ ketika Ratu Victoria (nenek buyut Ratu Elizabeth II) melahirkan anak kedelapannya, Pangeran Leopold. Berdasarkan pemberitaan British Medical Journal pada 1868, Ratu Victoria dan Dokter Kerajaan tidak tahu anak laki-lakinya itu sakit apa. Padahal Leopod adalah penderita hemofilia sehingga luka memarnya sulit untuk pulih dan sering mengalami pendarahan. Dengan kondisi pengetahuan dunia dan tenaga medis tentang penanganan pasien hemofilia yang minim, akhirnya Leopod meninggal dunia pada saat berumur 31 tahun karena pendarahan otak. 

Potret Ratu Victoria, Pangeran Leopod, dan Ratu Elizabeth II (kiri-kanan). (Foto: tribunnews.com)
Potret Ratu Victoria, Pangeran Leopod, dan Ratu Elizabeth II (kiri-kanan). (Foto: tribunnews.com)

Penyebab Ratu Victoria dapat menjadi pembawa penyakit genetik hemofilia pernah dijelaskan dalam situs kompas.com. Pasalnya, beberapa keluarga kerajaan besar di Eropa akrab dengan praktik perkawinan sedarah atau inses. Padahal pernikahan antar-saudara di keluarga dapat menimbulkan efek buruk untuk keturunannya. Walaupun Ratu Victoria bukan pelaku inses, tetapi tindakan keluarganya yang membuat ia menjadi pembawa penyakit hemofilia. Hal ini terbukti dari kasus yang terjadi pada anak kedelapannya, Leopod dan tiga anak-anak perempuannya, Putri Victoria, Putri Alice, serta Putri Beatrice. 

Meski ketiga putrinya tidak positif hemofilia, tetapi mereka menjadi pembawa genetik penyakit tersebut. Buktinya pada 1928, Viscount Trematon, anak laki-laki Alice, meninggal dengan penyebab yang sama seperti Leopod, yaitu pendarahan otak. Masalahnya, ketiga putri Ratu Victoria menikahi pria yang merupakan bangsawan dari Spanyol, Jerman, dan Rusia. Akibatnya, penyebaran penyakit ini menjadi semakin meluas ke kerajaan lain. 

 
Silsilah penyakit hemofilia dalam keluarga kerajaan Ratu Victoria. (Foto: tribunnews.com)
Silsilah penyakit hemofilia dalam keluarga kerajaan Ratu Victoria. (Foto: tribunnews.com)

Sebenarnya hemofilia sering terjadi pada laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X karena penyakit genetik ini berasal dari kelainan kromosom X. Dalam perhitungan genetis, perempuan memiliki dua kromosom X yang dapat membuatnya hanya sebagai pembawa atau carrier penyakit hemofilia. Maka dari itu, peluang keturunan laki-laki untuk terkena hemofilia lebih tinggi. Di sisi lain, perempuan dapat terjangkit hemofilia bila ayahnya hemofilia dan ibunya merupakan carrier.  Namun, kasus ini jarang terjadi.

Hingga saat ini, diagnosa hemofilia hanya bisa diketahui lewat tes darah yang dilakukan oleh dokter. Dengan tes darah, dokter dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan tubuh untuk pembekuan darah, faktor pembekuan mana yang hilang, dan tingkat faktor pembekuannya. Sebelum memutuskan untuk tes darah, Ultimates dapat menyimak gejala-gejala penderita hemofilia yang disadur dari tirto.id.

  1. Setiap luka, gigitan, goresan, atau cedera gigi menyebabkan pendarahan eksternal yang berlebihan.
  2. Sering mengalami mimisan tanpa sebab.
  3. Terdapat memar-memar yang besar atau dalam di kulit.
  4. Pendarahan yang tidak bisa dijelaskan setelah mendapatkan vaksin.
  5. Nyeri dan bengkak di persendian seperti di lutut dan siku. Kemudian saat disentuh akan terasa panas, bengkak, dan sulit bergerak.
  6. Terdapat darah di dalam urine atau feses.
  7. Pendarahan di otak, termasuk sakit kepala, muntah, lesu, pengelihatan kabur, kelumpuhan hingga kejang-kejang.

 

Penulis: Elisabeth Diandra Sandi

Editor: Abel Pramudya

Foto: pexels.com, tribunnews.com

Sumber: kompas.com, tribunnews.com, tirto.id, cnnindonesia.com, idntimes.com

Tags: artikelserieskesehatandarahhari hemofilia seduniahemofiliaKementerian Kesehatankerajaan inggrisketurunanpembekuan darahpenyakit kerajaanSejarah
Elisabeth Diandra Sandi

Elisabeth Diandra Sandi

Related Posts

Warteg
Lifestyle

Warteg: Hidangan Andalan Sejuta Umat

March 16, 2023
Ilustrasi seseorang yang sedang menciptakan paracosm. (Foto: happyplayindonesia.com)
Lifestyle

Paracosm: Ciptakan Dunia Khayalan Sesuai Keinginan

March 14, 2023
Ilustrasi child grooming. (ULTIMAGZ/Rafael Amory J)
Lifestyle

Mario Dandy dan Child Grooming: Hubungan Romantis dengan Anak

March 8, 2023
Next Post
Ekspansi Red Bull dalam Dunia Sepakbola (Ultimagz)

Ekspansi Red Bull dalam Dunia Sepak Bola

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four + four =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021