JAKARTA, ULTIMAGZ.com– Salah satu seniman Indonesia, Kokoh Nugroho mengadakan pameran tunggal untuk 108 karyanya di Galeri Nasional Indonesia bertajuk “Solilokui”. Kokoh banyak mencurahkan pendapatnya tentang keegoisan manusia melalui lukisan yang ia buat.
Berikut tiga karya seni kontemplatif Kokoh yang menyinggung sikap manusia.
Bhinneka Tanpa Eka
Lukisan ini berukuran 340×580 cm dan dilukis menggunakan cat akrilik di atas kanvas atau acrylic on canvas, memiliki arti yang sangat kuat.
Dilihat dari permasalahan kehidupan sosial sekarang ini, Kokoh menganggap kalau masyarakat Indonesia sekarang ini sudah tidak seperti dahulu lagi. Dulu, masyarakat Indonesia bersatu untuk mendapatkan kemenangan tanpa melihat suku, budaya, warna kulit, bahasa, dan etnisiti. Namun, saat ini masyarakat Indonesia sekarang ini sudah menjadi sangat individualistis.
“Nah, di sini saya paparkan visual orang-orang menaiki satu perahu besar namanya perahu nusantara yang terdiri dari banyak kepulauan,” ujar Kokoh pada saat ditanya oleh pihak ULTIMAGZ secara langsung, Sabtu (17/09/22) .
Kapal digambarkan sebagai Indonesia. Orang-orang yang ada di dalam kapal, tetapi tidak saling menghadap ke depan dan satu sama lain ilustrasi ini diartikan sebagai orang yang individualis.
Latar belakang lukisan tersebut juga memperlihatkan suasana yang gersang. Kokoh melihat permasalahan perhutanan di Indonesia khususnya di daerah seperti Kalimantan.
“Sebenarnya indah banget, banyak pembabatan di sana sini jadi gersang. Kalimantan jadi gersang,” ucap Kokoh.
Orang-orang yang ada pada lukisan menggunakan sebuah topeng, itu diartikan kalau manusia sekarang ini yang menggunakan topeng politik, topeng kepentingan, dan topeng agama hanya untuk menjustifikasi orang lain dengan tujuan kepentingan diri sendiri.
Baca juga: Aturan dan Skema Baru untuk Perkuliahan Tatap Muka UMN
Dunia di Bawah Kawanan Gagak
Dunia di Bawah Kawanan Gagak memiliki ukuran 139×1175 cm dan masih dilukis menggunakan acrylic on canvas. Secara singkat lukisan ini menceritakan tentang peperangan yang terjadi karena adanya kepentingan pribadi.
Paling kiri lukisan, menceritakan tentang perang salib yang dulu terjadi antara Gereja Katolik Roma dan tentara Kristen Eropa untuk merebut kembali kota Yerusalem dari kekuasaan Islam.
Selanjutnya pada lukisan ini terdapat gambar wajah dari Gavrilo. Kokoh menggambarkan wajah Gavrilo karena ia yang memiliki peran besar dalam perang dunia 1. Pada umur 19 tahun Gavrilo membunuh Archduke Franz Ferdinand yang merupakan pewaris tahta Austria. Gavrilo juga membunuh istri dari pewaris tahta pada Juni 1914.
Di sebelah gambar wajah Gavrilo terdapat, ilustrasi dari Perang Dunia II. Menggambarkan tentang kekejaman yang dilakukan oleh diktator Adolf Hitler yang memimpin gerakan Nazi. Dalam lukisan, menggambarkan sifat favoritisme Hitler terhadap kelompok ras tertentu. Akibat dari hal ini banyak dari orang Yahudi dibunuh dengan keji.
Lukisan ini juga menggambarkan kondisi pandemi Covid-19 yang telah membunuh banyak sekali orang yang tidak bersalah yang terjadi pada awal tahun 2020. Pada lukisan digambarkan tiga petugas kesehatan yang berusaha membantu pasien yang terkena Covid untuk bisa sembuh kembali.
Masih di sekitar tahun 2020 sampai sekarang, terjadi sebuah fenomena untuk menjadi kaya dengan menggunakan mata uang kripto. Kokoh menggambarkan fenomena ini dengan logo uang kripto dan orang yang duduk di kursi serta menggunakan kantong di kepalanya. Kokoh menjelaskan kalau manusia sekarang ini banyak dipermainkan oleh pencipta uang kripto alhasil banyak orang yang menjadi berkekurangan karena menghabiskan uangnya untuk memainkan kripto.
Tidak berhenti melukis pada satu permasalahan Rusia, Kokoh menggambarkan kejadian perang yang terjadi antara negara Rusia dan Ukraina yang mulai pada 24 Februari 2022. Setidaknya ada 972 anak-anak Ukraina tewas dan terluka.
Jika diperhatikan dengan seksama, di setiap terjadinya sebuah perseteruan antara kelompok selalu ada burung gagak di dalamnya. Burung gagak melambangkan simbol spiritual yang mewakilkan hal-hal di luar akal manusia.
Menggugat Tuhan
Lukisan paling kecil diantara dua lukisan di atas ini memiliki ukuran 200×150 cm dan dilukis di acrylic on canvas. Secara keseluruhan lukisan ini memiliki arti tentang seberapa manusia menyalahkan Tuhan atas segala hal di hidupnya.
“Miskin menyalahkan Tuhan, gak punya pacar menyalahkan Tuhan, pacar jelek menyalahkan Tuhan, Gak punya mobil menyalahkan Tuhan, dan semuanya menyalahkan Tuhan,” ujar Kokoh Nugroho.
Gambar diatas diartikan sebagai protes manusia terhadap Tuhan. Jari-jari yang menunjuk ke atas yang seakan-akan sedang marah dan menuntut. Orang-orang tanpa kepala dianalogikan sebagai orang yang tidak bermoral. Sedangkan, orang yang di bawah menggambarkan kalau orang tersebut sudah rendah hati dan bersyukur.
Sedangkan, tangan yang mengarah ke orang yang berada di bawah diartikan sebagai ajakan orang tanpa kepala kepada orang rendah hati untuk ikut melakukan tindakan yang dilakukan oleh orang tanpa kepala.
Tajuk Solilokui ini berarti suatu proses percakapan “dunia dalam” diri Kokoh. Tidak didasarkan dengan metode kognitif, tetapi sebuah proses kreasi Kokoh didasarkan pada ruang dialog batin, sensibilitas estetik, dan daya intuisinya.
Baca juga: Pride 2022: Seni Membangun Impresi di Hadapan Perusahaan
Galeri tunggal ini akan berlangsung sampai 7 Oktober 2022. Sebelum berkunjung, Ultimates diharapkan melakukan registrasi di situs resmi Galeri Nasional Indonesia https://gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami
Penulis: Sherly Julia Halim
Editor: Maria Katarina
Foto: ULTIMAGZ/Sherly Julia Halim