SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ketika mencari anggota baru, suatu organisasi akan melakukan proses rekrutmen terbuka yang mana individu harus mendaftarkan dirinya dan melalui berbagai proses seleksi. Namun, terkadang ada orang yang bergabung tanpa melewati proses tersebut. Fenomena ini sering kali disebut jalur orang dalam.
Melansir kumparan.com, orang dalam atau sering disingkat ‘ordal’ merupakan istilah untuk menggambarkan individu yang memiliki akses dalam suatu organisasi. Akses tersebut memungkinkan mereka mengatasi aturan, proses, hingga keputusan tertentu. Fenomena ‘ordal’ juga tidak jauh dengan nepotisme yang dipandang tidak adil.
Baca juga: Lima Tips Wawancara Organisasi Mahasiswa Agar Hasilnya Maksimal
Pada dunia organisasi kampus, fenomena ‘ordal’ tidak jarang terjadi di dalam proses rekrutmen anggota. Ketika organisasi sedang melakukan regenerasi, maka akan dipilih beberapa jajaran pemimpin dan koordinator divisi dari anggota periode sebelumnya. Hal tersebut bersifat wajar karena mereka dipilih berdasarkan kinerja di jabatan sebelumnya.
Akan tetapi, yang kadang terjadi adalah ketika seseorang “menarik” teman atau kenalannya ke dalam organisasi sebagai anggota. Tidak dipungkiri bahwa hal ini bisa terjadi terutama jika organisasi tersebut kekurangan anggota. Namun, bagaimana jika seseorang menarik temannya lewat jalur ‘ordal’ hanya karena mereka saling kenal?
Eksploitasi ‘Ordal’ di Organisasi Kampus
Kejadian orang dalam terus terjadi di dunia organisasi kampus dan menimbulkan perasaan kesal dari mahasiswa yang menyaksikan eksploitasinya. Salah satunya mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Multimedia Nusantara (UMN) angkatan 2023 bernama Tata (nama samaran).
Tata, yang berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan sebagai divisi visual, turut menyampaikan ketidakpuasan melihat salah satu anggota divisinya yang diterima lewat jalur ‘ordal’.
“Divisi visual itu ‘kan perlu keterampilan software sama gambar yang bagus. Nah, ini orang aku lihat gambarnya memang kurang bagus. Tapi dia tetap masuk karena kenalan (dengan koordinator divisi),” ungkap Tata saat diwawancarai ULTIMAGZ, Jumat (20/09/24).
Selain berdampak negatif terhadap kualitas kerja divisi, ‘ordal’ juga dipandang tidak adil karena individu tersebut diperbolehkan melewati tahap rekrutmen yang seharusnya diikuti.
“Menurut aku enggak fair, sih. Masa dia enggak perlu daftarin diri, enggak perlu wawancara, langsung keterima. Sedangkan orang lain yang enggak qualified ‘kan enggak bisa masuk,” cerita mahasiswa DKV UMN angkatan 2023 bernama Lynja (nama samaran) ketika ditanya tentang pengalamannya menyaksikan ‘ordal’ saat diwawancarai ULTIMAGZ, Jumat (20/09/24).
Dampak Buruk ‘Ordal’ di Dunia Organisasi
Mengundang orang dalam dengan alasan pribadi dapat mengundang beberapa dampak negatif, baik bagi organisasi tersebut maupun individu yang ditarik.
1. Risiko kurangnya kompetensi
Jika seseorang sebagai ‘ordal’ menarik temannya ke suatu organisasi, belum tentu ia memiliki keterampilan dan kinerja yang diperlukan di divisi tersebut, baik itu keterampilan teknis maupun nonteknis. Ada kemungkinan bahwa orang tersebut hanya mengikuti temannya dan tidak mampu memberikan kontribusi.
Hal ini akan merugikan organisasi, terutama untuk divisi yang diikuti orang tersebut. Ini juga dapat menurunkan motivasi dari anggota yang kompeten sehingga merusak kinerja divisi secara keseluruhan.
2. Menimbulkan konflik antar anggota
Fenomena ‘ordal’ dapat merusak hubungan antar-anggota divisi. ‘Ordal’ dapat menimbulkan kecemburuan dari orang-orang yang harus berjuang untuk masuk ke dalam organisasi lewat berbagai proses seleksi, dilansir dari kumparan.com. Hal ini juga akan menurunkan semangat juang dari anggota yang lain karena merasa tidak diperlakukan dengan adil.
3. Individu menjadi terbiasa dengan ‘ordal’
Lebih dari itu, individu yang sering masuk organisasi lewat ‘ordal’ akan terbiasa dengan hak istimewa tersebut. Ini dapat berdampak buruk bagi dirinya ketika memasuki dunia profesional.
Tidak seperti organisasi kampus, perusahaan di dunia kerja tidak selalu memungkinkan untuk menggunakan jalur orang dalam. Akhirnya, individu tersebut tidak terlatih untuk berusaha dalam mendaftarkan diri ke suatu organisasi.
Bagaimana dengan Dunia Profesional?
Fenomena ‘ordal’ ini tidak hanya terjadi di lingkungan kampus, tetapi juga di beberapa bidang dunia profesional. Mantan calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan sempat menyampaikan perasaannya terhadap fenomena ‘ordal’ pada debat perdana pemilihan presiden yang digelar akhir 2023 lalu.
“Fenomena ‘ordal’ ini menyebalkan. Mau ikut kesebelasan ada ‘ordal’-nya, mau jadi guru ‘ordal’… ada ‘ordal’ di mana-mana yang membuat etika luntur,” ucap Anies dalam debat capres di Kantor Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), dikutip dari kompas.com.
Anies turut menyampaikan kekecewaannya mendengar beberapa guru di Jakarta yang diangkat melalui jalur ‘ordal’. “Negeri ini rusak apabila tatanan itu tidak hilang,” lanjutnya.
Lantas, jika fenomena ‘ordal’ ini sudah terjadi di lingkungan dekat yaitu dunia kampus, bagaimana dengan dunia profesional? Mahasiswa perlu menyadari akan dampak negatif eksploitasi ‘ordal’, agar tidak terbiasa dengan kejadian tersebut sampai memasuki dunia kerja.
Baca juga: Jangan Salah Pilih, Simak 5 Tips Memilih Organisasi yang Tepat
Tidak semua kejadian ‘ordal’ itu otomatis dianggap eksploitasi. ‘Ordal’ dapat berdampak positif bagi organisasi jika individu tersebut mampu memberikan kontribusi dan karya yang baik bagi keberlangsungan organisasi.
Maka dari itu, rekruter baik itu dalam organisasi kampus maupun perusahaan harus bijak dalam menerima anggota. Rekruter sebaiknya tidak mengeksploitasi jalur ‘ordal’ demi kepentingan orang dekat, tetapi demi kesuksesan bersama dalam organisasi.
Penulis: Jonathan Christopher Winfrey (Desain Komunikasi Visual, 2023)
Editor: Jessie Valencia
Foto: Freepik
Sumber: kumparan.com, kompas.com, kontan.co.id
Thiis piece of writing gives clkear idea deigned forr
tthe nnew visitors off blogging, thatt truly howw tto ddo runniung a blog.