Amor fati: cintailah nasib—apa yang telah terjadi
dan sedang terjadi saat ini.
SERPONG, ULTIMAGZ.com— Dalam hidupnya, manusia tentu mengalami pasang surut kehidupan. Susah move on dari masa lalu, mengkhawatirkan masa depan, terjebak pada positive thinking, dan menghadapi kegagalan. Permasalahan tersebut membuat manusia sulit untuk mengelola emosi negatifnya sehingga tidak bisa menemukan ketentraman dalam hidupnya.
Rangkaian peristiwa yang terjadi di Indonesia belakangan ini tentu melibatkan emosi kita. Unggahan di media sosial yang mengandung kekerasan, kesedihan, atau bahkan memprovokasi mendapatkan berbagai macam respons dari masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki prinsip dikotomi kendali. Prinsip mengendalikan hal-hal yang berada di bawah kendali manusia tersebut diajarkan dalam stoa, sebuah filsafat yang diajarkan oleh Zeno pada abad ke-3 SM.
Filsafat stoa lahir pada peradaban Yunani Kuno, tetapi penerapannya sangat dekat dengan permasalahan saat ini. ‘Filosofi Teras’ merangkum stoisisme melalui masalah yang dekat dengan kehidupan moderen. Misalnya, terbawa perasaan setelah stalking sosial media mantan kekasih karena masih merindukan mereka. Pun ketika kita merasa tidak percaya diri setelah menerima body shaming dari orang lain.
Buku karangan Henry Manampiring tersebut menyadarkan manusia untuk tidak bergantung pada kebahagiaan yang berada di luar kendali kita, seperti kekayaan, reputasi, opini orang lain, dan kesehatan. Sebaliknya, filsafat ini mengajak manusia untuk memiliki kendali atas pikiran, opini, persepsi diri sendiri dalam mencapai ketentraman hidup. Sebab, tujuan akhir dari stoisisme adalah bebas dari emosi negatif untuk mencapai ketentraman hidup dan kontrol diri.
“Some things are up to us, some things are not up to us,”
kutipan dari Epictetus salah satu filsuf stoa.
Menariknya, ‘Filosofi Teras’ disisipi ilustrasi permasalahan kehidupan modern yang menggambarkan stoisisme untuk lebih mudah dipahami. Tak hanya itu, kutipan dari beberapa filsuf stoa juga mempertegas tulisan Piring. Oleh karena itu, pandangan tentang filsafat yang abstrak terasa lebih realistis ketika dipelajari lewat pendekatan masalah di kehidpan modern. Pembaca akan menemukan cara baru membentuk mental yang tangguh ketika menghadapi permasalahan hidup.
Dilansir dari Detik.com, ‘Filosofi Teras’ meraih penghargaan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Award 2019 untuk kategori Buku Terbaik. Karya Piring tersebut sudah terjual lebih dari 25ribu eksemplar dalam kurun waktu 10 bulan.
Penulis: Agatha Lintang
Editor: Nabila Ulfa Jayanti
Foto: gramedia.com
Sumber: detik.com