SERPONG, ULTIMAGZ.com – Film petualangan Disney bertajuk “Strange World” menampilkan romansa remaja gay. Hal ini merupakan penampilan pertama dalam fitur animasi yang diproduksi oleh Walt Disney Animation Studios ini.
“Strange World” berlatar di dunia fantasi Avalonia yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi. Dua puluh lima tahun yang lalu, penjelajah yang tidak kenal takut, Jaeger Clade (Dennis Quaid), memimpin tim ekspedisi untuk mencoba menaklukkan pegunungan tersebut. Namun, ekspedisi tersebut terhenti ketika putranya, Searcher (Jake Gyllenhaal), menemukan tanaman penghasil energi yang aneh. Tanaman tersebut pun mereka sebut sebagai pando.
Jaeger dengan keras kepala melanjutkan perjalanannya, sedangkan Searcher dan anggota tim lainnya kembali ke Avalonia dengan pando untuk mengubah banyak kehidupan warga Avalonia. Pando berperan krusial sebab menjadi sumber listrik di Avalonia.
Namun, suatu saat, energi pando mulai berkurang. Searcher kemudian harus memulai misi untuk mencari tahu apa yang memengaruhi pando.
Putra remajanya, Ethan (Jaboukie Young-White), ikut serta dalam perjalanan Searcher. Searcher, Ethan, dan beberapa tim penjelajah lainnya pun berakhir di dunia aneh di bawah pegunungan dan tak lama kemudian menemukan Jaeger lagi.
“Strange World” menuai kontroversi karena menunjukkan unsur gay dalam filmnya. Hal ini terlihat dari salah satu protagonisnya, yakni Ethan, yang jatuh cinta dengan laki-laki lain.
Ethan memberitahu ayahnya tentang hal itu. Searcher terlihat mendukung dan memberinya nasihat. Tidak berfokus pada apakah putranya gay atau tidak, ia hanya menjadi seorang ayah yang berada di sisi putranya dalam urusan cinta. Ini artinya, film tersebut sepenuhnya menormalkan fakta bahwa seorang anak laki-laki dapat merasa tertarik atau mencintai orang lain dengan jenis kelamin yang sama.
Terlepas dari dunia yang penuh warna dan makhluk aneh yang ditampilkan, cerita utama “Strange World” sebenarnya jauh lebih sederhana, tetapi lebih dalam dari yang diharapkan. Film tersebut berbicara banyak tentang keluarga, khususnya hubungan ayah dan anak.
Sangat menyegarkan melihat tokoh-tokoh sekitar Ethan menerima dan mendukung pilihan pasangannya. Para pengisi suara untuk “Strange World” juga bangga dan senang dengan proyek film tersebut.
“Sangat indah melihat pemeran yang begitu beragam, dan melihat ide-ide ini dinormalisasikan di dunia,” kata Gyllenhaal, dikutip dari yahoo.com.
“Yang sangat indah dari film ini adalah bahwa satu-satunya cara keluarga ini dapat menyelamatkan dunia yang sangat mereka cintai adalah jika mereka mulai saling memahami dan mendengarkan,” lanjutnya.
Dirilis pada 23 November 2022, sayangnya “Strange World” tidak begitu meraup keuntungan. Melansir dari cnnindonesia.com, “Strange World” mendapatkan pendapatan kotor domestik sebesar 18,6 dolar Amerika Serikat (AS).
Mengingat anggaran produksi film tersebut adalah sekitar 135 hingga 180 juta dolar AS, “Strange World” bisa rugi setidaknya 100 juta dolar AS atau setara dengan 1,5 triliun rupiah.
Karena representasi akan tokoh lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan queer (LGBTIQ+), “Strange World” dilarang untuk ditayang di beberapa negara. Contohnya, seperti Indonesia, Malaysia, Tiongkok, Vietnam, Pakistan, Turki, dan semua negara di Timur Tengah. Sebab, agama masih memainkan peranan cukup penting dalam kehidupan bermasyarakat di negara-negara tersebut.
Banyak juga orang tua yang melarang anak-anaknya untuk menonton “Strange World” akibat adanya unsur LGBTIQ+ di dalamnya. Hal ini membuktikan bahwa belum semua terbuka dan menghargai keberadaan komunitas LGBTIQ+.
Memang, “Strange World” dikategorikan sebagai film anak-anak dan topik seputar seksualitas sangatlah sensitif. Namun, tidak bisa disangkal bahwa hubungan gay sudah mulai ditetapkan sebagai hal yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Mempersiapkan anak-anak untuk kenyataan tersebut lebih baik daripada mencoba menutupinya.
Menampilkan pasangan remaja gay di dalamnya, “Strange World” mungkin mengundang diskriminasi dan ancaman terhadap komunitas LGBTIQ+. Di sisi lain, “Strange World” memungkinkan perubahan paradigma atau cara pandang masyarakat tentang LGBTIQ+. Salah satunya seperti menormalisasikan kelompok-kelompok LGBTIQ+ sembari merangkul mereka agar menjunjung persamaan hak dan kewajiban manusia.
Baca juga: Apakah Ada Alasan Rasional untuk Membenci Kelompok LGBTQ+?
Disney perlu diacungi jempol untuk upayanya mengangkat komunitas LGBTIQ+ ke layar lebar. Tidak hanya dengan “Strange World”, Disney telah dipuji karena menolak menghapus adegan ciuman lesbian di film animasi sebelumnya “Lightyear” yang rilis pada Juni 2022 lalu, meski dilarang di 14 negara.
Melihat banyaknya kecaman, Disney tampaknya tidak goyah pada representasi LGBTIQ+ dalam film-filmnya. Jelas bahwa tujuan Disney kini adalah untuk menyambut inklusi, terlepas dari pukulan apa pun yang diterima.
Penulis: Alycia Catelyn
Editor: Vellanda
Foto: piratesandprincesses.net
Sumber: cnnindonesia.com, yahoo.com, variety.com