SERPONG, ULTIMAGZ.com – Beberapa tahun terakhir, budaya Korea Selatan berkembang pesat dan menjadi tren di penjuru dunia. Karena menjamurnya tren ini, banyak orang yang akhirnya menjadi penggemar K-Pop (Korean Pop).
Ketika seseorang menyukai sebuah grup idola atau solois K-Pop, mereka akan mulai beli barang-barang yang memiliki kaitan dengan idolanya. Hal ini pun dapat mendorong sifat konsumtif yang berujung buruk pada lingkungan.
Meski hidup di era digital, K-Pop tetap menjadi salah satu dari sedikit pasar musik yang masih menghargai produk fisik. Di antaranya adalah album, photocard, merchandise, dan beberapa barang lainnya yang berkaitan dengan idola K-Pop tersebut.
Menurut eyeofdesign.aiga.org, album dan barang fisik lainnya penting karena menunjukkan popularitas dan perjalanan karier sebuah grup idola. Hal tersebut akhirnya mendorong para penggemar untuk membeli barang-barang yang dikeluarkan idola mereka.
Timbulnya Perilaku Konsumtif yang Didukung Pihak K-Pop
Mengutip dari tfr.news, setelah melakukan survei pada 169 penggemar K-Pop, data menunjukkan bahwa rata-rata dari mereka pernah membeli album, tiket konser, dan barang-barang yang berkaitan dengan idola mereka. Baik resmi maupun fan-merch atau buatan penggemar. Berdasar hasil survei juga, kebanyakan penggemar mengatakan mereka membeli produk-produk tersebut untuk mendukung kerja keras idola mereka, mengoleksi, dan kepuasan pribadi.
Terdapat fenomena lain yang mendorong penggemar idola K-Pop untuk membeli album dalam jumlah banyak. Salah satunya adalah munculnya kegiatan fansign atau acara mengobrol dengan idola kesukaan mereka.
Fansign ini dilakukan dengan cara mengundi nomor pada album yang mereka beli. Pemilihan pemenangnya pun tidak dilakukan berdasarkan kuantitas pembelian, melainkan secara acak. Karena itu, banyak penggemar yang membeli lagi meski sudah memiliki banyak album. Hal ini agar kemungkinan memenangkan fansign mereka lebih besar.
Hal ini bertambah parah setelah terjadinya pandemi dan fansign dapat dilakukan secara daring. Perubahan ini menyebabkan penggemar dari seluruh dunia juga ikut membeli banyak album untuk memenangkan video call dengan idola mereka.
Lalu, fenomena lainnya yang membuat banyak penggemar membeli banyak album adalah budaya mengoleksi photocard. Untuk memanfaatkan fenomena ini, tidak sedikit agensi dari para idola yang mengeluarkan banyak versi dari album grup buatan mereka dengan versi photocard yang berbeda pula.
Biasanya, beberapa album memiliki konsep atau sampul yang saling berkaitan. Jadi, jika penggemar hanya membeli satu versi album, mereka akan mendapatkan kekosongan atau suatu gambar yang tidak lengkap. Alhasil, penggemar akan tertarik untuk membeli album dengan versi yang berbeda agar bisa melengkapkan koleksi albumnya yang saling berkaitan.
Semua ini berhubungan dengan strategi pemasaran oleh agensi K-Pop untuk menghasilkan uang. Penggemar K-Pop juga akan terus membeli produk-produk fisik tersebut untuk mendukung dan meningkatkan penjualan artis kesukaan mereka. Siklus tersebut sayangnya buruk bagi lingkungan.
Dampak Perilaku Konsumtif Penggemar yang Ancam Lingkungan
Banyaknya pembelian album idola dengan alasan yang sudah disebutkan di atas, akan menyebabkan tindakan “penelantaran”. Terlebih pada negara dengan pasar K-Pop besar, banyak sekali album yang ditelantarkan bahkan dengan plastik pembungkus yang masih tertutup rapat.
sbt! sedih banget klo liat ginian tuh, ga ngerti apa ga sayang udah beli banyak mahal2 dibuang gitu aja
cr. on pic pic.twitter.com/d98sd50Kay— open dm 🫶🏻 || opfoll 📌 (@sbtcon) November 13, 2022
Melansir allkpop.com, data penjualan grup K-Pop cukup besar angkanya. Grup idola dengan popularitas besar dapat menjual setidaknya satu sampai tiga juta album pertahunnya. Sementara grup K-Pop yang baru debut biasanya menjual sekitar seratus ribu sampai lima ratus ribu.
Saat ini, belum terdapat angka pasti berapa banyak sampah album yang disebabkan perilaku tersebut. Meski begitu, masalah ini telah menjadi perbincangan banyak orang dan penggemar dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, album-album yang ditinggalkan atau tidak dipakai terkadang diletakkan di tempat-tempat umum seperti toilet, bangku taman, tempat pembuangan sampah, dan berbagai tempat lainnya.
Perilaku pembuangan ini mengkhawatirkan karena kebanyakan dari album idola dibungkus dan menggunakan bahan dasar plastik. Berdasarkan data pada 2021, dalam setahun saja idola populer dapat menjual setidaknya 60 miliar album. Jumlah ini pun menambah kekhawatiran terhadap limbah yang terbuang.
Adapun hal yang tidak dapat dihindari adalah banyaknya bungkusan dan pelindung yang digunakan saat membeli perlengkapan atau produk K-Pop. Sampah dari bubble wrap, kardus, pipa paralon, dan sebagainya akhirnya menumpuk dan dibuang tanpa digunakan kembali.
Tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku para penggemar yang konsumtif ini menjadi alasan besarnya angka sampah plastik di bumi yang akhirnya merusak lingkungan sekitar.
Meski dampak buruknya tidak langsung terlihat oleh penggemar, banyak bagian dari album yang sulit didaur ulang. Memang, kertas dan beberapa plastik dapat didaur ulang. Namun, CD atau kaset tidak dapat didaur ulang dan sering berakhir di tempat pembuangan sampah.
Sebenarnya, telah terdapat beberapa penggemar yang menyuarakan agar industri K-Pop bisa lebih memikirkan dampak yang dihasilkan untuk lingkungan. Dikutip dari kbizoom.com, pada Desember 2021, sebanyak 10,000 penggemar K-Pop dari 83 negara meminta agensi idola mereka untuk mendukung gerakan pelestarian lingkungan dengan memerangi perubahan iklim di Korean Entertainment Conference.
Seorang perwakilan dari komunitas para penggemar K-Pop, Lee Da-yeon, yang juga merupakan aktivis lingkungan dan bagian dari organisasi Kpop4Planet, mengungkapkan rasa frustasinya. Da-yeon mengatakan bahwa industri hiburan seperti K-Pop harus berpartisipasi dalam isu dunia seperti perubahan iklim. Terlebih jika sebuah isu memiliki dampak besar pada seluruh orang.
“K-Pop tidak akan bertahan di planet yang rusak,” kata Da-yeon
Usaha Penanggulangan oleh Pihak K-Pop
Mengetahui dampak buruknya bagi lingkungan, banyak perusahaan agensi dari para idola K-Pop yang melakukan perubahan pada sistem album artisnya. Pada Desember 2021 lalu, YG Entertainment mulai menggunakan bahan yang ramah lingkungan untuk mencetak album ketiga dari Song Mino. Tidak berhenti di sana, mereka juga menggunakan tinta berbahan dasar kacang kedelai untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia yang sulit terurai.
Lalu, ada IST Entertainment dengan grup naungan mereka, Victon, yang memutuskan untuk merilis hanya versi digital dari album “Chronograph”. Hal ini lantas mendapat respons positif dari banyak pihak baik penggemar maupun mereka yang bukan penggemar. Sebab, dirasa dapat menjadi jawaban dari limbah album fisik yang sering kali terjadi.
Solois K-Pop Chungha juga menyoroti masalah ini dengan menekankan keramahan lingkungan untuk albumnya “Querencia” pada 2021. Chungha dan agensinya ingin mencoba untuk mengurangi penggunaan laminasi dan plastik lain yang tidak perlu.
Selain contoh di atas, banyak juga grup idola yang menyuarakan dukungan dan menunjukkan partisipasinya dalam melindungi lingkungan. Namun, upaya yang dilakukan tidak akan memiliki hasil jika industri ini terus menerapkan sistem yang sama.
Baca juga: Kultur Fandom Toksik: Perundungan, Pornografi, hingga Homophobia Terselubung
Industri K-Pop seharusnya tidak menjadikan jumlah penjualan album fisik sebagai tolak ukur keberhasilan dan satu-satunya cara mendapatkan tiket fansign. Kemudian, kesadaran juga harus dimiliki penggemar lainnya untuk ikut berpartisipasi dan memikirkan dampak pembelian yang berlebihan pada lingkungan.
Mengutip dari liputan6.com, pada Desember 2021 terdapat 156,6 juta penggemar K-Pop di seluruh dunia. Angka tersebut diprediksi akan terus bertambah seiring berjalannya waktu dan berkembangnya industri K-Pop. Yang artinya, harus segera ada perubahan atau usaha dari agensi industri ini untuk meminimalkan dampak buruk limbah yang dihasilkan produk-produk mereka.
Penulis: Rizky Azzahra Rahmadanya
Editor: Alycia Catelyn
Foto: unsplash.com
Sumber: eyeofdesign.aiga.org, tfr.news, allkpop.com, kbizoom.com, liputan6.com